Perusahaan, dalam hal ini manajemen puncak, tidak saja hanya berharap dari semua karyawan untuk berkinerja tinggi. Tetapi juga berharap dari manajer. Mengapa demikian? Karena kinerja karyawan sangat dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan dan ketrampilan manjerial dari manajer. Pihak manajerlah yang paling tahu kondisi para karyawan atau subordinasinya di lapangan. Karena pengetahuannya sedemikian rupa maka pihak manajer selalu diminta manajemen puncak agar memberi umpan balik apa saja yang terjadi di setiap unitnya. Dengan demikian manajemen puncak memiliki dasar ketika perusahaan akan merencanakan dan mengembangkan usahanya.
Manajer dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas kinerja karyawan di unit kerjanya. Manajerlah yang memiliki posisi terdepan tentang keberhasilan karyawannya. Dia merupakan representasi manajemen puncak dalam hal strategi dan kebijakan perusahaan yang perlu disampaikan ke dan dilaksanakan semua karyawannya. Untuk itu pihak manajer seharusnya melakukan beberapa hal yakni (1) merefleksikan dan mendukung strategi dan kebijakan tujuan dan sasaran perusahaan; (2) merefleksikan dan mendukung kebijakan umum dan kebijakan operasional serta metode untuk mencapai tujuan perusahaan; (3) menyampaikan dan menguraikan semua kebutuhan perusahaan dalam bentuk rincian kegiatan agar dilaksanakan oleh karyawan; (4) melakukan umpan balik kepada manajemen puncak tentang bagaimana persepsi dan sikap karyawan terhadap setiap tujuan dan kebijakan perusahaan; dan (5) melakukan umpan balik kepada manajemen puncak tentang apa kekuatan dan kelemahan sumberdaya dan proses pekerjaan di tingkat unit.
Dalam prakteknya ketika manajer menjalankan misi perusahaan di atas tidaklah selalu lancar. Tantangan terbesar justru dari pihak manajer itu sendiri yakni dalam hal ketaatasasan. Manajer kerap belum sepenuhnya memahami apa isi tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Keragu-raguan tidak jarang ditemui manajer yang antara lain disebabkan faktor-faktor kekurang-percayaan pada potensi diri sendiri, .kurangnya panduan teknis dari perusahaan sedang otonomi yang diberikan kepada manajer belum sepenuhnya diberikan manajemen puncak. Kurangnya pengalaman manajer dalam menterjemahkan setiap kebijakan ke dalam rincian program juga akan menambah ketidak-taatasasan posisi manajer sebagai representasi manajemen pucak. Dalam keadaan seperti itu manajer kerap mengalami kesulitan mengkoordinasi karyawannya dengan efektif.
Mengatasi masalah ketidak-taatasasan manajer itu maka seharusnya pihak manajemen puncak mengkondisikan lingkungan kerja yang dinamis. Artinya setiap manajer merasa nyaman sekali untuk memberi pandangan, kepedulian, dan menyampaikan gagasan kepada manajemen puncak. Mereka diberi kesempatan untuk mengikuti dialog atau komunikasi bisnis internal perusahaan. Dari proses itu manajer akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru untuk bekerja secara konsisten atau taatasas. Sementara itu di tingkat unit pihak manajer harus berperan dalam memfasilitasi kebutuhan karyawan dalam proses pekerjaan dengan taatasas. Namun hal itu tidak mungkin berhasil kalau manajer tidak memiliki ketrampilan berkomunikasi dengan para karyawannya. Lambat laun yang diharapkan manajemen puncak dari manajer akan terpenuhi yakni manajer yang kompeten dan konsisten dalam menterjemahkan setiap kebijakan dan strategi perusahaan menjadi program terinci di tiap unit. Untuk mendukung program maka manajer berinisiatif membentuk dinamika kelompok dan kegiatan resolusi konflik. Keberhasilan itu akan mempengaruhi pencapaian kinerja perusahaan sesuai harapan manajemen puncak.
Februari 19, 2009 at 8:48 pm
Manajer terkadang mendapat beban yang cukup berat dari atasan,misalnya dalam hal pencapaian target tertentu kinerja unit.Tidak seimbang dengan kapasitas karyawan dan fasilitas kerjanya.Namun pihak manajemen puncak sepertinya tidak mau tahu.Alasannya adalah karena unit lain pun mampu mencapai target tersebut.Hal ini dapat menyebabkan suasana kerja yang kurang nyaman.
Februari 20, 2009 at 6:50 am
Seorang manajer sering dihadapkan pada dua hal yakni apakah dia seorang pimpinan ataukah pemimpin. Kedua hal itu akan membedakan dalam menerapkan gaya kepemimpinannya.Gaya itu sendiri bisa membangun motivasi namun bisa juga demotivasi karyawannya.Karena itu manajer perlu mendapat pembinaan dari manajemen puncak.
Februari 21, 2009 at 1:12 pm
Kecakapan seorang manajer pada suatu peusahaan paling tidak adalah dalam penguasaan skill pada 4 bidang: technical skill, conceptual skill, managerial skill dan social skill. Dalam prakteknya, persentase bobot masing2 skill semakin ke kanan semakin besar. Sayangnya, kebanyakan manajer di kita adalah mumpuni hanya pada technical skill dan conceptual skill, padahal dinamika pada dunia bisnis adalah luar biasa cepat dan sulit diprediksi, sehingga faktor ketidakberhasilan sering dijumpai.
Yang lebih aneh lagi, posisi manajer sering dilecehkan oleh para pemilik perusahaan dengan cara semena-mena meletakkan kata “manajer” pada setiap posisi, misalnya untuk posisi yang seharusnya dikepalai oleh seorang supervisor, mungkin agar terkesan keren kata supervisor tersebut diganti dengan kata manajer. Sehingga tidak jarang dalam struktur organisasi suatu perusahaan terdapat posisi manajer di setiap hierarki….
Di beberapa perusahaan, salah satu syarat menjadi seorang manajer adalah harus tahan dalam kondisi “underpressure”, dimana manajemen puncak tidak akan pernah puas dg kinerja sang manajer walau kinerjanya sangat luar biasa menguntungkan perusahaan. Pimpinan perusahaan tersebut menganggap bahwa “selagi handuk basah masih bisa diperas” maka peras terus sampai terdengar bunyi “krek”, baru kemudian handuk tersebut dijemur. Sebagai seorang yang memiliki kualifikasi manajer, adalah sudah waktunya untuk “memilih” perusahaan yang lebih bonafid.
Februari 21, 2009 at 2:00 pm
Saya berpengalaman memiliki manajer yang tidak saja sebagai pimpinan (ditunjuk ceo) tetapi juga sekaligus sebagai pemimpin.Selain memiliki pengalaman kerja yang bagus juga kemampuan dalam menciptakan gagasan maju dan manajerial skill yang luar bisa.Sementara sebagai pemimpin dia sangat bertanggung jawab dan visioner.Sangat dekat dan dihormati para karyawannya karena selalu mengembangkan pola manajemen partisipatif.
Februari 21, 2009 at 10:31 pm
bung johan….seharusnya pihak manajemen puncak atau perusahaan memiliki apa yang disebut dengan indeks kinerja dan indeks beban kerja manajer…..setiap unit mungkin saja berbeda sesuai dengan komptensi pekerjaan tiap unit, tugas dan tanggung jawab tiap manajer….sehingga terhindari adanya proses yang disebut “sapi perah”….
Januari 27, 2010 at 3:01 am
Seorang Manajer jauh lebih sulit dibandingkan karyawan dibawah’y, Seorang manajer harus bertanggung jawab lebih disetiap bidang’y, karena manajer lah yang membuat manajemen sehingga mendapatkan hasil yang terbaik didalam perusahaan. Mungkin jikalau staff biasa kalau pulang kerja bisa langsung pulang contoh’y, tapi seorang manajer itu tidak bisa, dia harus membuat manajemen baru disetiap waktu, untuk mendapatkan hasil2 yang terbaik didalam Perusahaan, sehingga karyawan yang tadi’y pulang lebih awal bisa mendapatkan kesehjatraan yang lebih.
Januari 27, 2010 at 1:57 pm
ya bung roy…betul dan karena itu manajer cenderung lebih lambat pulang ketimbang karyawan atau subordinasinya….terimakasih telah memerkaya artikel ini….
Februari 21, 2009 at 10:35 pm
ya mbak nur….tidak jarang ditemukan posisi manajer lebih sebagai pimpinan….cirinya adalah penerapan pendekatan otoritas lebih menonjol ketimbang sebagai pemimpin….yang memiliki ciri kepemimpinan yang yang membangun motivasi karyawannya…..
Februari 21, 2009 at 10:45 pm
betul mas bodong…..bahkan masih ada kesan bahwa tugas dan tanggung jawab seorang manajer adalah sebatas mampu mengolah sumberdaya produksi untuk mencapai keuntungan maksimum……lebih pada orientasi output ketimbang proses…..selain empat ketrampialn yang diutarakan mas bodong….ada kecerdasan dan ketrampilan manajer yang dibutuhkan dalam konteks domestik dan global yang ada kaitannya dengan dunia bisnis yakni kecerdasan analisis fenomena politik disamping humaniora…..manajer dituntut memahami efek turbulensi eksternal terhadap perkembangan bisnis…..namun di sisi lain dalam penerapan kebijakan terhadap manajer, ceo tidaklah harus bertingkah dengan “peras-memeras”….itu namanya dehumanisasi…..so ceo itu sendiri yang seharusnya mengikuti pelatihan partnership management dan soft skills…..
Februari 21, 2009 at 10:47 pm
ya bung rusli itulah manajer idaman karyawan dan manajemen puncak….
Februari 23, 2009 at 3:16 am
[…] Tulisan asli dari artikel ini dan tulisan-tulisan menarik lainnya tentang MSDM dapat juga diakses secara langsung melalui: APA YANG DIHARAPKAN PERUSAHAAN DARI MANAJER? […]
Februari 24, 2009 at 1:29 am
ok bung aris….