Konon hingga abad 18 lalu, sebutan yang biasa ditujukan kepada para pekerja adalah “sang otot”. Mungkin kita masih ingat istilah otot biasa dipakai dalam kaitannya dengan pekerjaan-pekerjaan di bidang pertanian dan pabrik. Mengapa disebut demikian? Karena para pekerja yang disewa itu menggunakan ototnya, umumnya kedua tangannya, untuk melakukan pekerjaan fisik. Mereka tidak tertarik untuk bekerja dengan menggunakan otak dan personalitasnya. Sebenarnya ini terkait dengan kondisi era sebelum revolusi industri.

      Hingga beberapa tahun dari abad 20, konsep sumberdaya manusia (SDM) atau manajemen personalia belum ada. Pola pekerjaan masih berbasis pada manual atau penggunaan tangan. Manajemen karyawan pun dilakukan secara tradisional. Artinya belum menggunakan prisnsip-prisip manajemen modern yang kental dengan penerapan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan. Apa yang dimaksud dengan standar prosedur operasional, standar kinerja, manajemen kempensasi dan karir, dan analisis kinerja belum dikenal.

        Lama kelamaan dengan semakin modernnya kehidupan, semakin berkembangnya tuntutan efisiensi pola pekerjaan, dan semakin tingginya pekerjaan yang bersifat lunak maka unsur “otak” memegang peranan sangat penting. Pada masa terjadinya revolusi industri maka mulai dikenal prinsip-prinsip efeisiensi kerja. Antara lain dalam bentuk penggunaan pekerja otot dalam jumlah yang minimum. Terjadilah substitusi penggunaan pekerja dengan penggunaan alat atau mesin. Atau istilah modernnya adalah mekanisasi. Tugas-tugas para pekerja di bidang fisik diminimumkan. Dan para pekerja dikembangkan SDMnya melalui pelatihan, pengalihan tugas, dan penempatan pada posisi baru yang banyak menggunakan potensi otak.

        Seiiring dengan pekerjaan bersifat lunak maka proses pengembangan sumberdaya manusia melalui jalur pendidikan semakin dibutuhkan. Pihak manajemen melihat pendidikan dan pelatihan akan mampu menghasilkan orang-orang yang trampil dan berbakat. Pihak manajemen percaya bahwa karyawan terutama yang bekerja di bidang perencanaan, evaluasi, dan rancangan perlu dikembangkan pengetahuan dan bakatnya.

       Sebagai tindak lanjutnya maka banyak perusahaan sudah membuat departemen khusus untuk menangani masalah-masalah sumberdaya manusia. Departemen ini berfungsi untuk melakukan perencanaan kebutuhan sumberdaya manusia, menganalisis pekerjaan dan bebannya, merekrut dan menseleksi calon karyawan baru, melatih, mengembangkan manajemen kompensasi, manajemen kinerja, manajemen karir, hubungan industrial, dan manajemen pemutusan hubungan kerja.