Mengatasi malas bergantung pada jenis malas dan faktor-faktor penyebab  timbulnya malas itu sendiri. Dimensi dan lingkupnya begitu luas. Disini saya batasi dalam konteks malas bekerja saja. Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh orang yang bersifat malas bekerja adalah:

         Tahap awal : mengidentifikasi latarbelakang penyebab timbulnya rasa atau sifat malas bekerja.Tiap orang akan memiliki derajad faktor penyebab yang berbeda. Apakah karena faktor intrinsik (dalam diri orang bersangkutan) ataukah ekstrinsik (luar) atau karena faktor kedua-duanya. Kalau dari unsur intrinsik relatif lebih bisa dikendalikan ketimbang unsur ekstrinsik. Beberapa unsur intrinsik adalah pengetahuan, sikap, kemampuan dan pengalaman serta percaya diri dalam memahami makna bekerja.Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut seharusnya  mulai timbul “keyakinan” bahwa sifat malas akan dapat diatasi.

           Tahap kedua :  belajar dengan cara banyak membaca untuk memahami sudut pandang tentang makna bekerja (positif dan negatif). Dari sisi positif, bekerja antara lain dipandang sebagai ibadah, kewajiban sosial, panggilan jiwa, aktualisasi diri, dan sesuatu kegiatan yang menyenangkan. Dari sisi negatif; bisa jadi seseorang memandang  bekerja sebagai sesuatu yang membuat susah dan ancaman kesenangan hidup santai dari yang bersangkutan.Seharusnya dilihat dari sudut religius, falsafah hidup, dan rasional, sudut pandang yang dimiliki tentang bekerja adalah dalam sisi positif.

         Tahap ketiga :   proses pembelajaran yang lebih intensif lagi melalui aktif berkomunikasi dan atau bergaul dengan para akhli dan dengan pekerja keras-cerdas (semacam sosialisasi). Itu sangat membantu untuk meningkatkan pemahaman tentang makna bekerja yang lebih dalam.

           Tahap akhir :  Dengan hanya  membaca, mendengar, dan melihat orang bekerja saja tidaklah cukup. Diperlukan bentuk pembelajaran lainnya yaitu mencoba terjun langsung bekerja khususnya yang sesuai dengan bidang dan kompetensinya. Tentunya dengan niat dan kemauan yang tinggi. Pada awalnya bisa saja orang bersangkutan masih diliputi keraguan atau kecemasan apakah dia akan mampu atau berhasil melakukan sesuatu. Harapannya dari kegiatan yang berulang-ulang itu diperoleh tambahan pengetahuan dan pengalaman bahwa  bekerja dengan keras dan cerdas ternyata penuh makna baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Di sisi lain sifat malas dipandang tak ada gunanya. Dengan kata lain lewat pembelajaran akan tumbuh kesadaran, minat, keinginan, dan kegiatan nyata. Sebut saja motivasi untuk bekerja keras dan cerdas secara bertahap akan tumbuh berkembang menjadi perilaku keseharian (terinternalisasi).