Jack Welch dikenal di kalangan bisnis sebagai CEO kaliber internasional. Gagasan, kritikan, keteladanan dalam memimpin bisnisnya banyak diamati dan ditiru. Salah satu pernyataannya yang kontroversial adalah ”birokrasi musuh produktivitas”. Welch berkata kepada para karyawannya untuk ”memukul dan menendangnya”. Para CEO General Electric berperang selama dua dekade melawan birokrasi dengan inisiatif-inisiatif seperti ”boundaryless” (tanpa batas) dan work out. Daftar nilai-nilai GE secara khusus menyebutkan ketidaktoleran perusahaan terhadap birokrasi (hal ini masuk daftar paling atas selama bertahun-tahun), dan menekankan pentingnya membangun suatu organisasi yang bercirikan kepercayaan, semangat, dan informal. Welch mengenali dampak birokrasi yang merugikan dan mengetahui bahwa jika ia tidak membersihkan organisasi dari keburukan ini, GE tidak akan pernah menjadi perusahaan kompetitor global yang disegani (The Jack Welch; Lexicon of Leadership; 2002). Pertanyaannya apakah ”perlawanan” Welch itu juga dimaksudkan pada birokrasi publik? Apakah birokrasi publik selama ini juga membunuh produktivitas kerja para pegawainya dan instansinya? Kalau benar begitu dimana peran etika administrasi atau kebijakan publik dalam birokrasi? Dan bagaimana pula dengan reaksi masyarakat umum yang berhak memperoleh pelayanan prima? Kalau saja kenyataannya semua terjawab dengan nilai negatif maka pantas saja para calon investor asing urung menanamkan modalnya di Indonesia.
Desember 17, 2007 at 4:30 am
Prof. Sjafri,
Saya memandang kata-kata “birokrasi” ini sudah mengalami degradasi makna. Padahal kalau kita lihat asal-usul teori birokrasi ini dari Max Weber, tujuannya adalah untuk menciptakan keteraturan dalam suatu organsiasi, baik kecil, maupun dalam skala besar seperti negara. Semangatnya demikian, walaupun beberapa dari teori Weber sendiri mungkin sudah tidak relevan lagi dengan kondisi dunia saat ini, tetapi semangatnya adalah menciptakan keteraturan.
Nah, masalahnya sekarang, kata-kata birokrasi ini menjadi “public enemy”. Birokrasi sekarang dipersepsikan sebagai suatu pengikat di mana tidak ada kebebasan untuk melakukan inovasi. Padahal bukan demikian. Kita tidak bisa membayangkan kehidupan tanpa suatu keteraturan.
Menurut saya, birokrasi tetap diperlukan. Hanya makna haruslah didefinisikan ulang. Birokrasi adalah suatu tatanan untuk menciptakan keteraturan kehidupan. Masalahnya, kalau birokrasi ini sudah diselipi berbagai kepentingan terselubung, maka maknanya akan menjadi negatif dan mengalami degradasi.
Mengapa banyak instansi “mempertahankan birokrasi yang bertele-tele” ? Karena mereka punya kepentingan dengan hal itu. Banyak juga yang “hidup” dengan memanfaatkan birokrasi yang bertele-tele itu. Nah, kalau sudah begini, birokrasi menjadi suatu kata dengan makna negatif.
Wassalam.
Riri Satria
Desember 18, 2007 at 1:16 pm
bung riri ..tapi Max Weber sendiri mengingatkan kalau birokrasi mau berjalan adil dan efisien,harus bisa memenuhi syarat….(1)kedudukan dan cara kerja staf harus terikat peraturan jelas,(2) staf harus punya kompetensi khusus dengan jabatannya,(3)susuanan jabatan bersifat hirarki,(4)ada pengaturan teknis yang jelas,(5)perlu pemisahan yg tegas mana aset pribadi dan mana yang hak organisasi,(6) aset organisasi bebas dari intervensi eksternal, dan (7) tindakan,keputusan, dan peraturan harus tertulis…..so bagaimana penerapannya di bumi kita ini…..konon banyak distorsi…..en korupsi (kekuasaan,waktu,aset,uang)…..
Maret 23, 2009 at 10:30 am
birokrasi membawa lebih banyak keburukan
Maret 23, 2009 at 10:06 pm
mbak sue…birokrasi pun ada yang efektif dan efisien…..