Berbagai hasil studi tentang kebutuhan perusahaan akan karyawan profesional adalah pentingnya segi kemampuan dalam berkomunikasi. Kemampuan yang dituntut perusahaan itu merupakan urutan ketiga setelah kemampuan intelektual dan kejujuran calon karyawannya. Alasan yang sering diungkapkan perusahan adalah kemampuan komunikasi sangat penting ketika seorang karyawan harus mampu menterjemahkan apa yang yang dikehendaki pimpinan, mampu menyampaikan gagasan-gasannya dengan gamblang, mampu membuat surat bisnis, dan mampu membangun komunikasi positif dengan atasan dan sesama karyawan. Bahkan perusahaan yang sangat aktif membangun jejaring bisnisnya, kemampuan karyawan profesional dalam berkomunikasi (negosiasi) bisnis dengan pihak rekanan sangat dibutuhkan.
Lebih-lebih ketika perusahaan memasuki pasar global, kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing menjadi handalan perusahaan. Perusahaan-perusahaan di Indonesia sering mengalami kesulitan mencari calon karyawan profesional yang terampil dalam berkomunikasi seperti yang diuraikan di atas. Pasalnya ketrampilan yang termasuk soft skill ini sangat jarang diajarkan di kalangan perguruan tinggi. Akibatnya perusahaan harus mengusahakan beragam jenis pelatihan dalam bidang komunikasi ini. Kemudian peusahaan pun harus menciptakan suasana komunikasi yang tidak semata-mata bernuansa bisnis saja tetapi bersuasana kekerabatan sosial internal perusahaan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan motivasi dan sekaligus kinerja para karyawannya. Pertanyaannya apa dan bagaimana pendekatan-pendekatan komunikasi di lingkungan karyawan yang sebaiknya diterapkan dalam suatu perusahaan?.
Cara berkomunikasi klasik yang sejak lama dipakai adalah melalui (1) pengungkapan kata-kata, dan (2) melalui bahasa tulisan. Dalam prosesnya dibutuhkan kemampuan berbicara efektif yang merupakan kombinasi dari tiga unsur yaitu (1) isi pembicaraan, (2) keterampilan komunikasi ujaran, dan (3) keterampilan komunikasi non-ujaran. Berdasarkan pengamatan empiris selain komunikasi formal, komunikasi informal, di dunia manajemen memiliki ciri-ciri pokok yang berbeda atau keunggulan dibanding dengan komunikasi formal, antara lain adalah: tidak terikat pada hirarki jabatan, suasana lebih santai dan penuh kekeluargaan, materi komunikasi tidak selalu terkait langsung dengan pekerjaan, bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, dan suasana komunikasi lebih terbuka. Disinilah kecakapan karyawan dalam bentuk softskills sangat memegang peranan penting dalam memperlancar proses komunikasi efektif.
November 19, 2008 at 11:49 pm
Sangatlah tepat komunikasi informal untuk beberapa hal jauh lebih efektif ketimbang formal.Luwes dan kental dengan persaudaraan.Biasanya ide-ide mengalir begitu saja disampaikan ke bos.
November 20, 2008 at 1:18 am
Saya sependapat dengan Pak Sjafri, kemampuan berkomunikasi dengan baik merupakan salah satu faktor penting dalam dunia kerja. Terlebih bagi para pencari kerja, kemampuan berkomunikasi yang baik merupakan salah satu “nilai jual” bagi dirinya.
Kalo boleh, saya minta ilmu atau tips-tips tentang berkomunikasi dengan baik dong Pak Sjafri (khususnya dalam dunia kerja).. Soalnya saya pendatang baru dalam dunia kerja. Jadi, masih ingusan Pak. Masih perlu banyak belajar. Thank ya Pak..
November 20, 2008 at 1:20 am
Apabila kita sepakat dengan hasil survey yang mengatakan bahwa pada umumnya prosentase alokasi waktu yang diperlukan oleh senior leader adalah 60-80% dipergunakan untuk: lobbying, travelling dan meeting sehingga waktu 20% tersisa akan dipergunakan untuk mengkomunikasikan apa? (formal/non formal). Dapat diduga bahwa efektivitas sisa waktu 20% untuk pekerjaan rutin tersebut tentunya mengandung resiko emosional dan minimnya komunikasi non formal. Kita sadari bahwa dukungan IT saat ini sangat dominan dalam mendukung pekerjaan, sehingga senior leader yang sedang travelling di Singgapore misalnya masih dapat meng approve nota dinas yang dibuat staffnya atau bahkan tidak perlu meng approve karena password nya telah diberikan kepada sekretaris pribadi yang “mempunyai” kewenangan dan menjalankan peran sebagai senior leader.
Saya sepakat dengan pentingnya komunikasi formal dan non formal, permasalahannya adalah bagaimana peran komunikasi dalam era struktur organisasi yang semakin horizontal dan banyaknya organisasi yang berbentuk matrik dengan branch office yang menyebar diseluruh dunia ?? , Apakah peran komunikasi ini menjadi semakin kritikal atau justru cukup diwakili dengan berkomunikasi via komputer atau gadget yang telah dijejali dengan sistem informasi??.
November 20, 2008 at 3:32 am
Sepertinya komunikasi ini bukan hanya sebatas grammar dan juga vocabulary words tetapi juga mencakup hal2 lain seperti waktu yang tepat untuk menyatakan sesuatu, memilih sarana komunikasi yang tepat agar tepat waktu dan sasaran, mampu membaca karakter seseorang agar dapat menyesuaikan gaya berbicara dan lain sebagainya. Dengan begitu, mudah2an tidak terjadi miskomunikasi antar keduabelah fihak, jikalau ada miskomunikasi dapat diminimalisasi deviasinya ataupun dapat dikoreksi secepatnya.
Yang paling nyaman memang berkomunikasi antar dua fihak yang sudah mengerti karakter masing2, sehingga kejanggalan ‘karakter’ yang terdapat pada komunikasi dapat dicurigai sebagai miskomunikasi, sehingga miskomunikasi tersebut dapat segera diidentifikasi dan diluruskan…….
November 20, 2008 at 4:29 am
asw. tulisan bapak cukup menyemangati kami, tapi masih banyak yang belum kami pahami tolong dijelaskan lebih rinci lagi terutama bagaimana cara mengatasi faktor psikologis kita apabila bertemu dengan seseorang yang tidak senangi,kemudian apakah benar faktor umur dapat memeonopoli segala aktivitas seperti contoh karyawan yang masih muda jarang diberikan kesempatan untuk memegang proyek yang makro sehingga lebih didominasi orang yang dikategorikan berumur tua, apakah kami tidak boleh diberi kesempatan untuk menjadi produktif, jadi sempat terkesan anak muda kurang dianggap oleh yang sudah tua , terimakasih
November 20, 2008 at 4:30 am
asw. tulisan bapak cukup menyemangati kami, tapi masih banyak yang belum kami pahami tolong dijelaskan lebih rinci lagi terutama bagaimana cara mengatasi faktor psikologis kita apabila bertemu dengan seseorang yang tidak senangi,kemudian apakah benar faktor umur dapat memeonopoli segala aktivitas seperti contoh karyawan yang masih muda jarang diberikan kesempatan untuk memegang proyek yang makro sehingga lebih didominasi orang yang dikategorikan berumur tua, apakah kami tidak boleh diberi kesempatan untuk menjadi produktif, jadi sempat terkesan anak muda kurang dianggap oleh yang sudah tua , terimakasih
November 20, 2008 at 7:15 am
Cara komunikasi dari atasan yang santun dan penuh penghargaan kepada reciver dalam ini (bawahan) ternyata betul menumbuhkan empati yang luar biasa sehingga mereka tergerak dengan penuh tanggung jawab dan secara tidak langsung ada pendelegasian wewenang dari atasan yang pada akhirnya ada manfaat proses pembelajaran / kaderisasi yang timbul dalam organisasi tersebut, trust diantara komunikan dan reciver secara alami tumbuh dan berkembang. Komunikasi horizontal,vertical dan diagonal dalam organisasi menjadi lancar tidak ada stagnasi. Yang saya belum jelas adalah MBA Prof ? yaitu manajemen by angry apa benar ada sebagian organisasi memang menerapkan gaya ini, mereka berdalih menegakkan disiplin,… apa benar disiplin harus by angry,…. Prof ? soft skill yang pas apa ya prof. sukron
November 20, 2008 at 8:55 am
Dalam suatu perusahaan (organisasi) yang diinginkan oleh para karyawannya adalah lingkungan kerja yang kondusif, dimana komunikasi vertikal (downward Comm dan Upward Comm), komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal harus berjalan seimbang! Namun prakteknya dilapangan tidak semudah itu, komunikasi vertikal, horizontal dan diagonal sudah berjalan seimbang pada porsinya tetapi kenapa lingkungan kerja juga kurang kondusif? Kira-kira apa yang mempengaruhinya Prof?…
Thx atas masukan Prof! Slmt Sore
November 20, 2008 at 9:21 pm
ya mbak avita….bukan berarti pula bahwa komunikasi jalur formal sulit untuk efektif….itu semua bergantung pada kapabilitas pelakunya, isi pesan, suasana, dan media……
November 20, 2008 at 9:23 pm
mas adek…..selamat jadi karyawan baru…..artikel saya yang terbaru,20 november ini, mudah-mudahan dapat membantu anda berkomunikasi dengan efektif…..
November 20, 2008 at 9:30 pm
betul mas rahadi……walau tersisi waktu relatif sedikti yang mungkin dapat dilakukan adalah dalam hal mutu komunikasinya….gunakan waktu 20% itu seefektifmungkin…….bisa pakai jalur formal atau informal……btw betul alat atau media teknologi komunikasi modern pun semakin banyak dipakai……tele conference salah satunya dan banyak lainnya…..nah ini tak jadi masalah karena sekali suatu organisasi menggunakan odel matrix maka disitu ada syarat bahwa setiap orang bisa diandalkan dalam hal kapabilitas keorganisasian dan manajemennya untuk melakukan koordinasi yang tidak kaku…….tentunya tidak lepas juga dari sop-nya……
November 20, 2008 at 9:34 pm
betul mas yariNK….termasuk memahami karakter budaya bahasa bangsa lain…..antara lain bahasa tubuh….jangan sampai eksekutif muda kita terkecoh dengan geleng-geleng kepala eksekutif muda india ketika sedang berkomunikasi ujaran atau tatap muka….bisa-bisa kalau tidak dimengerti deal bisnis bakal gagal…..karena dianggapnya eksekutif muda india itu ngga mengerti atau tidak menyetujui setiap ucapan eksekutif indonesia itu……
November 20, 2008 at 9:38 pm
mydutzz….keberhasilan komunikasi antara superordinate dan subordinate sangat bergantung pada kapabilitas dan kepribadian masing-masing……..kepemimpinan sang bos yang relatif demokrat dan partisipatif tentu komunikasinya lebih nyaman ketimbang dengan yang otoriter…..ketika kita masih menjadi karyawan baru dan muda…..maka pandai-pandai saja berorientasi,beradaptasi dinamis, dan bersosialisasi dengan lingkungan…….
November 20, 2008 at 9:46 pm
ya mas cahyono….kalau pemimpin organisasi memiliki sifat amanah dan teladan maka otomatis lewat jalur komunikasi apapun suasananya akan nyaman dan membangun motivasi karyawannya……kalau manajement by anger (mba) sebaliknya…..dalam kenyataanya itu ada……ternyata yang semula ingin membentuk kedisiplinan malah menjadi suasana konflik……apalgi kalau marah tak beralasan….boleh marah (manusiawi) tetapi jangan dipelihara dan dikembangkan ke lingkungan kerja….malah jangan dijadikan sebagai sistem kepemimpinan……bakal kontraproduktif……mengapa? karena setiap manusia butuh penghargaan..bukan kemarahan yang diterimanya…..jadi pemimpin pun harus pula menjadi pengarah tulen,teladan, dan pemberi-peminta maaf……btw mohon panggil saja saya pak sjafri bukan prof….
November 20, 2008 at 9:51 pm
betul ilona….jalu komunikasi multiarah secara proporsional bisa membuat seimbang……nah kalau masih terjadi suasana yang kurang kondusif bisa karena faktor lain……misalnya, kurangnya pelatihan dan pengembangan, kurang adilnya manajemen kompensasi dan promosi bisa saja menyebabkan karyawan tidak puas….lalu timbul kebisingan….akibatnya bekerja ala kadarnya….dan akhirnya kinerjanya di bawah standar perusahaan…..
November 21, 2008 at 3:49 am
salam sejahtera, terima kasih atas jawabannya. semoga saya dapat memahi dan mengaplikasikan nasehat tersebut.
Akhir-akhir ini saya lihat isu tentang agama dan wanita. Apakah wanita merupakan makhluk terlemah di agama? dan apakah wanita adalah objek agama dan laki-laki sebagai motor penggerak.
selamat solat jumat, tolong doanya semoga mahasiswa kmp 2008 semua cepat selesai dan dapat berbakti pada negara. terima kasih
November 21, 2008 at 8:59 pm
ya ali……agama khususnya islam tidak menempatkan wanita sebagai posisi yang lemah….silakan dipelajari hadistnya….rasulullah membuka peluang kesetaraan gender……wanita pun punya hak dan kewajiban untuk mendidik anak-anaknya menjadi manusia soleh dan soleha….bukankah itu mulia?……saya doakan semua mahasiswa kmp 2008 sukses dalam belajarnya….amiin..
November 26, 2008 at 8:54 am
[…] Artikel ini dan tulisan lain tentang tentang Pengembangan SDM dapat juga dilihat di: KOMUNIKASI DAN SOFT SKILLS […]
November 27, 2008 at 5:54 pm
Ass. Sebenarnya saya pun menyatakan pendapat yang sama mengenai soft skill yang kita miliki adalah berkomunikasi. Hanya saja di kelas saya ragu-ragu untuk mengeluarkan pendapat. Kita mempunyai gaya penyampaian yang berbeda-beda. Sebelum menyampaikan sesuatu, hendaknya kita mengamati terlebih dahulu sasaran (lawan bicara) kita. Tentunya perlu pemahaman karakter pribadi yang bersangkutan. Hal ini bertujuan untuk menyesuaikan gaya bicara yang berpengaruh terhadap psikologis. Cara berkomunikasi kita pun salah satu faktor penentu apakah selanjutnya akan terjalin hubungan yang baik atau tidak (pemutusan hubungan).
November 27, 2008 at 11:03 pm
waalaikum salam….betul mbak maria….lewat komunikasi berbasis soft skilss,suatu ketika interaksi yang begitu aktif dan kondusifnya di antara sesama grup akan mampu membentuk dinamika kelompok…..artinya kita sudah saling mengenal diri masing-masing berikut karakternya…..