Keberhasilan sang pencari kerja, sebut saja “Perjoko”  diterima di suatu perusahaan antara lain karena dia berhasil melalui fase wawancara. Untuk  mengetahui potensi diri  misalnya, maka sang pewawancara akan menggali empat aspek pokok tentang Perjoko. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah Perjoko memiliki ciri-ciri kompetensi yang layak untuk ditempatkan pada posisi pekerjaan tertentu. Yang pertama digali adalah tentang situasi yang pernah dihadapi Perjoko. Semacam jenis insiden kritis yang pernah dialaminya. Lalu yang kedua akan digali tentang jenis tugas atau taktik yang pernah digunakan  untuk  mengatasinya. Yang ketiga digali tentang apa bentuk aksi nyata untuk mengatasi insiden tersebut. Dan akhirnya ditanya tentang hasilnya.

Sang Perjoko memang berhasil namun, katakanlah, mengapa Anda gagal? Nah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut diduga sebagai unsur penyebabnya.

Pertama : Penampilan fisik berantakan. Bagaimana dengan penampilan fisik Anda? Pakaian, wajah, dan rambut, rapi atau berantakan? Menggunakan wewangian berlebihan menyengat hidung? Bagaimana dengan cara duduk Anda? Semakin berantakan penampilan  semakin tidak simpatinya sang pewawancara kepada Anda.

Kedua : Keterbatasan informasi. Sudah banyakkah Anda memiliki informasi tentang profil tempat dimana Anda akan bekerja? Misalnya tentang misi organisasi, jenis usaha, struktur organisasi, dan manajemen kompensasi? Sudahkah Anda mencari informasi langsung dari perusahaan atau browsing dari internet? Semakin kurang informasi yang dimiliki semakin menghambat Anda berinteraksi dengan pewawancara.

Ketiga : Komunikasi yang buruk. Apakah Anda memiliki ketrampilan berkomunikasi? Hangatkah Anda ketika bertemu dengan sang pewawancara? Misalnya ketika awal bertemu, Anda berjabat tangan dengan cukup erat dan hangat atau longgar dan dingin? Mengucapkan selamat pagi atau siang atau sore? Bagaimana ekspresi wajah Anda ketika wawancara berlangsung? Lebih banyak menunduk, melihat ke berbagai sudut ruangan atau menatap mata pewawancara dengan kesan bersahabat?  Apakah Anda murah senyum apa adanya atau dibuat-buat secara berlebihan ? atau malah tampil dengan muka masam? Semakin tidak wajar dan dingin sikap Anda semakin lambat wawancara yang terjadi.

Ketiga : Terlalu banyak ngomong. Apakah Anda  menjawab pertanyaan atau menjelaskan sesuatu secara fokus atau ngalor ngidul? Tanpa ditanya, Anda ngomong sendirian tentang latar belakang keluarga Anda atau tentang situasi politik akhir-akhir ini? Tidak kontekstual? Sehingga ada kesan ”riuh rendah”? Semakin tidak efisien Anda menjawab semakin besar peluang  wawancara mengalami kegagalan.

Keempat : Mudah ”menyerah” atau ”kikir” informasi. Apakah Anda begitu banyak menjawab tidak tahu atas pertanyaan tertentu? Kalau toh menjawab hanya dengan satu atau dua kalimat yang sangat ringkas? Padahal sebenarnya Anda tahu walau tidak sepenuhnya? Sehingga terkesan, Anda kurang percaya diri dan tertutup? Semakin mudah menyerah semakin besar timbul kesan  bahwa Anda tidak siap untuk wawancara.

Kelima : Menjawab tidak tepat, salah atau malah berbohong. Apakah Anda mendengarkan setiap pertanyaan dengan seksama? Kalau pertanyaan tidak jelas  apakah Anda meminta agar pertanyaan tersebut diulang? Apakah Anda banyak memahami maksud dari setiap pertanyaan? Apakah Anda memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk menjawab pertanyaan dengan benar? Apakah Anda suka berbohong atau berpura-pura? Semakin banyak jawaban Anda yang kurang tepat dan benar apalagi berbohong maka semakin kecil peluang Anda diterima.

Keenam : Gugup. Apakah sebelum wawancara, sejak di rumah, Anda sudah siap mental dan sempat berlatih? Apakah Anda datang terburu-buru ke tempat wawancara? Ketika wawancara, bagaimana dengan nada ucapan Anda? Gemetarkah atau tertatih-tatih? Seringkah Anda mengucapkan ”apa ya…..eeehhhh…..hemmm…”. Bagaimana dengan gerak gerik tangan Anda?  Semakin gugup semakin kacaulah mekanisme dan hasil wawancara.

 SELAMAT BERWAWANCARA