Awal September ini kembali Institut Pertanian Bogor (IPB) memperingati hari kelahirannya. Usianya sudah 44 tahun. Kalau sebagai manusia, seusia itu IPB   berada dalam posisi “taruhan” apakah memasuki derajad “matang” atau sebaliknya. Artinya jika setiap kiprahnya dilalui dengan mulus maka IPB akan semakin “hebat”. Sebaliknya karena tak mampu menghadapi banyak tantangan internal dan eksternal maka IPB akan tergusur dari pasar persaingan mutu akademik dan performa terbaiknya. Dari segi sumberdaya manusia, IPB memiliki jumlah dosen yang berkualifikasi doktor terbanyak di Indonesia yakni 638 orang atau 49%, master 565 orang atau 45% (sebagian besar sedang mengikuti program doktor) dan selebihnya tingkat sarjana yang sedang mengikuti program pascasarjana. Penelitian-penelitian yang dilakukan telah cukup banyak dihasilkan baik pada skala laboratorium maupun industri. Dari segi kegiatan pendidikan, IPB memelopori dibukanya program mayor minor, satu-satunya di Indonesia.

          Alhamdulillah IPB semakin matang. Gunjang gunjing dan gesekan-gesekan internal selama ini seperti sikap resistensi sebagian dosen terhadap restrukturisasi departemen dan pusat-pusat sudah mulai dapat diatasi. Begitu pula tentang sistem mayor dan minor. Namun khususnya tentang implementasi awal dari mayor-minor diperkirakan masih butuh waktu untuk dipahami kalangan mahasiswa. Di sisi lain masih cukup banyak yang harus ditangani terutama dalam hal penyelenggaraan manajemen akademik .

          Meminjam model 7-S McKinsey, seharusnya setiap perubahan organisasi mempertimbangkan unsur budaya yang bersifat keras (Hard-S) dan lunak (Soft-S). Yang bersifat keras yaitu Structure dan Strategy dan relatif mudah diubah. Namun yang lebih sulit diubah adalah yang lunak yakni Shared Values, Staff, Style, Systeem, dan Skill. Kalau toh dapat diubah akan makan waktu relatif lama. Dalam dunia akademik, sifat perubahannya evolutif. Karena itu tidaklah mungkin suatu restrukturisasi berhasil dengan baik tanpa menciptakan keserasian antara unsur organisasi yang bersifat keras dan bersifat lunak (terkait dengan budaya organisasi).

Sementara itu di dalam budaya organisasi itu sendiri secara implisit terdapat makna budaya mutu. Jadi secara normatif setiap komponen IPB seharusnya sudah menyadari mutu adalah bagian dari kehidupannya. Tiada hari tanpa berbuat yang terbaik.  Bagaimana kenyataannya? Saya sangat terharu ketika ’basic needs’ dambaan masih menjadi impian namun dedikasi para staf pengajar tetap tinggi. Saya semakin menghargai lagi ketika anggaran akademik sedang dalam berkekurangan, setiap departemen tetap menjaga kendali mutu akademiknya.

Yang saya ingin nyatakan disini ketika dalam keadaan keterbatasan anggaran ternyata dedikasi staf pengajar tetap begitu tingginya. Namun kondisi ketidakpastian sumberdaya khususnya pendanaan tidak mungkin terus dibiarkan. Kalau itu terus terjadi,  lambat tetapi pasti suatu ketika mutu akademik bakal sangat terganggu. Pasti ada yang salah dalam manjemen. Budaya mutu ternyata kurang didukung dengan budaya manajemen efisien. Karena itu diperlukan suatu telaah ulang keseluruhan sistem manajemen yang ada. Selain itu perlu terus dilakukan perbaikan mengenai penerapan sistem mayor minor. Dalam pelaksanaannya ternyata masih banyak kendala termasuk  dalam hal integrasi jadwal dan optimalisasi pemanfaatan fasilitas.

Saya percaya pimpinan IPB sedang mencari jalan terbaik dalam mengatasi masalah pelaksanaan pendidikan mayor-minor dan pendanaan akademik ini serta pengembangan IPB pada umumnya. Suatu jalan yang sebaiknya holistik. Tidak parsial dan hanya bersifat pemecahan masalah sesaat yang dapat menjadi sesat. Tentunya dalam hal ini sumbangan pemikiran secara komprehensif dari setiap staf sangatlah penting.

Bulan September ini pun IPB sedang memasuki masa sibuk-sibuknya melaksanakan proses pemilihan rektor IPB 2007-2012. Rektor yang sekarang akan berakhir tugasnya pada bulan Desember 2007. Banyak yang berharap IPB bakal memiliki seorang rektor yang memiliki integritas akademik yang lebih tinggi, visioner, konseptor, aspiratif, dan kepemimpinan yang arif serta mampu membangun iklim kebersamaan seluruh potensi sumberdaya manusia IPB. Insya Allah…DIRGAHAYU IPB.