Kecenderungan pengembangan kepemimpinan di suatu perusahaan ditujukan untuk mempercepat para karyawan (manajemen dan non-manajemen) masuk ke dalam suatu lingkungan baru dimana mereka dapat mengembangkan kompetensi dan kapabilitasnya. Di beberapa perusahaan bisa jadi pengembangan kepemimpinan direfleksikan oleh para pemimpin senior dalam mengelola persepsi tentang beragam isu, membentuk koalisi, dan menggunakan kapasitas huhungan untuk memengaruhi perubahan organisasi. Dan semua dikaitkan dengan strategi bisnis perusahaan, Tanpa itu semua perusahaan seolah berjalan tanpa arah. Ketika persaingan global cenderung semakin tinggi, perusahaan dituntut memiliki program pengembangan kepemimpinan yang unggul yang mampu menggalang jejaring hubungan bisnis. Pertanyaannya adalah apakah perusahaan khususnya multinasional sudah melakukan seperti itu?
Tidak jarang ditemukan bahwa program pengembangan kepemimpinan telah gagal untuk memasukkan unsur kemampuan dalam membangun suatu nilai hubungan bisnis yang stratejik, Hal ini terlihat tidak saja dalam kurikulum pelatihan dan pengembangan tetapi juga dalam penerapan gaya kepemimpinannya di perusahaan. Ternyata kebanyakan semua itu tidak dikondisikan sepenuhnya. Yang ada lebih pada pengembangan kapabilitas dan kompetensi para pimpinan atau karyawan (calon pimpinan) di bidang-bidang finansial, operasi, manufaktur, dan proyek. Sementara dalam beberapa hal seperti pengembangan kemampuan untuk mengidentifikasi segala permasalahan secara sistematis, membangun, pemeliharaan personal, fungsional, dan manajemen hubungan stratejik untuk memengaruhi orang lain kurang diprogramkan. Dengan kata lain bagaimana setiap orang terutama yang potensial diarahkan untuk menjadi seorang pemimpin yang memiliki kemampuan hubungan stratejik dalam memengaruhi, mengarahkan, dan mengkoordinasi orang lain.
Meningkatnya keragaman karyawan, misalnya, seharusnya lebih dipandang secara kritis lagi dalam mencari pemimpin masa depan perusahaan. Mereka yang tampil diharapkan memiliki kekuatan berbeda dan unik ketimbang pemimpin yang ada sekarang. Beragam aspek seperti keragaman budaya, individu-individu yang sangat potensial dengan perspektif keunikannya, dan sudut pandangnya yang begitu maju, pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan memimpin untuk mencapai tujuan perusahaan. Karyawan seperti ini layak disebut sebagai orang yang memiliki kemampuan dalam membangun hubungan. Kemampuan itu sangat penting dalam mengembangkan jejaring bisnis.
Dalam suatu penelitian terhadap program pengembangan kepemimpinan Fortune 500 (David Nour,2008, Relationship Economics) ditemukan banyak karyawan yang memiliki perspektif dangkal atau myopia. Misalnya sebatas pada aspek-aspek strategi, rekayasa finansial, dan ekspansi global. Kalau toh tentang kemampuan kepemimpinan hanya sebatas dalam hal model transaksional. Padahal era kini yang jauh lebih penting dan prospektif adalah membangun kepemimpinan transformasional. Suatu proses perubahan dari pandangan rutin yakni apa yang sedang dikerjakan menjadi lebih strategis yaitu mengapa mengerjakan sesuatu. Pendekatannya pun semestinya holistik yang berkisar bukan saja tentang sisi kemampuan, tetapi juga sisi tanggung jawab sosial. Kondisi ini akan semakin mampu meningkatkan kinerja individu dan perusahaan manakala terpenuhinya pendekatan fungsional dan hubungan stratejik yang berbasis pada pendekatan sistematik.
Dalam prakteknya kemampuan membangun hubungan stratejik masih jarang dijadikan sebagai unsur dalam penilaian kinerja. Juga jarang dikaitkan dengan manajemen kompensasi (finansial dan non-finansial). Ternyata juga kemampuan hubungan stratejik masih belum menjadi bagian pengembangan mutu sumberdaya manusia kususnya tentang kompetensi karyawan. Karena itu tidak jarang bahwa pengembangan kepemimpinan perusahaan sering menghasilkan sesuatu yang sifatnya myopia. Dangkal dalam pengembangan pemikiran kritis, mandeknya kreatifitas, jejaring bisnis yang sangat pendek, dan tidak futuristik. Padahal dalam era global yang padat dengan persaingan bisnis maka seharusnya salah satu model pengembangan kepemimpinan yang unggul adalah yang berorientasi pada peningkatan kemampuan membangun hubungan stratejik. Kemampuan itu seharusnya menjadi unsur kompetensi yang dimiliki karyawan. Semakin tinggi atau meratanya kompetensi membangun hubungan bisnis stratejik di kalangan karyawan khususnya posisi manajer ke atas semakin mampu perusahaan bersaing dalam pasar global.
November 14, 2008 at 1:46 am
Pak Sjafri ysh:
Saya mempunyai pengalaman dalam pengembangan SDM khususnya untuk mempersiapkan seorang calon pimpinan misalkan: level General Manager yang akan memimpin salah satu unit kerja. Hampir seluruh pertimbangan untuk memutuskan siapa yang layak dan patut untuk mengisi posisi General Manager tersebut hanya didasarkan kepada catatan performance yang telah dicapai dari transaksi-transaksi historis yang bersangkutan. Evaluasi didasarkan pada data/catatan transaksi candidate misalnya: nilai kompetensi, nilai sasaran kerja individu, nilai assesment, dan kuantifikasi lainnya yang sama sekali tidak menyentuh kemampuan relasi atau kemitraan yang potensial mendukung deal bisnis dalam mencapai target organisasi.
Yang sering muncul dalam sidang penentuan jabatan dimaksud adalah informasi dari eksternal yang merekomendasikan bahwa candidate dimaksud adalah teman dekat RI-1 atau pejabat lainnya yang berpengaruh. Informasi tentang kemampuan relasi dengan para pimpinan perusahaan lain nyaris tidak pernah didapatkan.
Kemampuan relationship management sangat diperlukan khususnya dalam hubungan dengan para pimpinan perusahaan lain, mitra bisnis, vendor, suplier dan juga goverment. Dengan adanya relasi-relasi dimaksud diharapkan akan mendukung strategi bisnis dalam mencapai tujuan organisasi.
November 14, 2008 at 3:53 am
[…] Artikel asli dari tulisan ini dan artikel-artikel menarik lainnya bisa dibaca di sini: PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN : MYOPIA […]
November 14, 2008 at 7:38 am
Dalam rangka membangun hubungan bisnis dengan multinasional di suatu negara tertentu maka dibutuhkan aliansi manajemen sumberdaya manusia.Dalam prakteknya tidaklah mudah segera lancar karena dalam negosiasi tentang proses rekrutmen pegawai, manajemen kompensasi, dan karir akan menghadapi pola yang beragam di antara perusahaan yang terlibat. Karena itu saya sependapat kalau setiap manajer atau direksi hendaknya memiliki kemampuan membangun hubungan bisnis atau kemampuan negosiasi.
November 14, 2008 at 7:52 am
Apakah bisa disamakan mereka yang memiliki kemampuan membangun hubungan bisnis sebagai seseorang yang memiliki ciri-ciri diplomat? atau mungkin sebagai proyek marketer atau pencari proyek bisnis? Kalau demikian memang dibutuhkan program pengembangan kepemimpinan yang di dalamnya ada kurikulum yang menyangkut hubungan bisnis.
November 14, 2008 at 3:34 pm
betul mas rahadi…..kemampuan membangun hubungan secara bertahap bisa menjadi kompetensi seseorang……terimakasih telah memerkaya artikel ini……
November 14, 2008 at 3:35 pm
ok bung avis
November 14, 2008 at 3:36 pm
terimakasih mbak avita atas tambahan infonya yang bermanfaat memerkaya artikel ini….
November 14, 2008 at 3:38 pm
ya seharusnya setiap perusahaan ada orang-orang yang mampu menjadi negosiator ulung…..termasuk pencari dan pengembang jejaring bisnis……dan ini memang membutuhkan pengembangan sdm khusus untuk itu…..
November 15, 2008 at 5:42 am
Dalam sebuah tulisan saya pernah membaca bahwa gaya kepemimpinan hanya cocok dengan zamannya, lebih lanjut dituliskan bahwa pemimpin yang sukses pada jaman tertentu tidak memiliki jaminan untuk sukses pada jaman yang berbeda. saya sepakat Pak dengan tulisan Bapak bahwa gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi saat ini adalah kepemimpinan transformasional yang juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi sehingga bisnis yang dibangunnya serta organisasi yang dipimpingnya bisa sustainable..
November 15, 2008 at 8:57 pm
ya andi….gaya kepemimpinan selalu dinamis dan adaptif terhadap suatu zaman yang kondisinya selalu berubah….baik dari sisi budaya maupun kapabilitas masyarakatnya……persepsi dan aspirasinya tidak pernah statis……maka seharusnya gaya kepemimpinan pun tidak boleh stagnan hanya dengan menggunakan gaya itu-itu juga……
Desember 1, 2008 at 6:56 am
halo pak.. saya sangat suka sekali dengan artikel2 bapak. jadi mohon maaf pak jangan bosan2 yha kalau saya bnyk bertanya. pak, bagaimana sebenarnya gaya kepemimpinan yang baik untuk memimpin dalam sebuah organisasi ( di mana sebagai tambahan kita harus melihat terlebih dahulu gaya kepemimpinan yang telah berlangsung dan kita sebagai posisi org baru). trims pak.
Desember 2, 2008 at 12:17 am
mbak irma….mudah-mudahan saya tidak bosan,bahkan senang……wah gaya kepemimpinan itu sangat situasional…..untuk khlayak tertentu ,misalnya karyawan baru senang dengan gaya kepemimpinan berorientasi pada tugas; jadi masih membutuhkan supervisi dari superordinate….semntara itu bagi kalangan manajer senang kalau direksinya bergaya kepemimpinan membangun relasi sosial dan motivasi……betul sebagai orang baru,kita harus memelajari gaya kepemimpinan yang diterapkan sang bos….lalu kita siap-siap beradaptasi……
Desember 31, 2008 at 3:53 am
Menyambung dari comment ibu irma di atas, bagaimana cara melatih diri (dimana kita sbg new comer tapi sudah mendapat kepercayaan dari atasan kalau kita akan menjadi pemimpin di masa datang dalam kurun waktu kurang lebih 1 thunan setelah kita joint di perusahaan tersebut) untuk memiliki kemampuan hubungan stratejik yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin? Terima ksaih sebelumnya untuk sarannya, Pak.
Desember 31, 2008 at 1:04 pm
mbak sari….yang pertama perlu dilakukan banyak mempelajari konsep,tipe,gaya, dan praktek kepemimpinan……lalu sebaiknya ikut pelatihan kepemimpinan…….dianjurkan banyak berhubungan dan belajar dari para pemimpin senior…….dan tentunya mempelajari model-model pengambilan keputusan stratejik dan komunikasi…….
April 23, 2011 at 4:08 am
ada ngg’ artikel tentang hubungan pengembangan kepemimpinan dengan pemimpin yang sukses, kalo ada boleh dong di kirim ke emailku
xamthone.lampung@gmail.com
Maret 28, 2016 at 4:51 am
Apakah semua teori kepemimpinan lam msih relevan dengan aplikasi riil di tahun 2016 ini?
Mohon informasinya dong para suhu