Agustus 2012


 

       Dalam usia Blogor yang sudah mencapai empat tahun ini, Kepengurusan Blogor 2010-2012 pada awal  September akan berakhir dan diganti pengurus baru. Insya Alah akan berlangsung bersamaan dengan acara halal bi halal blogor 2 September 2012 di Bogor. Capaian program pengurus 2010-2012 relatif banyak. Antara lain adalah konsolidasi internal rapat pengurus dan berupa kopdar/talas bogor yang intensive. Program ini ditujukan untuk memerkuat sendi-sendi berorganisasi dan manajemen personalia. Selain itu adalah program memererat silaturahim antaranggota dalam suasana kekeluargaan yang sangat akrab. Sementara program-program aksi antara lain adalah penulisan dan pembuatan buku, mengundang dan bertukar pikiran dengan pengurus blog daerah lainnya, dan menghadiri undangan seminar dan diskusi-diskusi di tingkat nasional.

       Tentu saja capaian program pengurus lama jangan dijadikan patokan bahwa kepuasan kita sudah mencapai taraf maksimum. Kita memerlukan evaluasi total menyeluruh faktor-faktor apa saja yang memengaruhi capaian program. Apa saja yang sudah tercapai dan mana yang belum. Lalu ditelaah faktor-faktor penyebab dan apa saja program berikutnya yang harus ditingkatkan. Dengan kata lain kita harus menelaah dahulu secara mendalam dari sisi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Dari situ maka kita bisa menyusun perencanaan strategis berupa program-program yang bersifat umum vs spesifik, dan prioritas program. Pada dasarnya setiap program yang akan disusun hendaknya berpegang pada tujuan program itu sendiri. Maka tujuannya hendaknya memiliki karakteristik spesifik, dapat diamati dan diukur, cenderung dapat dicapai, realistik dan berskala waktu tertentu.

       Selain program-program konvensional seperti konsolidasi organisasi internal (rapat-rapat dan kopdar), pelatihan, pembuatan dan penerbitan buku, bakti sosial, dan aktif menghadiri event nasional dan regional maka salah satu program unggulan Blogor 2012-2014 yang bisa dijadikan fokus adalah yang bersifat lebih mengindonesia. Artinya bagaimana Blogor bisa berperan lebih aktif lagi untuk tampil di kancah nasional. Apakah sebagai pengambil inisiatif untuk memberikan pemikiran nasional yang menyangkut peran blog sebagai media sosial dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara atau terlibat dalam program perblogan nasional. Selain itu Blogor bisa menjadi tuan rumah pertemuan blogger nasional dan regional. Untuk itu maka peran hubungan masyarakat (humas) menjadi sangat strategis untuk menginformasikan semua program Blogor. Saya percaya mengindonesianya blogor bisa dijadikan program unggulan mengingat beberapa alasan. Pertama sumberdaya manusia yang andal di blogor cukup banyak tersedia. Kedua, pengalaman blogor selama empat tahun bisa menjadi andalan untuk punya program tingkat nasional.

SELAMAT MILAD BLOGOR. DIRGAHAYU BLOGOR

SELAMAT RAPAT PEMILIHAN KETUA BLOGOR 2012-2014

DALAM SEMANGAT HALAL BI HALAL

 

….saling memaafkan dan menyambung-memererat tali silaturrahmi merupakan ajaran luhur dalam Islam….itulah salah satu tujuan halal bi halal…kalau dilaksanakan di suatu perguruan tinggi misalnya…apakah pas dalam prakteknya kental dengan hirarkis jabatan?…terutama di semua instansi pemerintah…sampai-sampai tempat duduknya pun berbeda dengan lainnya…bukankah lebih tepat dilaksanakan dalam suasana egalitarian atau kesetaraan?….memang tidak mudah melakukan reformasi acara halal bi halal dengan segara…karena ia terbangun dari proses konstruksi sosio-kultural sejak doeloenya…untuk itu dibutuhkan suatu proses dan waktu serta kehendak kuat dari manajemen puncak…

 

        Sudah menjadi berita biasa agaknya ketika pascalebaran atau sehabis liburan bersama para pegawai atau karyawan belum sepenuhnya segera masuk bekerja. Tidak sedikit karyawan yang molor masuk bekerja dua hingga tiga hari khususnya di kalangan PNS pusat dan daerah. Ada saja berbagai alasannya. Apakah karena yang bersangkutan sakit, tidak memeroleh tiket kereta atau pesawat, kemacetan di jalan, dan alasan lain yang tidak jelas seperti malas.

        Seharusnya tak ada alasan bagi karyawan untuk terlambat masuk bekerja. Kecuali untuk beberapa hal yang tak bisa dihindari seperti sakit. Mengapa? Karena tentunya organisasi sudah menetapkan berapa lama karyawan memeroleh cuti dan kapan harus masuk bekerja. Dengan demikian maka permasalahannya terletak pada derajat komitmen setiap karyawan. Selain itu juga tindakan tegas dari pimpinan unit kerja langsung berpengaruh terhadap perilaku karyawan. Kalau pimpinan begitu permisiv dan akomodatif atau katakanlah longgar terhadap setiap keterlambatan masuk kerja maka karyawan akan tetap tenang-tenang saja; seperti tidak merasa bersalah.

        Kondisi keterlambatan masuk bekerja seharusnya tidak bisa dibiarkan terjadi. Masalahnya hal ini berkait dengan kinerja unit dan organisasi secara keseluruhan. Organisasi akan merugi karena target kinerja akan mengalami deviasi. Karyawan pun akan rugi karena kesejahteraan mereka akan menurun akibat dari kinerjanya yang menurun. Karena itu pendekatannya harus dilakukan secara terencana dan komprehensif serta normatif. Pengelola atau pimpinan organisasi harus menerapkan tindakan disiplin kerja secara tegas. Fungsi kontrol, hukuman dan penghargaan pada karyawan menjadi penting. Untuk itu program pengembangan sumberdaya manusia (SDM) harus dirancang sedemikian rupa agar komitmen dan keterikatan karyawan menjadi unsur budaya kerja.

         Komitmen dan keterikatan para karyawan terhadap organisasi memiliki posisi yang sangat strategis ketika organisasi akan mengembangkan keunggulan bersaing. Keunggulan ini sangat ditentukan tidak saja oleh faktor-faktor hard skills namun juga soft skills. Hard skills berupa tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan. Sementara soft skills antara lain berupa sikap komitmen dan keterikatan pada organisasi termasuk disiplin dan kecerdasan dalam menjaga hubungan sosial. Dalam jangka panjang maka kita boleh berharap dengan pendekatan pengembangan SDM ini maka tingkat keterlambatan karyawan untuk masuk bekerja sehabis liburan lebaran atau liburan bersama secara bertahap akan semakin berkurang.

 

      Lebaran bagi umat islam adalah hari istimewa bahkan sakral. Termasuk mereka yang ada di dunia pekerjaan. Hari lebaran memiliki nilai spiritual kolektif yang tinggi. Dalam konteks pekerjaan para karyawan pun pasti menyambutnya dengan suka cita khususnya ketika menjelang hari-hari lebaran. Salah satu yang dinantikan adalah tunjangan hari raya atau THR. Tunjangan itu selalu didambakan ditambah dengan tabungan keluarga  tidak saja akan digunakan untuk keperluan membeli pakaian baru dan asesorinya, makanan dan minuman keluarganya. Namun juga dipakai untuk membeli sesuatu sebagai oleh-oleh bagi ortu dan handai taulannya di kampung halaman mereka.

         Karena itu karyawan akan semaksimum mungkin menunjukan kinerjanya paling tidak sesuai dengan standar perusahaan.  Karena dengan berkinerja tinggi sudah pasti kinerja perusahaan pun akan meningkat. Dengan harapan karena sudah berkinerja dengan baik maka THR akan tetap diterima oleh para karyawan. Dengan kata lain tak ada alasan perusahaan tidak memberi THR kepada para karyawannya.

       Yang mungkin harus menjadi perhatian para karyawan adalah bagaimana mengelola suasana lebaran itu sendiri. Dengan kata lain bagaimana melaksanakan program lebaran yang tidak harus dengan mengeluarkan biaya berlebihan. Pemahamannya adalah bagaimana karyawan harus mampu mengelola anggarannya seoptimum mungkin. Mereka harus sudah menyisakan anggarannya sedemikian rupa sehingga ketika mereka dan keluarganya pulang masih bisa tetap menjalani kehidupannya dengan baik. Dengan demikian mereka bisa bekerja kembali dengan normal. Dan kembali menyiapkan diri misalnya dengan menabung jauh hari untuk menyambut lebaran kembali di tahun berikutnya.

SELAMAT MENYAMBUT HARI KEMENANGAN. SEMOGA KITA TERMASUK DI DALAMNYA AAMIIN.

 

       Bulan ramadhan mengandung tiga hidayah buat mereka yang berpuasa dengan khusyu. Yakni memeroleh rahmat bathiniah, ampunan dosa, dan terbebas dari api neraka. Itulah yang menjadikan idaman kalangan muslim. Tinggal lagi bagaimana mengimplentasikan ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya agar dapat memenuhi persyaratan memeroleh hidayah tersebut.

        Salah satu fenomena sosial yang marak dalam bulan ramadhan adalah berbagi kebahagiaan dengan kaum dhuafa seperti anak yatim dari keluarga miskin. Bisa berbentuk berbuka bersama, penyerahan bingkisan lebaran, dan juga uang santunan pendidikan. Tak kurang para artis dan pejabat dan partai politik seolah berlomba untuk menyelenggarakannya. Media TV menjadi salah satu jalur untuk menginformasikan kegiatan seperti itu. Tentunya perlu kita sambut kegiatan yang mulia itu.

       Kegiatan itu akan lebih bermakna lagi sekiranya berlanjut di hari atau bulan-bulan berikutnya. Karena yang dimaknai dari ibadah adalah tidak mengenal waktu dan tempat. Populernya kapan dan dimana saja. Namun demikian ibadah seperti berbagi itu haruslah dalam konteks investasi pendidikan dan pembangkitan usaha mencari nafkah. Artinya dengan berbagi uang jangan sampai membangun sifat bergantung pada orang lain. Uang yang dibagikan yang insya Allah berkelanjutan seharusnya bisa menjadi modal usaha atau biaya untuk pendidikan. Jangan memberi ikan tetapi berilah kail dan cara memancingnya. Pada gilirannya mereka diharapkan mampu mandiri dalam menghidupi diri dan keluarga.