Pernahkan kita mendengar dan mengalami sendiri bahwa ada sebagian karyawan kalau bertemu dengan sang manajer merasa tidak nyaman? Ada saja perasaan gugup, cemas, dan serba salah. Pokoknya sangat segan untuk bertemu, walaupun berpapasan ketika bertemu di jalan. Padahal sang karyawan tidak punya kesalahan. Begitu pula sang manajer merasa biasa-biasa saja. Dan semua itu ada hubungannya dengan kedekatan manajer dengan karyawannya. Kedekatan disini tidak ditafsirkan dalam sisi fisik saja tetapi juga kedekatan bathin. Dengan kata lain kedua pihak memiliki pemahaman tentang karakter masing-masing. Termasuk di dalamnya adalah pemahaman manajer tentang permasalahan yang dihadapi karyawan berikut kebutuhan dan kepentingannya.
Ketika ada perasaan yang kurang nyaman di kalangan karyawan, berarti ada yang salah pada diri sang manajer. Dalam hal ini manajer tidak dekat dengan para karyawannya. Ciri-ciri manajer seperti ini adalah:
(1).Dalam memimpin unit kerjanya, manajer lebih berorientasi pada hirarki struktural. Dia tidak merasa penting untuk berhubungan langsung dengan semua bawahannya. Kalau langsung dinilai tidak efektif dan efisien karena sudah ada pendelegasian wewenang pada asistennya.
(2).Kepribadian personalnya sangat kaku. Kemampuan berkomunikasi antarpersonal khususnya dengan semua karyawan sangat lemah. Cenderung egosentris. Supervisi cukup dilakukan oleh para asistennya. Karena itu timbul kesan ada jurang hubungan personal yang dalam antara manajer dan bawahan.
(3).Pertemuan lengkap dengan seluruh karyawan sangat jarang dilakukan. Semuanya diserahkan ke pemegang hirarki dibawahnya untuk mengkoordinasi semua program dan kegiatan unit kerja.
(4).Manajer tidak banyak mengetahui dan memahami permasalahn dan kebutuhan karyawannya. Termasuk tidak mememiliki rekam jejak para karyawan sehingga tidak mengetahui seberapa jauh masalah-masalah yang dihadapi pada setiap tim kerjanya..
Yang jelas karakteristik manajer seperti itu mengindikasikan ada kemampetan komunikasi timbal balik. Karyawan tidak memperoleh informasi langsung tentang kondisi perusahaan dari manajer. Karyawan tidak merasa termotivasi dalam bekerja karena manajer sebagai manajemen puncak di unitnya sangat enggan untuk turun ke bawah. Lambat laun kalau karyawan menghadapi model kepemimpinan seperti ini bukan mustahil kepuasan kerja dan kinerja karyawan bakal menurun.
Untuk menghindari hal-hal tersebut maka yang perlu dilakukan manajer dalam membangun kedekatan dengan karyawan adalah:
(1).Melakukan identifikasi pada setiap karyawan di unit kerjanya. Ciri-ciri karyawan perlu diketahui dan digunakan untuk membuat pendekatan-pendekatan formal dan informal dalam membangun motivasi karyawannya.
(2).Mengadakan pertemuan terjadwal dengan semua karyawan terutama dalam menyampaikan semua informasi yang berkait dengan misi, tujuan dan strategi perusahaan. Disitu dilakukan komunikasi timbal balik untuk menggali masukan dari karyawan. Jalur sepeti ini merupakan salah satu bentuk pengakuan terhadap bawahan.
(3).Manajer jangan segan-segan untuk berada di lingkungan tim kerja. Disitu manajer bukan saja melakukan penyeliaan tetapi juga tegur sapa dan tukar pikiran dengan karyawan langsung di lapangan. Dengan demikian manajer akan mengetahui secara persis permasalahan yang dihadapi tim kerja.
(4).Membuka pintu untuk karyawan bertemu dengan manajer. Kepemimpinan yang disebut gagal antara lain kalau karyawan sangat sulit untuk menemui pimpinannya. Para karyawan akan semakin termotivasi dan tergerak untuk meningkatkan kinerjanya kalau akses bertemu dengan manajer semakin mudah. Karyawan merasa diakui sebagai bagian dari elemen perusahaan yang kedudukannya penting.
Kekuatan seorang manajer yang sekaligus sebagai pemimpin adalah kuatnya kepatuhan bawahannya kepadanya. Hal ini merupakan buah dari proses membangun kedekatan manajer dengan karyawannya. Salah satu kemanfaatan dari suatu kedekatan adalah manajer memiliki pemahaman yang mendalam tentang identitas berikut kebutuhan dan kepentingannya. Sementara karyawan sendiri merasa diperhatikan oleh manajernya. Dengan demikian ketika manajer menghadapi permasalahan yang terjadi di tiap unit kerja maka pendekatannya adalah pemberdayaan sumberdaya manusia. Pendekatan itu tidak mungkin berhasil efektif kalau manajer itu sendiri tidak dekat dengan para karyawannya.
April 14, 2009 at 10:37 pm
Seoarng manajer memang harus dekat dengan karyawannya.Manfaatnya banyak sekali.Namun tidaklah perlu dekat berlebihan.Kalau itu terjadi maka akan terbuka ruang untuk menciptakan kebergantungan karyawan pada manajernya.Karena itu wajar-wajar saja.
April 15, 2009 at 1:12 am
[…] Tulisan asli dari artikel ini dan artikel2 menarik lainnya tentang leadership dan MSDM dapat juga diakses melalui: MANAJER: MENGAPA HARUS DEKAT DENGAN BAWAHANNYA? […]
April 15, 2009 at 3:25 am
Memang betul prof, manfaat dari kedekatan antara para manajer dan karyawan2nya memang banyak sekali. Salah satunya adalah komunikasi yang lancar yang tentu saja komunikasi yang lancar ini akan sangat membantu kelancaran operasi dalam suatu departemen di sebuah perusahaan. Komunikasi yang lancar juga memperlancar kerja dalam tim dan membuat atmosfir kerja menjadi menyenangkan yang tentu saja akan banyak manfaatnya bagi suasana kerja. Namun tentu saja kedekatan manajer dengan karyawannya bukan berarti si manajer harus menjadi seorang yang ‘pushover’ di mata bawahannya. Masalahnya memang banyak manajer yang tidak memahami bagaimana harus mendekati karyawannya secara proporsional dan tepat, ditambah lagi kompleksnya personalitas seseorang sehingga cara pendekatan yang efektif bagi seseorang mungkin berbeda dari satu orang ke orang lainnya…….
April 15, 2009 at 5:49 am
manager oh manager… posisi menantang padat tanggung jawab !
Thank u pak for the lovely post
April 15, 2009 at 6:32 am
apalagi kalau manager itu adalah dulunya berasal dari bawahan…
namun pentingnya mendengarkan dari bawahan langsung bukan dari “orang” tertentu karena akan lebih diketahui kondisi apa yang harus dan segera dilakukan oleh seorang manager dalam menjaga stabilitas kinerja perusahaannya
April 15, 2009 at 7:36 pm
ya bung rusli….sesuatu yang belebihan atau tidak proporsional pasti tidak bakal efektif….termasuk yang kurang berlebihan…..karena itu manajer sebaiknya melakukannya secara seimbang atau proporsional….. atinya pendekatan yang dilakukan memberi manfaat win-win solution/result….
April 15, 2009 at 7:36 pm
ok bung aris….
April 15, 2009 at 7:41 pm
ya mas yariNK…keberhasilan pendekatan yang dilakukan oleh manajer kepada karyawan merupakan fungsi dari proses komunikasi….disitu ada interaksi,interelasi, dan timbal balik….namun semuanya perlu dilakukan secara proporsional…artinya tidak berlebihan dan isi serta teknik komunikasinya bisa massal ke seluruh karyawan dan bisa kelompok dan individual….karena memang fokus dimensi masalahnya pun beragam…..
April 15, 2009 at 7:43 pm
ya mbak ekaria27…..tugas manajer tidaklah ringan….karena dia dituntut tidak saja untuk mampu mengelola sumberdaya non-manusia tetapi juga sdm yang memiliki keunikan individu masing-masing…..salam…
April 15, 2009 at 7:46 pm
omiyan….kelebihan manajer yang menapaki jenjang karir dari bawah memiliki kelebihan tersendiri….disamping menguasai ketrampilan teknis dia juga memiliki ketrampilan manajerial dan komunikasi berkat pengalaman dan proses belajar yang cukup panjang…..karena itu rekan kerja yang dulunya sama-sama selevel cenderung tetap akan menghormati rekannya yang sudah menjadi manajer tanpa proses pengkarbitan…..
April 16, 2009 at 12:47 am
Kedekatan manajer kepada karyawan sering di salah artikan oleh karyawan. Manajer yang terlalu dekat akan membuat karyawan terlena dan sering mengabaikan tugas yang dimandatkan. Sebaliknya apabila menjaga jarak, komunikasi yang terjadi menjadi tidak efektif.
Oleh sebab itu memang benar yang bapak katakan bahwa para manajer harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang identitas berikut kebutuhan dan kepentingannya dan membangun kedekatan dengan bawahannya sesuai dengan proporsinya.
April 17, 2009 at 8:32 pm
ya jeng ratih…..selain sang manajer harus memahami identitas karyawannya….maka karyawan pun seharusnya demikian…nah untuk itulah sang manajer tiada lain harus dekat dengan karyawan….namun dilakukan secara proporsional…..salam dekat…..