Tiada hari tanpa melamun. Itulah yang terjadi pada setiap manusia di bumi ini. Apakah itu melamunkan suatu kejadian yang telah berlangsung,masalah pribadi, masalah pekerjaan, masalah keluarga, masalah politik, masalah nasib, masalah ekonomi dsb. Bisa melamunkan hal-hal positif dan bisa juga negative. Tentunya fokus dan bobot yang dilamunkan oleh setiap orang akan berbeda sesuai dengan status sosialnya. Politikus melamun tentang bagaimana memenangkan pemilu, dokter melamun tentang cara-cara pengobatan, dosen atau peneliti melamun tentang metodologi penelitian, militer melamun tentang peperangan dan perdamaian, polisi melamun tentang tertib masyarakat, pebisnis melamun tentang keuntungan dan ekspansi perusahaan, orangtua melamun tentang kesejahteraan keluarga, anak muda melamun tentang cita-cita masa depan atau tentang pacarnya, dsb. Ada kecenderungan semakin banyak masalah yang dihadapi seseorang semakin banyak melamun. Kalau sudah begitu dengan lamunannya,seseorang terkadang tidak sadar ada orang lain yang menegurnya. Semacam sementara waktu kehilangan kendali akan keadaan dirinya.
Apakah melamun itu perbuatan negatif? Ya bisa jadi seperti itu kalau melamun dipandang sebagai pekerjaan yang sia-sia atau perilaku malas. Padahal dalam prakteknya kebanyakan tidak seperti itu. Seorang peneliti menghasilkan temuan mutakhir diawali dari melamun atau menghayal. Seorang dosen mampu membuat buku-buku ilmiah juga didasarkan pada lamunannya. Seorang pebisnis menemukan suatu komoditi yang layak pasar ketika dia selesai melamun tentang ekspansi bisnis masa depan. Dan masih banyak contoh-contoh lainnya betapa melamun potensial sebagai salah satu sentra kreatifitas. Hasil studi Kalina Christoff, ketua tim penelitian,, ahli psikologi dari University of British Columbia (UBC) menunjukkan otak akan bekerja aktif pada saat seseorang melamun. Bahkan lebih aktif dibandingkan pada saat kita fokus mengerjakan pekerjaan rutin," katanya. Selanjutnya dia mengungkapkan, pada saat melamun, kita tidak bisa segera mencapai apa yang diinginkan. Namun pikiran kita akan memanfaatkan saat itu untuk menyampaikan pertanyaan terpenting dalam hidup kita.
Bagaimana melamun di dunia bisnis? Pada prinsipnya sama saja dengan di dunia non-bisnis. Misalnya bagaimana perusahaan tertentu dilamunkan oleh segenap unsur manajemen dan bahkan oleh semua karyawannya bahwa akan mampu menjadi bisnis yang bersaing di tengah-tengah era global. Lamunannya atau semacam mimpi/cita-cita itu lalu dibahas dalam suatu rapat manajemen. Disitu disusun langkah-langkah perencanaan strategis dan operasional yang matang. Kemudian disosialisasikan ke seluruh unsur perusahaan. Semua sumberdaya disiapkan dengan terencana dan solid. Dan mulailah bergerak untuk memenuhi lamunannya.
Lamunan bisa berbentuk hal-hal yang tak masuk di akal, konyol dan dekat dengan sesuatu yang “gila”. Namun dengan lamunan, gagasan aneh seperti itu diolah dan bisa berubah menjadi sesuatu yang diakui khalayak luas dan tak terduga nilainya. Syaratnya adalah harus dilakukan dalam kondisi rileks. Dengan kata lain gagasan cemerlang tidak mungkin diperoleh ketika suasana hati sedang tegang. Mengapa? Karena ketegangan akan menimbulkan kondisi otak tidak dalam keadaan nyaman dan gagal bekerja secara optimum untuk menghasilkan ide-ide cemerlang dan orisinil. Karena itu banyak hal yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang baru dengan cara melamun dalam suasana santai. Entah ketika masa reses pekerjaan, berlibur, menjelang tidur, dan bahkan di kamar mandi.
September 30, 2009 at 10:41 pm
Melamun di kalangan karyawan sering dalam bentuk harapan kapan karirnya bisa naik atau kapan gaji atau kesejahteraannya ditingkatkan oleh perusahaan.
Oktober 5, 2009 at 12:09 am
ya bung johan…karena itu pihak manajemen seharusnya memahami kebutuhan karyawan…namun sebaliknya juga karyawan harus memenuhi kinerja perusahaan….
Oktober 1, 2009 at 1:23 pm
Melamun memang bisa menjadi hal yang positif ataupun negatif. Tertangung dari apa yang kita lamuni dan berapa lamanya kita melamun. Jikalau kita melamun karena asyik memikirkan strategi untuk kemajuan masa depan tentu melamun seperti itu dapat dikategorikan sebagai kegiatan positif bahkan produktif namun jikalau melamun hanya untuk memikirkan hal2 yang tidak perlu atau hanya untuk menyesali perbuatan masa lalu secara berkepanjangan tentu lamunan tersebut akan menjadi lamunan yang negatif dan nonproduktif.
Namun begitu, lamunan yang positifpun harus cepat ditindaklanjuti di dunia nyata, jika lamunan tersebut berkepanjangan tentu saja lama2 lamunan tersebut hanya berupa impian saja, impian yang tidak produktif dan sia2…
Oktober 5, 2009 at 12:16 am
ya mas yariNK…lamunan sebenarnya sebagai unsur imajinasi yg berenerji positif…yg kemudian diolah dlm bentuk gagasan….paling tidak disampaikan ke teman kerja atau manajemen….dan kemudian dipraktekkan…..kalau tidak maka itu berhenti sebagai utopia saja…bahkan yg dikhawatirkan menjadi fenomena bengong….. tak tahu apa yg harus diperbuat….
Oktober 14, 2009 at 7:44 pm
[…] Tulisan Asli dari artikel ini, dan artikel lainnya tentang Manajemen SDM dapat juga diakses melalui link: MELAMUN: WHY NOT? […]