Dalam artikel terdahulu telah diuraikan karakteristik karyawan yang tergolong sulit yang disebut pengidap “negaholic”. Jika manajer memiliki karyawan bertipe ini maka ada beberapa kemungkinan yang dilakukannya. Mungkin ada yang memindahkannya ke bagian atau departemen lain. Idealnya sang manajer menolongnya agar karyawan tersebut menjadi orang yang berfungsi dan produktif. Kalau itu berhasil dengan baik maka pendekatan yang dilakukan manajer itu akan dipakai menjadi contoh pendekatan untuk memperbaiki karyawan lainnya yang juga termasuk sulit.Tentunya dengan modifikasi karena tak ada karyawan yang bersifat homogen secara total. Namun bisa jadi ada manajer yang mengambil keputusan ekstrem yakni memecatnya kalau setelah beberapa kali perlakuan perbaikan tak ada hasilnya yang positif. Lalu bagaimana pendekatan secara umum yang seharusnya dilakukan manajer?
Hal pertama yang perlu dilakukan manajer adalah melakukan identifikasi apakah benar sang karyawan termasuk orang yang sulit. Ini penting agar manajer tidak membuat kesalahan besar dalam mengambil keputusan. Jangan cepat berprasangka buruk.Bisa saja seseorang tampak dari luar sebagai orang yang sulit diajak kerjasama. Padahal dia mungkin sedang mengalami kesulitan atau masalah tertentu dan dia tidak tahu bagaimana mengatasinya. Biasanya orang yang sedang bermasalah bersifat sensitif dan mudah ”menyerang” koleganya. Jadi harus hati-hati dan jangan segera mengisolasinya. Artinya kalau sudah memahami apa yang terjadi pada orang itu maka sebaiknya manajer melakukan kontak dengan yang bersangkutan. Ketika itu manajer bisa melakukan interograsi tentang masalah yang dihadapi karyawan dan dilanjutkan dengan mencari pemecahan masalahnya.
Hal kedua adalah menelaah apakah masalahnya dapat diatasi dengan diam-diam? Hal ini penting diketahui karena tipe masalah seperti ini berdampak pada aspek psikologis. Karena itu ada baiknya tidak dilakukan secara terbuka sampai-sampai diketahui oleh kolega karyawan lainnya. Yang perlu dihindari adalah agar para karyawan yang tergolong sulit tidak kehilangan muka apalagi merasa dendam kalu diperlakukan secra terbuka.
Dalam tahap berikut manajer sebaiknya melakukan pengelompokan jenis kesulitan dan sejauh mana bobotnya berpengaruh pada kinerja individu dan juga perusahaan. Semakin ringan bobot dan lingkup masalahnya semakin mudah dan semakin singkat waktu yang dipakai dalam pemecahannya. Kalau masalahnya relatif ringan bisa ditangani sendiri oleh manajer. Namun kalau dimensinya semakin kompleks, manajer bisa menggunakan jasa para psikolog dan praktisi hukum, misalnya,untuk membantu mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang dihadapi karyawan. Yang jelas dalam tahap ini manajer jangan menunda-nunda mengatasi masalah. Sekali menunda akan berakibat berkali-kali menghadapi masalah yang semakin bertumpuk yang dialami para karyawan yang tergolong sulit. Tentunya juga masalah yang bakal dihadapi manajer semakin menggunung.
Hal keempat adalah bagaimana yang perlu dilakukan manajer? Salah satu substansi yang perlu dipenuhi adalah tidak pernah berhenti mengatasi para karyawan yang termasuk sulit. Tak ada istilah hanya satu tiket atau resep untuk memindahkannya ke departemen lain atau bahkan memecatnya. Jangan mudah menyerah menghadapi karyawan yang sulit. Pada dasarnya perilaku manusia terkena hukum perubahan. Tinggal lagi apa dan bagaimana bentuk pendekatan masalah yang dianggap sesuai dengan beragam masalah dan karakter golongan karyawan yang sulit. Pendekatan komunikasi multiarah, pendekatan imbalan finansial dan non-finansial, pendekatan dinamika kelompok dan resolusi konflik serta pendekatan kekeluargaan adalah beberapa cara yang dapat dipertimbangkan untuk mengurangi jumlah karyawan yang tergolong berperilaku sulit.
Februari 25, 2008 at 1:06 pm
Idealnya manajer tahu tentang kondisi karyawannya, baik di tempat kerja maupun di rumah. Dengan demikian, akan mudah mengidentifikasi masalah yang dihadapi sang karyawan. Kedekatan hubungan, diluar hubungan kerja, angat penting bagi seorang manajer untuk mengetahui kondisi karyawannya. Bukan untuk memata-matai, tapi demi keberhasilan kerja. Banyak manajer yang berhubungan dengan karyawannya dalam bingkai kerja, selebihnya itu tidak. Apalagi banyak yang menganut prinsip lu…lu, gua..gua. Tapi kedekatan hubungan pribadi akan terasa penting kalau ada masalah. Begitu prof….saya aturi pinarak di http://www.husnun.wordpress.com
Februari 25, 2008 at 2:22 pm
benar caknun…….sikap manajer yang eksklusif dan formal membuat jarak manajer dan karyawan secara bathin semakin jauh……padahal kalau kita pelajari praktek personal balanced scorecard, karyawan seharusnya dipandang sebagai anggota besar keluarga perusahaan……..terimakasih atas masukannya yang bagus……salam
Februari 26, 2008 at 3:54 pm
Menurut saya setiap orang pasti memiliki sifat “sulit” dan sifat “mudah” dengan kadar yang berbeda2 tergantung dari sifat2 alamiahnya dan mungkin juga tergantung pada problematika yang dialaminya yang mungkin bertubrukan dengan kepentingan pribadinya baik kepentingan di luar ataupun di dalam perusahaan.
Kita selama ini sepertinya selalu mengidentifikasi “sulit” hanya ada pada tingkat bawahan saja?? Bagaimana dengan tingkat “atasan”? Apakah mereka tidak mempunyai sifat “sulit”? Atau apakah mereka yang setingkat manajer sudah dipastikan tersaring dan terbebas dari sifat “sulit”?? Bagaimana itu prof??
Februari 27, 2008 at 7:09 am
kang yariNK….sesungguhnya sikap “sulit” bukan hanya milik karyawan saja……..manajer pun ada yang tergolong “sulit”……….sulit menerima pendapat karyawan, sulit menghargai karyawan,sulit mau membangun hubungan dengan karyawan, bahkan otoriter…….dia bertengger pada status sebagai seorang pimpinan bukan menjadi seorang pemimpin…….otoritas sebagai pimpinanlah yang dipakai untuk menekan karyawan bukan kepemimpinannya…….setahu saya untuk menghadapi pimpinan seperti itu dapat digunakan metode mengendalikan atasan……..tentunya bukan dengan kekerasan……..
Februari 16, 2009 at 2:28 am
[…] Tulisan asli artikel ini dan tulisan-tulisan menarik lain tentang MSDM dan personal development dapat juga diakses melalui: KARYAWAN SULIT: BAGAIMANA MENGELOLANYA […]
Agustus 26, 2009 at 3:59 pm
Thanks Pak, saya bisa banyak belajar disini. Namun ada ganjalan sedidkit. Apabila cara-cara tadi sudah dilakukan semua akan tetapi karyawan masih tetap sulit, apa yang harus kita lakukan ?
terimakasih banyak for all this 🙂
Agustus 27, 2009 at 7:16 pm
mbak wati…idealnya dengan empat pendekatan itu sang karyawan yg sulit bisa diatasi….kalau tidak berhasil ada sesuatu yg kurang beres dalam penerapannya…dgn kata lain mutu proses yg rendah….
Januari 12, 2011 at 4:25 am
prof, saya masih seorang pelajar…
mau tanya nih prof, apa metode mengendalikan atasan itu memang benar eksis? kalo iya, boleh sekiranya saya dapat bocorannya?
terima kasih prof.
Januari 12, 2011 at 9:18 pm
eri…silakan baca buku How to manage your boss karangan Ros Jay….bagaimana menyikapi bos…tujuannya membangun hubungan kerja yg sempurna….di negara2 maju manajer minta pendapat atau bahkan minta diajari tentang sesuatu pada bawahannya hal yg biasa…termasuk juga tanpa diminta kayawan terbiasa untuk memberi masukan atau bahkan koreksi pada manajernya…di indonesia kejadian itu masih sangat langka…