Tidak jarang kemampuan daya saing bisnis hanya dilihat dari sisi penguasaan teknologi keras saja. Semakin dikuasainya teknologi itu semakin tinggi daya inovasi dan produktifitas bisnisnya. Ternyata dalam prakteknya tidaklah cukup. Mengapa? Karena efektifitas teknologi juga sangat ditentukan oleh faktor-faktor non-teknologi. Hal inilah yang kerap terabaikan oleh para pihak manajemen. Untuk itu dibutuhkan bentuk inovasi lunak yang disebut dengan inovasi sosial. Kanter (1983) dalam bukunya The Change Masters, menyatakan:Indeed, it is a virtual truism that if technical innovation runs far ahead of complementary social and organizational innovation, its use in practice can be either dysfunctional or negligible.

       Mengapa inovasi sosial dibutuhkan? Jawabannya, karena selama ini produk inovasi teknologi sering menimbulkan degradasi lingkungan fisik, sosial dan ekonomi. Inovasi teknologi sering mengabaikan pertimbangan-pertimbangan keseimbangan lingkungan. pasalnya karena inovasi teknologi kerap tanpa memasukkan unsur-unsur kehidupan lainnya yaitu, humaniora, manajemen khususnya manajemen sumberdaya manusia, dan etika. Seharusnya inovasi sosial mendorong terjadinya inovasi teknologi bukan sebaliknya.

       Hal ini sejalan dengan pendapat Collins,(2002),  Although technical innovations, such as sticky shoe rubber [sic], contributed to climbing progress, the primary drivers were in fact social innovations. Dia menambahkan:…social inventors, designing an environment that would be the seedbed for many insanely great innovations over decades to come.To lead for innovation, then, does not mean leading the creation of innovations per se or being a towering innovative genius yourself. Rather, it means being innovative in the way you lead, manage, and build your organization.

       Dalam kaitan dengan itu maka perusahaan yang menerapkan inovasi sosial akan lebih mampu memiliki daya saing bahkan sampai tingkat pasar global. Pengakuan internasional dengan standar internasional (ISO) di bidang manajemen lingkungan misalnya, mensyaratkan tiap bisnis harus menerapkan inovasi sosial. Begitu pula dengan kebijakan corporate social responsibility maka setiap perusahaan harus membuat suatu strategi bagaimana menempatkan perusahaan tidak terlepas dari system social lingkungannya dimana perusahaan itu berada. Perusahaan haruslah menjadi bagian dari upaya langsung atau tidak langsung untuk aktif mensejahterakan lingkungan social ekonomi di sekitarnya.