Setiap di awal perkuliahan perdana biasanya saya suka memberi kuis kecil kepada mahasiswa.  Hasil kuis tidak diberi nilai. Tetapi bagi yang mampu menjawab dengan benar diberi hadiah satu buku pengetahuan pop. Soal kuis beragam ada yang berbentuk pensolusian masalah kasus, menggambar dan pengetahuan tentang IPB termasuk siapa nama Dekan sampai Rektor. Salah satu kuis yang saya berikan adalah tentang penerbangan ke ruang angkasa. Soalnya seperti  ini (disarikan dari salah satu sumber; saya lupa namanya).

          Suatu ketika lembaga antariksa negara adidaya Amrik akan melakukan penelitian sesuatu di ruang angkasa. Salahsatu tugas antariksawan adalah mencatat secara rinci tiap kejadian di ruang angkasa dengan alat yang sangat murah. Karena itu mereka dilengkapi dengan beberapa pulpen yang biasa dipakai oleh siswa atau mahasiswa.  Ketika mereka mulai bertugas mencatat, ternyata pulpen yang dipakai tidak bekerja sama sekali. Lalu lapor ke stasiun pusat di bumi dan direktur stasiun meminta agar mereka menggunakan semua pulpen. Tetapi tetap saja tidak bisa dipakai untuk mencatat. Lalu direktur  menginstruksikan agar pesawat ulang-alik segera pulang ke bumi.

          Setelah diskusi mendalam diantara para ahli maka diputuskan untuk dilakukan penelitian; mencari penggantinya. Untuk  memecahkan  masalah tersebut, mereka menghabiskan waktu satu dekade dan 12 juta  dolar. Mereka mengembangkan sebuah pulpen yang dapat berfungsi pada  keadaan-keadaan seperti gravitasi nol, terbalik, dalam air, dalam  berbagai permukaan termasuk kristal dan dalam derajat temperatur mulai dari suhu di  bawah  titik beku. Dari gambaran kasus seperti itu lalu saya minta kepada mahasiswa memberi komentarnya. Ternyata tanggapannya cukup beragam.

          Ada mahasiswa yang memberi komentar bahwa suatu penelitian inovatif memang memerlukan waktu relatif lama dan biaya yang cukup besar. Tidak apa-apa, demi pengembangan IPTEK bagi kemaslahatan umum, katanya. Asalkan penelitian di ruang angkasa berhasil sesuai tujuan, tambahnya. Mahasiswa lain  berpendapat penelitian yang hanya untuk mencari pengganti alat tulis semacam pulpen terlalu boros. Buat apa mahal-mahal. Pakai saja alat komputer canggih yang ada untuk mencatat tiap kejadian. Ada juga mahasiswa yang mengatakan pakai saja alat tape recorder. Toh fungsinya  untuk merekam tiap kejadian, tambah mereka. Kemudian para mahasiswa terus saling berdebat ilmiah. Walhasil, hampir selama 20 menit berdiskusi belum ada solusi yang memuaskan.

          Tiba-tiba di pojok ruang kelas, seorang mahasiswi berjilbab mengangkat tangannya. Sebut saja  Bunga.  Dia yang sejak awal diskusi lebih banyak diam, dengan tenang berucap. Begini penjelasan neng Bunga. ‘Pak Sjafri, kata  Bunga. Menurut saya kita harus cari dahulu komponen kunci dari keberadaan antariksawan  itu di ruang angkasa. Kata pertama adalah  mencatat. Kata kedua adalah alat tulis yaitu pulpen. Kata ketiga adalah sangat murah.

Jadi kalau digabung analoginya: mencatat dengan alat tulis secara murah. Jadi hemat saya, perlu dianalisis dahulu mengapa pulpen tidak berfungsi. Apakah tidak ada tintanya?. Tentunya tak masuk akal. Pasti sudah diisi penuh dengan tinta. Pertanyaan berikutnya,  kenapa  tidak berfungsi? Jawabannya terletak pada ciri-ciri alami ruang angkasa. Kan hampa udara? Jadi  besaran gravitasinya nol. Jelas saja tinta yang ada di dalam pulpen tidak bisa keluar. Nah berpegang pada kata harga dan sifat alami ruang angkasa, serta fungsi alat tulis, saya berpendapat mengapa tidak pakai pensil saja. Harganya sangat murah; paling-paling dua ribu rupiah persatuannya atau 20 cent dolar. Tanpa harus melakukan penelitian canggih yang menghabiskan jutaan dolar. Kan yang penting sesuai dengan fungsinya, kata Bunga mengakhiri argumentasinya.

Demikian hasil analisis neng Bunga. Para mahasiswa lainnya yang semula terkesima, lalu serentak memberi  tepukan riuh kepada Bunga. Saya sendiri manggut-manggut senang dan kagum. Sesuai janji, satu buku bertopik “Berani Gagal” karangan Billi P.S. Lim, saya hadiahkan buat  Bunga. Senang dan kagum karena ketajaman analisisnya. Senang dan kagum karena kawan-kawannya juga memberikan penghargaan kepada Bunga. Tanda pujian yang tulus. Dibalas neng Bunga dengan rasa syukur, tersenyum senang, dan rendah hati. Tidak berlebihan. Aku memperingatkanmu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan (Hud; 46). Itulah himbauan yang seharusnya terjadi di dunia ini, khususnya dalam masyarakat akademik