Sebagaimana diketahui karyawan memiliki karakteristik yang unik ketimbang sumberdaya lainnya. Karyawan sebagai aset perusahaan memiliki akal sehat, emosi, intuisi, dan kepribadian yang aktif. Selain itu keunikan tersebut juga dicerminkan oleh bentuk kekuatan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tertentu dalam bekerja. Dengan asumsi setiap perusahaan memiliki manajemen strategis maka faktor utama yang dipertimbangkan ketika perencanaan bisnis dibuat adalah kekuatan karyawan dalam hal sumberdaya manusianya. Karena itu dikenal ada turunan dari manajemen strategis yakni manajemen sumberdaya manusia strategis. Yakni suatu manajemen yang berfokus pada upaya mengoptimumkan sumberdya manusia karyawan dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan dan karyawan.
Perusahaan yang maju dicerminkan oleh kepemimpinan yang berorientasi pada kekuatan karyawan. Model gaya kepemimpinan ini memfokuskan pada tiga hal yakni (1) menginvestasikan kekuatan karyawan dalam jangka panjang misalnya melalui memberi kesempatan karyawan untuk berkembang, (2) dekat dan dikelilingi oleh tim kerja yang efektif, misalnya memaksimumkan kekuatan timnya dan mempelajari elemen-elemen yang membangun keunggulan tim. dan (3) memanfaatkan dan memaksimumkan kebutuhan para karyawannya (kepercayaan, perasaan simpati, stabilitas, dan harapan).
Untuk membuktikan seberapa jauh efektivitas dari investasi kekuatan individu terhadap outcomenya, para peneliti dari University Florida telah melakukan studi panjang 25 tahun (Tom Rath dan Barry Conchie, 2008, Strengths based Leadership). Studi evaluasi diri telah dilakukan terhadap 7.600 responden (pria da n wanita) yang usianya berkisar antara 14 dan 22 tahun yang dilakukan pada tahun 1979. Responden terus diamati selama 25 tahun dimana pada tahun 2004 dikaji tentang keberhasilan karir, status pekerjaan, pendidikan, dan kesehatannya. Penelitian membuktikan bahwa semakin tinggi kepercayaan diri seseorang semakin tinggi tingkat pendapatan dan karirnya setelah kurun waktu 25 tahun. Koefisien percepatannya jauh lebih tinggi ketimbang mereka yang kepercayaan dirinya lebih rendah. Dengan kata lain jurang perbedaan keberhasilan ke dua kelompok itu dari tahun ke tahun semakin lebar.
Disamping ada pengaruhnya terhadap pendapatan dan karir, ternyata investasi berpengaruh pula terhadap tingkat kesehatan individu selama bekerja. Penelitian menunjukan bahwa mereka yang tergolong karyawan yang lebih rendah kepercayaan dirinya mengalami permasalahan kesehatan tiga kali lipat dibanding dengan yang punya kepercayaan diri lebih tinggi. Dapat disimpulkan semakin intensif investasi yang dilakukan semakin tinggi kualitas SDM dan kinerja seseorang.
Dari hasil studi diatas maka mereka yang sadar akan kekuatannya dan membangun kepercayaan diri ketika berusia muda akan menghasilkan keunggulan komulatif sepanjang hidupnya. Hasil analisis sementara yang dilakukan para peneliti Gallup dengan studi longitudinal yang sama dengan yang dilakukan peneliti Universitas Florida cenderung menunjukkan hasil yang sama. Mereka yang berusia antara 15-23 tahun dan memiliki kesempatan untuk memanfaatkan kekuatannya maka ketika 25 tahun kemudian ternyata memiliki kepuasan karir dan pendapatan yang lebih tinggi.
Implikasi dari temuan di atas adalah betapa pentingnya seorang pemimpin dalam perusahaan menginvestasi kekuatan karyawannya. Seandainya para pemimpin mampu membantu setiap karyawan dengan pengembangan kapasitas individunya dalam jangka panjang maka diduga kuat akan meningkatkan keunggulan komulatif karyawan dan perusahaan lebih cepat. Program pemberdayaan dan partisipasi karyawan dalam konteks pengembangan SDM menjadi kunci keberhasilan proses investasi kekuatan karyawan dan kinerja organisasi jangka panjang.
Maret 30, 2009 at 3:03 pm
Ada baiknya para ilmuwan manajemen khususnya di bidang msdm dan perilaku organisasi melakukan studi longtudinal yang serupa untuk perusahaan-perusahaan di indonesia.Siapa tahu temuan-temuan itu bermanfaat dalam konteks indonesia yang diperkirakan budaya kerjanya mungkin berbeda dengan di usa.
Maret 30, 2009 at 9:44 pm
Kekuatan karyawan belum tentu diketahui oleh manajernya.Tidak jarang yang sifatnya tersembunyi padahal potensial untuk dikembangkan.Karena itu sebaiknya manajer proaktif menggali beragam potensi yang dimiliki karyawannya.Baru manajer bisa menyusun perencanaan pengembangan sdm secara terarah.
Maret 31, 2009 at 7:15 am
Ada kisah sebuah perusahaan yang saat ini cukup besar, tetapi kondisinya saat krisis ekonomi 1998 hampir collaps. Gaji karyawan belum terbayar selama 2-3 bulan. Bisa dirasakan betapa menderitanya karyawan yg gajinya hanya pas-pasan (habis bulan habis gaji). Namun anehnya, tidak ada karyawan satu pun yg berhenti atau protes atau demo. Keanehan lainnya justru para karyawan tsb berusaha menolong perusahaan dg mencoba menggadaikan harta yg dimilikinya. Pihak manajemen yg sudah hampir putus asa, bangkit kembali semangatnya melihat “semangat” para karyawan itu. Walhasil, perusahaan terus survive hingga kini, bukan karena kontribusi harta tetapi adanya “trigger” yang berupa semangat dan support karyawan terhadap perusahaan.
Maret 31, 2009 at 10:56 am
ya mbak nuraini…..betul,cuma para peneliti kita yang berkiprah dalam ilmu-ilmu sosial termasuk manajemen….sangat langka atau interestnya mungkin kurang….untuk studi semacam ini….mungkin aspek finansial juga yg terbatas…..padahal kalau cuma itu…sebenarnya bisa bekerja sama dengan lembaga-lembaga riset dalam negeri dan internasional….
Maret 31, 2009 at 10:58 am
mbak avita….nah karena itu sehartusnya semakin dekat manajer dengan karyawannya…semakin tahu potensi setiap karyawannya….jadi betul harus proaktif…..
Maret 31, 2009 at 11:05 am
mas bodong….ilustrasi yang menarik….apalagi dikaitkan dengan teori z yang diciptakan oleh william ouchi….yakni bagaimana perusahaan membangun karakter dan mindset karyawannya untuk loyal atau mengabdi seumur hidup…..harapannya agar karyawan “diikat” dengan loyalitas tanpa batas…..dan memiliki sikap kerja yang penuh integritas untuk mengembangkan kinerja perusahaannya….hal ini bisa terjadi karena karyawan dikondisikan untuk selalu merasa betah dan nyaman bekerja sebagai keluarga besar apapun kondisi perusahaannya….dan keunggulan teori z lainnya, karyawan merasa menjadi bagian sangat penting di perusahaan…..teori z ini banyak dikembangkan di perusahaan di amerika dan jepang…..
April 1, 2009 at 2:13 am
Berdasarkan pengalaman, kekuatan yang perlu dibangun tidak saja kekuatan individu tetapi kekutan tim kerja.Kebersamaan dalam suatu tim memegang peranan sangat penting bagi perusahaan.
April 1, 2009 at 2:06 pm
ya bung rusli…..kedua kekuatan itu harus sama-sama dikembangkan…dan seimbang….agar pengembangan organisai merata dan solid…..
April 1, 2009 at 11:52 pm
[…] Tulisan ssli dari artikel asli dan tulisan menarik lainnya tentang MSDM dapat juga diakses melalui link: MANAJEMEN INVESTASI KEKUATAN KARYAWAN […]
April 5, 2009 at 12:35 am
ok bung aris
Januari 22, 2010 at 2:43 am
Inspiratif 🙂 Mohon izin, bolehkah artikel ini saya share di facebook? Terima kasih.
Januari 22, 2010 at 12:20 pm
silakan bung marthin….