Pernahkah anda, sebagai seorang manajer, dibuat pusing tujuh keliling menghadapi ulah beberapa karyawan yang bandel? Sudah berulangkali diingatkan dan diperingatkan agar bekerja dan bersikap dengan baik tetapi yang bersangkutan tidak menghiraukannya. Malah anda telah meminta beberapa karyawan senior dan psikolog untuk membantu memperbaiki namun tetap saja yang bersangkutan tidak bergeser dari sifat-sifat yang jelek. Begitu pula, langkah melakukan rotasi sesuai dengan minat karyawan bersangkutan tidak membuahkan hasil yang baik. Lalu apa yang anda perbuat? Membiarkan saja atau memecatnya? Disini akan muncul petentangan bathin akan sisi kemanusiaan dan sisi kelembagaan.
Kalau membiarkan sifat-sifat karyawan yang jelek, apalagi merajalela, berarti anda akan menghadapi beberapa resiko. Pertama, suasana kerja, apalagi kalau ada lebih dari seorang yang serupa atau bersifat jelek, akan tidak nyaman. Perselisihan horisontal dan vertikal bisa saja terjadi. Kedua, proses produksi bisa jadi berjalan tidak optimum. Ketiga, resiko tersebut jelas mengeluarkan ongkos. Efisiensi dan efektifitas kerja tidak mudah dicapai. Keempat, akhirnya kinerja perusahaan terganggu.
Dengan mempertimbangkan beragam resiko dan hubungannya dengan tujuan perusahaan maka anda dapat melaksanakan langkah-langkah dalam beberapa hal. Pertama, mempelajari ketentuan-ketentuan yang berlaku tentang ketenagakerjaan khususnya pertimbangan tentang pemecatan karyawan. Kedua, berkonsultasi dengan pihak manajemen mengenai tindakan yang perlu diambil kepada karyawan bersangkutan. Dan ketiga membicarakan rencana keputusan pemecatan dengan karyawan tersebut.
Langkah-langkah di atas sangat diperlukan mengingat proses pemecatan sangat berkait dengan hak asasi seseorang. Namun di sisi lain setiap manajer harus tega mengusulkan pemecatan terhadap seseorang kalau ternyata setelah dilakukan upaya perbaikan tetap tidak berhasil. “Keberanian” seperti ini memang harus dimiliki manajer ketika kepentingan yang lebih luas menjadi prioritasnya. Tentu saja dengan penuh pertimbangan kemanusiaan dan ketentuan-ketentuan kelembagaan yang ada.
September 2, 2008 at 2:50 am
Benar pak….kita harus hati-hati dalam mengusulkan pemecatan terhadap karyawan.Masalah kemanusiaan menjadi penting.Terutama terkait dengan masa depan mereka sesudah dipecat.
September 2, 2008 at 2:54 am
Prof,sependapat seperti yang dilakukan jack welch,jangan pelihara karyawan yang tidak produktif.Bisa menjadi benalu perusahaan.Namun hemat saya terlebih dahulu memang perlu mempertimbangkan dari sudut manusiawi dan organisasi.
September 2, 2008 at 10:51 am
mba kur….ada baiknya perusahan memiliki program pasca berhenti sebagai karyawan dalam bentuk pelatihan-pelatihan kewirausahaan plus modal….sehingga kesejahteraan mereka masih baik….
September 2, 2008 at 10:52 am
bung rusli….saya sependapat dengan anda…..
September 3, 2008 at 7:35 am
pecat memecat memang hak perusahaan sich… apalagi kalo memang tidak produktif..apa mau di kata..?? tapi kita lihat dulu intinya.. biasanya karyawan menjadi bermasalah karena tidak kondusifnya iklim di tempat dia kerja, sehingga timbul keinginan untuk “berontak”
September 3, 2008 at 12:58 pm
bung ridho….apapun memecat karyawan yang bandel juga harus hati-hati…..kinerja perusahaan apapun terwujud karena kinerja karyawan….tidak sembarangan pecat memecat….seolah habis manis sepah dibuang…
September 3, 2008 at 11:32 pm
Kalau pemecatan terhadap karyawan kurang didasarkan pada sisi kemanusiaan maka sering karena sikap like and dislike.Cenderung unsur subyektifitas yang berperan utama.Nah pendekatan inilah yang harus dihindari manajer.
September 4, 2008 at 1:01 am
Prof, saya termasuk yang menyetujui pemecatan, tentunya setelah diteliti secara obyektif memang mesti dilakukan–apalagi jika itu menyangkut karakter yang tidak bisa dibenahi. Di perusahaan kami, sang founder telah menanamkan bahwa knowledge itu penting tapi lebih penting lagi karakter seseorang. Jadi daripada di masa depan berdarah-darah menghadapi seseorang yang karakternya tidak bisa berubah dan merugikan secara profesional maka lebih baik sejak dini di-antisipasi, pemecatan adalah salah satunya.
September 4, 2008 at 9:57 am
alhamdulillah saya sekarang sedang memperkerjakan 3 orang karyawan,,humm dulu mereka memang suka males2an yang sering kali menyebabkan pendapatan usaha menurun..awalnya saya mencoba dengan sistem peringatan tapi g bisa juga,tp setelah mencoba mendengarkan keluh kesah mereka barulah motivasi mereka menjadi meningkat,jadi biasanya kalo yang pernah saya alami, karyawan menjadi bandel karena ada suatu alasan, ntah mungkin karena gajinya, atau mungkin karena dia mendptkan masalah diluar kantor. ada 1 karyawan yg kami pecat bbrp bulan lalu, karena walaupun sudah dibaikkan tapi tetep ajah ngeyel. kalo bilang tidak manusiawi yah tidak manusiawi memecat seseorang. Tetapi menurut saya akan tidak manusiawi lagi kalau tidak dipecat, karena org2 seperti ini lah yang akan mengganggu kinerja perusahaan, jika kondisi seperti ini terus2an terjadi maka ada kemungkinan perusahaan akan bangkrut dan terpaksa memPHK karyawan lain yang tidak bersalah. gmn pak?
September 5, 2008 at 3:27 am
Sepakat dengan tulian Bapak bahwa memecat/pemecatan adalah sebuah dilema bathin yang tidak mudah bagi siapapun yang punya nurani kemanusiaan apalagi kalau pemecatan tersebut menyangkut masalah keluarga di zaman yang serba susah saat ini. Namun menurut saya, sangatlah diperlukan komunikasi yang intensif dengan individu yang “bandel” tersebut, apa yang menjadi latar belakang ia menjadi bandel. Sehingga sangatlah mungkin ada satu hal krusial yang tidak mampu dilihat oleh pihak manajemen pada diri orang tersebut, apalagi kalau kalau masih memandang karyawan sebagai alat bukan sebagai aset perusahaan yang harus dijaga dan dikembangkan. Dalam banyak tulisan Bapak saya menemukan bahwa pada dasarnya menusia memiliki sifat yang beragam sehingga tentu diperlukan gaya manajemen yang beragam pula untuk mengatasinya. Suasana kerja yang baik dan iklim organisasi yang sejuk menurut saya dapat meredam gejala “disharmonisasi”. Bukankah pemecatan juga adalah ongkos, tetapi membiarkan benalu dalam organisasi adalah juga ongkos. Sekiranya manajemen harus mampu melihat nilai (benefit/cost) di antara kedua pilihan tersebut, sehingga keputusan manajemen nantinya menjadi lebih objektif bagi kedua belah pihak. Selamat menunaikan ibadah puasa Pak.
September 6, 2008 at 7:42 am
ya mbak kur….namun bukan berarti kita komprpmi dengan kejelekan sifat karyawan,setelah kita melakukan beberapa pendekatan perbaikan personaliti….
September 6, 2008 at 7:43 am
ya bung rusli…sependapat
September 6, 2008 at 7:45 am
betul bung ridho….manajer harus arif…dengan mempertimbangkan faktor ekstrinsik atau suasana kerja……yang mungkin saja menyebabkan karyawan tertentu berperilaku jelek…
September 6, 2008 at 7:46 am
betul manajer haruslah obyektif….
September 6, 2008 at 7:47 am
betul mbak yoga….sebelum pemecatan diperlukan tabayyun….dan kesempatan untuk berubah……
September 6, 2008 at 7:50 am
ya bung marwan….karena nila/karyawan setitik/seorang bisa mengganggu periuk/perusahaan……sebelanga/semua komponen organisasi…..
September 6, 2008 at 7:51 am
bung andi….ulasan anda memperkaya artikel ini…terimakasih
Februari 25, 2016 at 10:56 am
Saat terjadi pemecatan tentu setelah melalui beberapa tahapan.Teguran,peringatan dan ahirnya pemecatan.Saya sendiri mempunyai beberapa karyawan dan ada beberapa yg telat di pecat karna bener2 menjadi benalu.Benalu itu hidup di ranting pohon dan menghisap sari yg harusnya menyuburkan tanaman,tapi dgn adanya benalu maka lama kelamaan pohon tersebut akan kering dan mati sementara benalu tumbuh subur di batang pohon yg menjadi bangkai.Benalu itu pun merambat lagi mencari pohon yg bisa di hisap sari nya.
Desember 5, 2008 at 7:04 pm
Amin kalau masih ada yang memperhatikan kemanusiaan, karena 1 orang yang berani bertindak untuk satu orang yang badung, 10 orang terselamatkan.
Desember 5, 2008 at 11:07 pm
ya mas budi……karywan adalah mahluk hidup yang memiliki keunikan ketimbang sumberdaya lainnya….yakni punya intuisi,emosi, dan kepribadian aktif……
Agustus 16, 2014 at 12:22 am
I used to be suggested this blog by way of my cousin. I’m no
longer certain whether or not this put up is written by
him as no one else recognize such detailed about my difficulty.
You are amazing! Thanks!