Gaya kepemimpinan bisnis banyak ragamnya. Dari yang laizess faire,otoriter sampai yang demokratis. Ada lagi gaya kepemimpinan bisnis yang bersifat transaksional dan transformasional. Yang transaksional cenderung tidak memiliki visi jauh ke depan. Orientasinya lebih pada rutinitas dan kurang responsive pada perubahan. Sifatnya berupa transaksi yakni apabila karyawan berkinerja baik atau sesuai harapan baru diberi imbalan. Sementara kepemimpinan transformasional selain karismatik dan inspirasi intelektual juga bersifat visioner dan menempatkan perusahaan sebagai subyek perubahan yang bersinambung. Selain itu menempatkan karyawan sebagai mitra kerja yang efektif.

         Konsep pentingnya manajemen perubahan didasarkan bahwa dunia bisnis tidak bisa mengabaikan pada perubahan-perubahan dinamis beragam sisi kehidupan. Antara lain perubahan yang menyangkut peningkatan kesejahteraan ekonomi, tingkat pendidikan masyarakat, tingkat kepekaan konsumen tehadap pelayanan dan mutu produk, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi. Perusahaan yang senang bertengger pada zona kenyamanan dalam jangka panjang akan tertinggal oleh perusahaan-perusahaan yang siap untuk berubah. Perubahan itu tentunya membutuhkan pemimpin perusahaan yang peka terhadap perkembangan internal dan eksternal organisasi. Seseorang yang menganggap inovasi sebagai sebagai salah satu instrument keberhasilan perubahan maka dialah yang disebut sebagai kepemimpinan inovatif. Untuk itu dia membuat suatu road map penelitian yang jelas; apa yang ingin dicapai berikut langkah-langkah strategis dan target waktunya.

         Seseorang yang memiliki kepemimpinan inovatif hampir tidak cepat puas dengan kinerja yang dicapai perusahaan. Dia ingin selalu terus belajar dan mencari temuan-temuan baru yang unik. Gagasan-gagasan baru hampir tak pernah berhenti. Hal ini karena rasa ingin tahu begitu besarnya. Kemampuan berimajinasi sangat dominan dalam menciptakan sesuatu yang baru. Pemimpin model seperti ini menyadari tidak mungkin proses penemuan inovasi baru bisa dilakukan sendiri. Karena itu dia selalu mendorong para karyawannya untuk berpikir dan mengembangkan gagasan-gagasan baru yang inovatif. Tidak jarang lalu dibentuk tim inovasi yang anggota-anggotanya terdiri dari karyawan berlatar belakang sesuai dengan kompetensinya.Untuk itu dia membuat suatu road map penelitian yang jelas apa yang ingin dicapai berikut langkah-langkah strategis dan target waktunya.

         Dorongan pada karyawan agar kreatif tidaklah cukup. Pemimpin yang inovatif melengkapinya dengan kebijakan-kebijakan dalam pemberian penghargaan. Mereka yang punya gagasan bagus, katakanlah dari suatu kompetisi yang diselenggarakan perusahaan, diberikan penghargaan misalnya berupa kesempatan untuk sekolah lagi. Selain itu para karyawan diberi kesempatan untuk melakukan percobaan-percobaan dalam merancang suatu inovasi secara bersinambung. Kalau pun ditemui kegagalan, pemimpin inovatif mengganggapnya sebagai suatu proses belajar menuju keberhasilan. Dan tak tertutup kemungkinan karyawan diberi kebebasan berpikir dan bekerja di luar “kotak” aturan yang ada. Intinya adalah tak ada gagasan yang buruk. Bahkan dengan cara ini pemimpin yang inovatif akan selalu memeroleh wawasan dan perspektif baru. Pada gilirannya akan diperoleh suatu terobosan-terobosan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi.