Idealnya di lingkungan pekerjaan terjadi kerjasama harmonis di kalangan karyawan dan dengan atasan-bawahan. Namun demikian hal itu tidak selalu terjadi. Bisa saja ada seseorang atau lebih yang sedang mengalami masalah apakah dalam hal pekerjaannya atau di luar itu. Akibatnya kalau dibiarkan, koordinasi kerja bisa terganggu. Ujung-ujungnya proses dan kinerja unit dan organisasi akan terganggu. Dalam hal ini maka pihak yang paling kompeten untuk menelaahnya adalah manajer.
Manajer hendaknya melakukan identifikasi masalah dengan cara bertanya pada karyawan bersangkutan. Kemudian dari hati ke hati dilibatkan dalam mencari solusi. Ketika itu berlangsung maka manajer harus memiliki empati. Dengan kata lain menempatkan posisi drinya pada posisi karyawan. Dalam hal ini manajer harus menunjukkan rasa simpati kepadanya. Dia harus mampu memahami dan memerhatikan mereka dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian karyawan yang bermasalah merasa mendapat kawan yang mau mendengarkan setiap masalah yang dihadapinya.
Untuk memahami dan memerhatikan masalah karyawan tentunya membutuhkan waktu. Lama pendeknya waktu sangat bergantung pada derajad masalah yang dihadapi karyawan. Tentunya pula dipengaruhi oleh beban kerja manajer. Manajer yang berempati tinggi selalu berusaha membangun suasana kerja yang nyaman. Dia mencoba menjembatani antara penggunaan hati dan perasaan para karyawan yang bermasalah dengan kepentingan perusahaan. Manajer hendaknya menghindari dari terbawanya perilaku emosional para karyawannya. Justru dalam hal ini manajer mengajak para karyawan untuk mampu memilah mana yang urusan pekerjaan dan mana yang di luar itu. Dengan demikian perusahaan tidak terbebani oleh maslah-masalah yang dihadapi para karyawannya. Di sisi lain hal ini bisa berjalan baik apabila mereka dianggap sebagai seorang manusia yang diperhatikan orang lain dengan pendekatan empati. Umumnya para karyawan merasa lega hati karena ada yang memahami dan memerhatikannya.
Dengan empati maka manajer telah memiliki daya tanggap dan kepekaan yang tinggi terhadap setiap masalah yang dihadapi karyawan. Namun demikian bukan berarti sadar atau tanpa disadari para karyawan telah dikondisikan untuk selalu bergantung pada manajer. Karena itu dengan empati hendaknya manajer melihatnya dari sisi pembangunan potensi diri karyawan. Mereka hendaknya dilatih untuk mampu mengenali dirinya dan orang lain. Selain itu harus mampu mengelola dirinya dengan efektif. Dengan demikian empati dari manajer lebih pada bentuk perhatian yang besar terhadap para karyawan. Dengan demikian para karyawan merasa diakui keberadaannya sebagai anggauta keluarga besar organisasi atau perusahaan.
Oktober 6, 2010 at 11:24 pm
Mengelola banyak orang yang memiliki hati dan fikiran yang berbeda serta berubah-ubah setiap detik bukanlah pekerjaan mudah…. Berat benar tugas manajer karena jika dia harus memposisikan diri seperti seorang karyawan, maka empatinya itu mestinya juga berlaku bagi seluruh karyawan. Manajer tentu saja harus faham psikologi ya pak..?
Oktober 10, 2010 at 10:23 pm
ya bung yamin…yang jelas ada sifat-sifat umum yg dimiliki hampir sama oleh semua karyawan…misalnya tentang unsur-unsur kepuasan dan motivasi kerja dan kenyamanan kerja…dan beberapa masalh yg dihadapi dalam keluarganya…karena itu manajer memang harus berempati ke semua karyawan itu…
Oktober 7, 2010 at 12:49 am
Semoga saya bisa mengaplikasikannya.
Di kedai saya Pak, pabila ada yang sakit, gak dibikin ribet untuk ijin gak masuk kerja. Bahkan kami tengokin dan kadang biaya pula.
Ketika ada permasalahan saya coba untuk membantu, meski sekedar teman curhat tanpa mampu memberi solusi.
akat yang kami kumpulkan juga dialokasikan untuk keluarga mereka. Karena keluarga mereka termasuk yang pantas menerima zakat. 🙂
Oktober 10, 2010 at 9:35 pm
bagus kang achoey…itulah makna empati yang sebenarnya…semoga usahanya semakin laris..demi meraih ridha Allah….amiin
Oktober 8, 2010 at 1:36 am
[…] Pak Sjafri, Pak NH 18, Pakdhe Cholic, Pak Aldy, Pak Riri, Pak Hartanto, Pak Kyaine, MT, Pak Mursyid, Pak Vizon, WKF, Akhdian, dan masih banyak lagi para ayah-ayah yang hebat. […]
Oktober 10, 2010 at 9:49 pm
…ulasan dan puisi yang baguuus…penuh aprsiasi dan pembelajaran hidup…bravo kang achoey…
Oktober 9, 2010 at 9:26 am
saya setuju full dengan Pak Sjafri, diperushaan dikembngan manajemen dan kepemimpinan partisipatif sehingga semua jadi nyaman beker.
Oktober 10, 2010 at 9:56 pm
ya bung dasril…walaupun dalam prakteknya tidaklah mudah…karena di perusahaan seperti bumn…terkendala oleh model kepemimpinan yg feodal…yang berhirarki sangat kaku…