Pekerjaan seorang manajer di tempat kerjanya adalah melakukan penyeliaan terhadap para karyawannya dengan intensif. Tujuannya, agar karyawan bekerja dan berkinerja sesuai standar yang sudah ditentukan perusahaan. Untuk itu manajer harus mampu memotivasi mereka. Namun itu mudah diucapkan, sulit diterapkan. Motivasi sebagai teori merupakan hal yang tidak sederhana untuk diparaktekan karena ia menyangkut beragam disiplin ilmu. Kegagalan dalam memotivasi bisa jadi karena lemahnya dalam berkomunikasi dengan karyawan yang antara lain dicerminkan oleh sikap manajer.
Sikap manajer dalam berkomunikasi, termasuk sikap terhadap diri sendiri dan sikap terhadap lawan bicara, sikap terhadap konten (materi pesan) dan penguasaan terhadap konten yang akan disampaikan, serta level pengetahuan karyawan sebagai penerima pesan terhadap materi tersebut. Manajer harus memiliki pengetahuan yang lebih baik dari karyawan atau memahami apa yang telah diketahui oleh karyawan agar dapat menentukan cara efektif penyampaian pesan dan sekaligus menentukan konten yang masih perlu disampaikan.
Pertimbangan terhadap semua ini akan dapat membantu manajer menyampaikan pesan yang dapat dimengerti dan dipahami oleh karyawan. Jika tidak, kegiatan komunikasi lebih mungkin menjadi gagal. Banyak kegiatan komunikasi menjadi tidak menyenangkan hanya karena pihak-pihak yang berkomunikasi, dalam hal ini karyawan, tidak mengerti apa yang dimaksud oleh manajer. Akibatnya pihak karyawan sebagai penerima pesan tidak atau kurang punya motivasi.
Motivasi diibaratkan sebagai jantungnya manajemen karyawan. Motivasi merupakan dorongan yang membuat karyawan melakukan sesuatu dengan cara dan untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak ada keberhasilan mengerjakan sesuatu, seperti mengelola karyawan, tanpa adanya motivasi baik dari manajer maupun dari karyawan. Manajer membutuhkan ketrampilan untuk memahami dan menciptakan kondisi dimana semua anggota tim kerja dapat termotivasi. Ini tantangan besar karena tiap karyawan memiliki perbedaan karakteristik dan respon pada kondisi yang berbeda. Sementara, kondisi itu sendiri termasuk jenis masalah selalu berubah-ubah sepanjang waktu. Semua itu sebagai prasyarat mencapai motivasi karyawan yang efektif yang didukung lingkungan manajemen, suasana komunikasi, dan kepemimpinan yang nyaman. Sebaliknya karyawan yang tidak memiliki motivasi dicirikan antara lain oleh sering stres, sakit fisik, malas bekerja, kualitas kerja rendah, komunikasi personal yang kurang, dan masa bodoh dengan tugas pekerjaannya.
Apa motif seorang karyawan mau bekerja? Ya, harus dipahami bahwa semua karena memiliki keinginan dan kepentingan. Manajer sendiri siap bekerja karena memiliki beberapa keinginan: untuk mengabdi sesuai dengan ajaran agama yaitu ibadah dan mendapat pahala, keinginan untuk hidup sejahtera, keinginan untuk mencapai posisi tertentu, keinginan akan kekuasaan, dan keinginan untuk pengakuan status sosial. Sementara karyawan disamping berkeinginan untuk mengaktualisasi diri tentunya juga untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya dan keluarganya. Seorang karyawan yang termotivasi biasanya bersifat energetik dan semangat dalam mengerjakan sesuatu secara konsisten dan aktif mencari peran dengan tanggung jawab yang lebih besar. Beberapa karyawan boleh jadi tidak merasa takut kalau dihadapkan pada tantangan bahkan justru termotivasi untuk mengatasinya. Seorang atau beberapa karyawan dalam tim yang motivasinya tinggi dapat membangkitkan semangat rekan-rekan lainnya dan membawanya ke arah prestasi yang semakin tinggi. Dan biasanya mereka yang memiliki motivasi sekaligus juga memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dan luwes dalam pergaulan.
Sebaliknya para karyawan yang motivasinya kurang akan sering menampilkan rasa tidak senang akan tugas-tugas dan tujuannya serta cenderung masa bodoh. Akibatnya, kinerja mereka menjadi buruk dan sering melepaskan tanggung jawabnya. Mereka umumnya datang terlambat atau tidak masuk kerja. Kecerdasan komunikasinya relatif sangat rendah dan cenderung suka memprovokasi rekan-rekan kerjanya. Mereka kerap mengeluh dan membesar-besarkan masalah yang sebenarnya kecil. Sebagai konsekuensinya karyawan tersebut akan sulit mengatasi perubahan-perubahan yang terjadi. Kemorosotan motivasi bagai suatu infeksi yang sulit disembuhkan. Nah disinilah pihak manajer harus memiliki daya tanggap dan kepekaan tinggi terhadap karyawan seperti itu. Ajaklah mereka mengobrol dari hati ke hati. Perdalam apa saja faktor yang menyebabkan motivasi kerjanya rendah. Semakin baiknya proses komunikasi yang dibangun manajer maka semakin terbuka alasan-alasan sang karyawan bermotivasi rendah. Dari situlah lalu manajer bisa melakukan pendekatan-pendekatan personal dan manajerial lewat komunikasi yang nyaman.
November 25, 2008 at 10:30 pm
Hemat saya,motivasi dan komunikasi seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.Bayangkan,misalnya kalau sang manajer kerjaannya cuma ngomel-ngomel saja kepada jaryawannya tanpa memberi jalan keluar.Pasti motivasi kerja karyawan bakal menurun.Sebaliknya semakin baiknya proses komunikasi multi arah antara lain dalam bentuk bimbingan intensif maka semakin nyaman pula suasana kerja.Motivasi kerja kalangan karyawan pun semakin tinggi.
November 26, 2008 at 1:35 am
Motivasi dan komunikasi disaat krisis sekarang ini sangat kritikal dan harus menjadi menu utama bagi seorang manajer agar performansi karyawan tidak menurun sehingga tetap bersemangat dalam peningkatan produktivitas kerjanya.
Memotivasi karyawan termasuk memotivasi diri sendiri tidak terlepas dari kemampuan manajer dan media penyampai komunikasi yang dipergunakan. Saat ini sudah umum dipergunakan media komunikasi yang berbasiskan teknologi informasi yaitu perintah dinas, memo maupun instruksi kerja dialirkan melalui komputer yang terhubung secara on line kepada seluruh karyawan. Efektifitas komunikasi berbasis IT ini dalam kerangka untuk memotivasi karyawan kelihatannya tidak seefektif apabila dibandingkan dengan komunikasi secara langsung, sehingga diperlukan untuk mengkombinasikan antar keduanya
November 26, 2008 at 2:49 am
Pada prakteknya bagaimana menanamkan pengaruh atasan kepada bawahan dengan elegant sehingga bawahan ada trust, loyal, dan respect kepada atasan sehingga bawahan termotivasi berbuat melebihi target yang dicanangkan….
gaya manajer memimpin yang pak syafri jelaskan termasuk kepemimpinan yang transformasional atau transaksional ? ada proses dimana pemimpin atau atasan & bawahan saling mendorong satu dengan lainnya kearah moral dan MOTIVASI yang lebih tinggi. pada sisi lain ada upaya memotivasi bawahan dengan membangkitkan kepentingan bawahan itu sendiri. terima kasih pencerahannya …pak
November 26, 2008 at 5:19 am
Motivasi dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun dari luar. Motivasi dari dalam diri manusia pada dasarnya timbul dari dua hal yang sangat berbeda, yaitu: 1) keinginan untuk menghindari sesuatu (misal tidak mau miskin); 2) keinginan untuk menuju sesuatu (misal: ingin kaya, ingin senang).
Dalam kehidupan sehari-hari, motivasi seseorang memang berjalan pasang surut. Manajer perusahaan pada dasarnya menginginkan karyawan selalu memiliki motivasi yang meningkat, atau paling tidak stabil. Komunikasi yang dilakukan hati ke hati antara manajer dan karyawan memang efektif apabila diterapkan untuk perusahaan yang tidak relatif besar (perusahaan kecil). Tapi dalam perusahaan besar relatif sulit dilakukan. Jadi yang penting bagi manajer adalah menjaga stabilitas motivasi karyawan.
Bagaimanakah caranya menjaga kestabilan atau meningkatkan motivasi karyawan ? Manakah yang paling efektif untuk dilakukan apakah melalui sistem manajemen atau achievement motivation training ?
November 26, 2008 at 6:03 am
Memotivasi karyawan memang seringkali sulit2 gampang. Apalagi bagi mereka yang berpendidikan rendah, yang tidak bisa memotivasi diri sendiri dan juga tidak mengerti pentingnya motivasi. Seringkali bagi mereka “upah dan gaji” yang mereka terima merupakan satu2nya motivasi yang ada di kepala mereka. Belum lagi ditambah embel-embel: “sudah bekerja saja sudah syukur, jadi saya nggak usah bermimpi lebih jauh lagi deh…..”.
November 26, 2008 at 7:17 am
Memotivasi orang bukan hal yang mudah Pak. ketika saya berwiraswasta dan memiliki beberapa karyawan, saya ketika itu melihat ada karyawan saya yang rajin dan ada pula yang agak malas. yang membuat mereka rajin dan malas saya tidak mengerti karena perlakuan yang saya berikan kepada mereka sama. Apakah pada waktu itu Pak saya seharusnya memberikan borang untuk diisi oleh mereka tentang hal yang memotivasi mereka apa dan sebaliknya? komunikasi dari hati ke hati sulit waktu itu terjadi karena mereka terlalu menghormati saya sehingga mereka segan untuk terbuka. paling kalau sudah beberapa bulan bekerja akhirnya dia keluar tanpa pamit..
November 26, 2008 at 8:09 am
Saya mendukung sekali keterkaitan motivasi dengan komunikasi. Sebagai karyawan atau manajer yang baik, tentu harus memiliki motivasi yang kuat untuk bekerja di perusahaannya dan mampu berkomunikasi dengan karyawan lain dengan seimbang. Untuk menguatkan kedua hal tersebut, seperti yang Bapak sampaikan adalah perlunya manajemen terhadap mengelola motivasi dan mengolah komunikasi tersebut. Nah, bagi mereka juga diperlukan PENCERAHAN dan PENYEGARAN secara berkala, agar hati mereka SELALU SENANG, SELALU CERIA dan SELALU BERPRASANGKA BAIK. Salah satunya ya sering-sering menonton film-film bermutu, mendengar konser-konser musik, harus sering menulis, harus sering membaca dan berjalanlah setiap pagi disekitar rumah. Pengalaman yang diperoleh dari semua itu akan membangkitkan Motivasi dan Cara Komunikasi yang baik. Mudah-mudahan saya juga selalu memiliki Motivasi untuk bekerja lebih cerdas dan mampu berkomunikasi untuk bisnis dengan lebih baik…
November 26, 2008 at 8:32 am
[…] Artikel ini dan tulisan lain tentang tentang Pengembangan SDM dapat juga dilihat di: MOTIVASI DAN KOMUNIKASI […]
November 26, 2008 at 5:38 pm
motivasi adalah hal yang paling slit untuk dipikirkan dan mudah untuk diucapkan. motivasi datang dari dalam dan luar. pertanyaannya seberapah jauh motivasi dapat bertahan baik datang dari luar maupun dari dalam. hidup motivasi tergantung dari tingkat komunikasi yang diaplikasikan.
November 27, 2008 at 8:26 pm
ya mbak kur…..karyawan harus diperlakukan sebagai manusia utuh….jadi ketika manajer sedang berkomunikasi dengan karyawan harus mempertimbangkan perasaan pribadi karyawan….tidak boleh semena-mena……agar tidak timbul demotivasi….
November 27, 2008 at 8:31 pm
betul mas rahadi…..komunikasi yang membangun motivasi karyawan banyak caranya….ketika dunia teknologi komunikasi semakin canggih semakin efektif pula informasi yang diterima…..asalkan jangan mengabaikan sudut kemanusiaan karyawan….karena itu bergantung derajad urgensi dan lingkup isi pesan maka sebaiknya ada kombinasi dan harmonisasi penggunaan media komunikasinya…….
November 27, 2008 at 8:37 pm
mas cahyono….dalam artikel ini tidak dibahas khusus tentang dua gaya kepemimpinan itu…..pada dasarnya setiap gaya kepemimpinan apapun ada titik kelemahan dan kekuatan dalam berkomunikasi……tinggal lagi mana yang dominannya….tetapi intinya bagaimana setiap penyampaian isi pesan seharusnya,seorang pimpinan dan pemimpin mempertimbangkan antara lain sisi urgensi,waktu penyampaian, dan caranya berkomunikasi sehingga mampu membangun motivasi karyawan……
November 27, 2008 at 8:43 pm
betul mas budhi…….perpaduan komunikasi formal dan informal adalah yang paling efekif dalam mengembangkan motivasi karyawan……..semakin kecil struktur organisasi semakin intensif pihak manajemen berkomunikasi komunikasi formal dan informal dengan karyawan…..namun cenderung semakin besar struktur semakin tidak mudah berkomunikasi informal….jadi perlu proposional dimana manajemen puncak perlu mendelegasikan komunikasi informal kepada pihak manajernya…..btw demi memeliharan dan mengembangkan motivasi karyawan maka pelatihan pun akan efektif….asalkan ada tindak lanjutnya dengan cara membangun sikap atau etos kerja yang tinggi…..
November 27, 2008 at 8:48 pm
betul mas yariNK…..ini mungkin ada kaitannya dengan teori hirarki kebutuhan maslow……bagi karyawan yang masih pada posisi “bawahan”,bukannya tak ada kebutuhan selesteem dan aktualisasi diri,namunporsinya relatif masih kecil ketimbang kebutuhan fisik dan rasa aman…..namun kalau kita tengok teori motivasinya herzberg,uang atau gaji hanya merupakan unsur kepuasan untuk memelihara motivasi yang ada……bukan faktor motivator……
November 27, 2008 at 8:52 pm
ya bung andi….sifat manusi selalu ambivalen….ada malas ada rajin……faktor-faktor yang memengaruhinya pun beragam…..sekali lagi komunikasi itu banyak sekali caranya…..termasuk jalur informal atau kekerabatan….nah sering dengan cara itu karyawan bersedia secara bertahap untuk mau berbagi informasi baik tentang pekerjaan maupun persoalan pribadinya…..lambat laun dengan cara itu motivasi mereka akan tumbuh……
November 27, 2008 at 8:54 pm
bung ali….tiap orang punya dorongan dengan derajatnya masing-masing…..tinggal lagi bagaimana unsur eksternal dapat menstimulus untuk bisa merespon dorong itu menjadi besar atau kecil atau tak berubah…..nah ini sangat bergantung pada unsur intrinsik yaitu perilaku atau karakter orang bersangkutan…..
November 27, 2008 at 8:59 pm
betul mas masani…..itu yang disebut sebagai proses pemeliharaan dan pengembangan motivasi karyawan yang berkelanjutan….terencana dan terarah dengan baik……dan pihak manajemen dengan reguler terus menerus mengikuti perkembangan tingkat kinerja karyawannya….dan memantau faktor-faktor yang memengaruhinya lewat komunikasi yang intensif tanpa harus membuat karyawan grogi…..tetapi seharusnya membuat senang dan semakin terbuka…..
Desember 1, 2008 at 7:07 am
Saya setuju sekali dimana seorang manajer harus bisa mengajak bicara dari hati ke hati jika salah seorang karyawannya mengalami sikap down. Saat ini di tempat saya bekerja untuk sistem manajemen dan budaya organisasinya sangat lah parah, di mana masalah kecil dibesar2kan, bahkan pimppinan pun cenderung tidak bisa menjaga rhasia, di mana pimpinan cenderung memperlihatkan kelemahaan di hadapan karyawan lain( sedang saya alami saat ini)..di saat pimpinan memberikan perintah dan terjadi suatu kesalahan dy melempar tanggung jawabnya begitu saja seolah – olah karyawannya yang telah lancang untuk mengambil keputusan.
menurut bapak, apakah seperti yang saya alami di atas, pimpinan saya tersebut seorang pemimpin yang sejati? sehingga jujur terkadang saya pun merasa tidak termotivasi karena dari pihak pimpinan pun juga sudah tidak memberikan motivasi yang positif..
saya mohon sarannya pak. Terima kasih.
Desember 2, 2008 at 12:24 am
mbak irma…saya ikut prihatin mendengar perilaku pimpinan seperti itu……nah disitulah ada beda nyata apa yang disebut sebagai pimpinan dan pemimpin……pimpinan umumnya ditunjuk dan dalam prakteknya tidak jarang mengabaikan unsur kepemimpinan….jadi sang pimpinan menjadi bos yang merasa paling segalanya……namun kenyataannya mutu kepemimpinannya seperti yang anda uraikan……jelas saja para subordinasi mengalami demotivasi….namun kalau karyawannya tangguh tidak harus selalu terpengaruh hingga motivasinya parah…..nah mereka bisa ikut mengendalikan pimpinannya dengan cara memberi saran-saran kepada pimpinan tentang perbaikan di semua bidang termasuk dalam segi kepemimpinan …..
Desember 2, 2008 at 3:40 am
iyha pak terima kasih.. berati jika telah menjadi seorang pemimpin kita juga tidak bole lupa untuk mempraktekkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan perusahaan kita dan tidak masalah juga jika kita meminta pendapat kepada bawahan untuk kepemimpinan yang telah kita terapkan ?
pak, apakah seorang pemimpin jika telah melakukan kesalahan tidak apa2 jika mengakui kesalahan nya dan tidak akan menurunkan wibawa di hadapan para bawahan ?
Desember 3, 2008 at 2:44 am
pak, bagaimana cara memotivasi anggota suatu kelompok jika keikutsertaannya pada kelompok adalah atas dasar sukarela? posisi kita pun sederajat dengan anggota kelompok tersebut,,
sikap seperti apa yang harus kita lakukan?
Desember 3, 2008 at 12:25 pm
bung ephal……pertama harus menganggap mereka rekan dan sekaligus sahabat….kedua jangan kikir menghargai ybs kalau berbuat baik…….ketiga jangan sampai ada nada perintah tetapi ajaklah bekerjasama……keempat jagalah hubungan dengan baik dengan cara bergurau,bermain bersama, kalau perlu nonton dan ke warteg atau resto makan bersama (sharing bayar tentunya)………
Desember 3, 2008 at 12:59 pm
betul mbak irma….seorang pemimpin harus punya kemampuan dan keluwesan dalam memilih gaya kepemimpinan tertentu sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan khalayaknya……btw mengakui kesalahan diri sendiri pada seseorang adalah sikap yang terpuji….bergantung pada persoalan dan lingkupnya ungkapan menyatakan kesalahan disertai permintaan maaf bisa ke individu bersangkutan atau di depan karyawan dalam suatu pertemuan tertentu……saya yakin mereka akan menghargai sang pemimpin seperti itu…..tak perlu khawatir jatuh wibawa…….
Desember 8, 2008 at 4:25 am
lalu bagaiman kita harus bersikap apabila kita mempunyai karyawan yang lebih banyak memiliki pengalaman daripada kita,sehingga mereka terkesan menyepelekan kita, ,,
apakah gebrakan baru yang harus kita berikan untuk memotivasi mereka?
Desember 8, 2008 at 10:25 am
mas aris……kepada siapapun kita harus lebih bersikap pada kolegial….bukan berdasarkan otoritas semata….terlebih kepada mereka yang lebih berpengalaman dan lebih tua usianya…..karena itu ketika akan “memerintah” maka pendekatan persuasi lebih tepat….bahkan jangan segan-segan minta pendapat mereka……tak usah merasa bakal jatuh wibawa……itu adalah bentuk pengakuan sekaligus sebagai komponen motivasi seseorang kalau dihargai orang lain…….
Februari 9, 2009 at 12:24 am
[…] tersebut, termasuk kinerja rekan kerja kita, semua harus dibicarakan. Caranya bagaimana ..? mungkin Artikel ini bisa […]
Februari 9, 2009 at 2:34 pm
terimakasih mas solusi telah memuat artikel saya di blog anda yang bagus itu……salam…..
April 19, 2013 at 10:15 am
Thank you a lot for sharing this with all people you actually recognize what you are speaking
about! Bookmarked. Please also discuss with my site =). We can have
a link exchange contract between us
Agustus 2, 2016 at 9:23 am
PAK saya punya kendala di perusahaan yang sedang saya kerjakan di bidang garmen saya sebai posisi spv produksi,atasan saya secara pengalaman tidak berkompeten di bidang itu jadi tugas masalah produksi pertanggung jawabannya di emban oleh saya jadi atasan ini hanya bisa menyuruh”saja ketika ada masalah [pasti sy yang ngurusin dimata anak buahnya sebagai atasan pajangan. menurut bapak saya harus bertindak apa? terima kasih