Hari ini di hari pendidikan nasional, IPB meresmikan pengabadian nama gedung Rektorat IPB Kampus Dramaga Bogor, menjadi gedung Andi Hakim Nasoetion. Penamaan ini atas usul Senat Akademik IPB empat bulan lalu dalam sidang plenonya yang saya pimpin. Kemudian Rektor meresmikannya hari ini. Dasar pertimbangannya adalah semasa hayatnya Prof.Dr.Andi Hakim Nasoetion tidak saja sangat berjasa dalam bidang pendidikan bagi IPB tetapi juga bagi bangsa ini.

Tidak terasa (enam tahun) almarhum bapak Andi Hakim Nasoetion telah meninggalkan civitas akademika IPB dan keluarga tercinta menghadap Allah swt.  Almarhum banyak meninggalkan kesan mendalam sebagai sosok pribadi, guru, dan peneliti yang taatasas dengan bidang keilmuannya. Telah banyak warisan ilmu dan pemikiran-pemikiran besar dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Saya kira siapa pun sependapat dengan saya, almarhum Bapak Andi Hakim Nasoetion adalah guru sekaligus ilmuwan sejati. Almarhum adalah bapak statistika dan guru besar statistika pertama dan paling terkemuka di IPB. Bahkan di tingkat nasional. “Beliau seorang yang visioner dan futuristik,”.Tak hanya di lingkungan IPB, almarhum juga berkiprah di luar ketika diangkat menjadi anggota Komisi Pendidikan Nasional pada masa Menteri Daud Jusuf. Sejumlah penghargaan telah diraih, antara lain Bintang Jasa Utama dari Presiden RI, 1991.

Sudah belasan buku yang ditulisnya. Beberapa di antaranya masih jadi textbook di Institut Pertanian Bogor (IPB). Tetapi almarhum Bapak Andi Hakim Nasoetion, ketika semasa hayatnya mengaku tak akan berhenti menuangkan gagasan-gagasannya dalam bentuk buku. “Saya tidak punya ambisi apa-apa, kecuali mengkuantitatifkan pemikiran anak muda Indonesia, agar punya logika dan nalar yang baik,” katanya suatu waktu. Almarhum juga pernah menulis dan mengedit puluhan buku. Di antaranya Pengantar Teori Statistika, Biologi Umum, Matematika untuk SD, SLP dan SLA. IPA untuk SD (Depdikbud), Pengantar Filsafat Sains (1989), dan Perencanaan dan Analisis Percobaan Alamiah (1989).

Sebagai guru besar statistik, almarhum sangat menghargai calon mahasiswa cerdas yang tidak mampu mengongkosi kuliah. Dengan pertimbangan tersebut, sebagai dosen waktu itu (1976) almarhum mencetuskan sistem ‘Panduan Bakat’. Sistem ini tidak mensyaratkan calon mahasiswa menempuh tes, tetapi harus berprestasi di sekolahnya.
Almarhumlah tokoh yang dikenal gigih memperbaiki sistem penerimaan mahasiswa tanpa tes di IPB, Program Penulusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Kemudian diakui dan diadopsi oleh pemerintah. Program itu di IPB tetap dipertahankan dengan nama Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI).Almarhum pula yang mencetuskan program sarjana empat tahun dan program pasca sarjana di IPB yang  kemudian diadopsi oleh pemerintah dan seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Tak berlebihan, kita patut  menilai karya-karya almarhum sangat monumental. Tidak saja di lingkungan IPB tetapi juga nasional.

Sangatlah pantas IPB mengangkat nama  almarhum sebagai nama gedung rektorat IPB untuk menghargai jasa-jasa almarhum yang sangat luar biasa. Almarhum adalah putra terbaik IPB. Kita yang masih hidup diharapkan dapat mengambil makna dan meneruskan setiap kepeloporan almarhum dalam pengembangan akademik dan keilmuan di IPB dan nasional. Dalam rangka IPB menuju perguruan tinggi kelas dunia dengan peringkat yang semakin tinggi maka semua insan akademik IPB seharusnya terdorong untuk mengambil keteladanan almarhum yang taatasas dalam peningkatan mutu akademik di IPB. Semoga Allah swt selalu menerima almarhum di sisi-Nya sesuai dengan amal ibadah  semasa hidupnya. Amiiin.