Gatek akronim dari gagap teknologi, misalnya dalam menghadapi perkembangan teknologi maju komputer dan ponsel, bisa terjadi pada siapapun termasuk para ilmuwan. Mereka cenderung agak resisten dan masih begitu setia dengan alat manual seperti mesin tik. Mereka tidak mau menggunakan komputer dengan segala programnya yang terkesan rumit. Kalau toh diperlukan dengan mudahnya meminta orang lain yang ahli untuk membantunya. Beres sudah! .Begitu juga penggunaan ponsel hanya untuk berkomunikasi lisan dan mengirim pesan singkat saja kepada seseorang. Tanpa harus buka sana sini program yang ada. Apalagi digunakan untuk internet dan ngolah data. Pusing, katanya.
Di sisi lain gatek bisa menimbulkan stres kalau di beberapa unit di tempat bekerja pimpinan mengharuskan setiap karyawannya menggunakan teknologi baru komputer. Padahal komputer mampu untuk meningkatkan mutu fungsi organisasi dengan efisien, seperti dalam manajemen rekrutmen dan seleksi, pengolahan dan analisis data, manajemen kompensasi, manajemen promosi, dan manajemen kinerja. Bagi mereka yang tidak terbiasa dan yang berusia relatif sudah tua, komputer menjadi ancaman perasaan. Begitu juga bisa terjadi pada karyawan yang berpendidikan relatif rendah dan belum berpengalaman cukup dalam menggunakan komputer. Ada semacam rasa gelisah apakah dia mampu mengoperasionalkannya ataukah tidak. Hal ini wajar karena merubah kebiasaan yang rutin manual ke situasi baru yang dinamis memerlukan kesiapan mental tinggi dan waktu yang cukup. Kalau tidak, mereka akan terus menerus tertekan oleh adanya perilaku kerja berbasis teknologi maju.
Stres akibat penggunaan komputer dari mereka yang belum trampil akan bertambah yakni adanya kekhawatiran posisinya akan diganti oleh mesin komputer. Atau dengan kata lain akan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Padahal tidak demikian. Komputer hanyalah alat saja. Yang jauh terpenting apakah perusahaan sudah mempersiapkan penerapan teknologi baru tanpa harus terjadinya PHK. Intinya bagaimana memanusiawikan pekerjaan teknologi.
Stres juga bisa diperkecil dengan pendekatan AIDA. Teknik itu adalah bagaimana perusahaan perlu mengembangkan cara-cara introduksi komputer melalui peningkatan kesadaran (awarenes), minat (interest), keinginan menggebu-gebu (desire), dan aksi (action) di kalangan karyawannya. Untuk itu diperlukan program sosialisasi melalui penerangan dan penyuluhan. Kemudian dterapkan program internalisasi para karyawan melalui pelatihan berbasis praktek dan kompetensi. Selanjutnya secara bertahap di setiap unit dikembangkan komputerisasi dengan supervisi dari yang akhlinya. Secara gradual yang pada awalnya terjadi tingkat kesulitan psikologis yang lumayan besar akan menjadi berkurang. Pada gilirannya komputer bakal menjadi kebutuhan hampir semua karyawan.
November 27, 2007 at 10:56 pm
Sebenarnya prof, apa ya yang menyebabkan ‘gaptek’ ini mendapat perhatian ‘khusus’? Saya rasa, banyak juga gagap yang lain selain gaptek ini seperti Gagap Bahasa (tidak bisa belajar bahasa asing satupun), Gagap Matematika (hanya menguasai operasi aritmatika dasar seperti tambah kurang kali bagi), Gagap Komunikasi (susah berkomunikasi dengan orang lain), dan banyak lagi gagap-gagap lainnya.
Jadi apakah gaptek ini adalah gagap yang paling kritikal dalam diri seseorang? Apakah gaptek ini juga berkaitan dengan usia prof? Dan bagaimana juga dengan gagap2 yang lain, apakah berikaitan dengan usia juga prof? Atau apakah gagap2 ini termasuk gaptek gaptek ini juga berkaitan dengan jabatan dan tingkat pendidikan seseorang?
Terima kasih sebelumnya prof.
November 28, 2007 at 11:38 pm
ya kang yariNK; itu hanya sekedar contoh …masih banyak yang lain termasuk gagap budaya korporat karena ybs asyiik selalu dengan budaya bergantung dan santai…..gagap politik dalam bentuk anarkis karena ybs tidak selalu siap untuk kalah dalam kompetisi pilkada-pilum……nah gatek ini ternyata tidak saja terjadi di kita tetapi terjadi dimana-mana…sekalipun di negara maju ketika sebagian kecil masyarakatnya belum siap dalam arti kesadaran menerima teknologi…… karena itu ada tipologi tentang penerimaan teknologi yakni yang menerima langsung, menerima tetapi lewat filterisasi dan diawali gagap , dan tipe menolak karena alasan-alasan tertentu misal pertimbangan sosial budaya….oh ya unsur usia tidak selalu menjadi unsur pokok gatek…..memang ketika usia semakin udzur kemampuan menyerap nilai-nilai teknologi baru cenderung semakin lambat…….kalau dianalisis lewat fungsi produksi pasti ada daerah rasional hubungan usia dengan kemampuan menerima teknologi yang optimum……jadi ada unsur marjinal (pertambahan) kepekaan terhadap teknologi yang semakin cepat dengan bertambahnya usia kemudian sampai usia tertentu pertambahan kepekaannya semakin menurun hingga titik nol sejalan dengan usia yang semakin senja…..salam
November 29, 2007 at 7:10 am
Itulah Prof yang di’ramal’kan Alvin Toefler dengan Future Shock-nya
selengkapnya ternyata senada dengan apa yang telah saya publikasikan di http://sibermedik.wordpress.com/2007/10/08/laptop-future-shock/
intinya..Teknologi itu harus tepat guna..jangan asal modern tapi mubazir…contoh..ngapain anak SMA punya HP 3G?.kan mubadzir klo cuma buat ngobrol apalagi pacaran?
November 29, 2007 at 6:06 pm
benar dok….termasuk punya komputer hanya semata-mata digunakan untuk pengganti mesin tik…..padahal komputer berfungsi multiguna…….
November 30, 2007 at 7:02 am
Justru yang harus diberdayakan adalah HRD, bagaimana caranya agar karyawan tidak hanya BEKERJA tapi juga BELAJAR dengan cara memberikan pelatihan KOMPUTER (misalnya)..jadi perusahaan akan memperoleh keuntungan yang berbanding lurus dengan peningkatan kualitas SDM…cukup diingat, sekarang bukan era perbudakan..jadi karyawan itu rekan atasan, bukan suruhan saja.
November 30, 2007 at 4:05 pm
ya dok; itu namanya organisasi belajar…..manajemennya diebut partnership management….
Desember 1, 2007 at 6:00 am
makasih prof…saya juga sedang belajar “manajerial” walau otodidak..he..he..saya jadi malu sendiri niy..
Desember 1, 2007 at 12:57 pm
study otodidak? alm Prof.Dr.HAMKA,ulama besar, juga otodidak…..saya dulunya ahli ekonomi pertanian…..karena otodidak selama 11 tahun akhirnya berhasil diberi jabatan akademik profesor di bidang manajemen sumberdaya manusia…..dan sudah membuat dan mencetak dua buku di bidang itu…..bukannya untuk menyombongkan diri tapi buat memotivasi anda saja….salam otodidak dok….
Desember 17, 2007 at 4:36 am
he he he … ngomong2 soal gagap teknologi … ada sesuatu yang mengejutkan saya … waktu assist Prof Sjafri bikin blog dulu, saya pikir blog ini tidak akan ramai, kalaupun ada tulisan tapi traffic blog-nya kecil … ternyata … 🙂 posting tulisan Prof Sjafri buaaanyyak banget … blog jadi ramai … traffic blog tinggi … sempat masuk BOTD (blog of the day versi wordpress) … ternyata seorang profesor yang berusia 64 tahun masih jago nge-blog kayak anak2 muda … he he he … gak gatek …. bravo Prof !
Wassalam
Riri Satria
Desember 18, 2007 at 1:09 pm
bung riri…itulah yang namanya recode….dari tidak siap akan perubahan….karena sentuhan sedikit saja dari tangan sang akhli (anda)…maka jadilah perubahan…sampai-sampai ngga pernah berhenti……ya memang mesti begitu…kalau stop artinya ..anti perubahan…..thanks to you for change….
Desember 2, 2008 at 11:28 pm
[…] Tulisan ini dan Artikel menarik lainnya dapat diaskes di: GATEK DAN STRES TEKNOLOGI […]