Karyawan, yang juga sebagai pembelajar, seharusnya mampu melakukan penilaian dan penyesuaian pada pilihan dan konsekuensi yang mereka alami. Mereka secara konsisten membutuhkan kegiatan yang sudah dikoreksi untuk memasuki siklus penentuan pilihan berikutnya. Dengan kata lain butuh proses umpan-balik. Mereka ingin mengetahui bagaimana pekerjaan mereka dapat dipahami dan mempengaruhi rekan kerjanya. Mereka bertanya pada diri sendiri apa yang telah dikerjakan dan apa yang tidak sehingga mereka bisa menyesuaikan diri dan memperbaiki pekerjaannya.
Jalurnya bisa formal dan informal. Kalau formal berarti umpan-balik dilakukan lewat suatu penilaian terstruktur atau survey. Sementara kalau jalur informal berarti umpan balik dilakukan dengan cara melihat bagaimana reaksi rekan kerja terhadap pekerjaan mereka. Kedua jalur umpan balik itu memiliki tujuan yang sama yakni karyawan tidak ingin membuat kesalahan serupa di masa datang. Mereka ingin berbuat yang lebih baik. Dengan kata lain, mereka tidak ingin berpuas diri pada kondisi status-quo.
Sebagai organisasi pembelajaran, setiap perusahaan seharusnya memiliki program pengembangan sumberdaya manusia lewat proses belajar di kalangan karyawannya secara berkelanjutan. Dengan semakin tingginya turbulensi yang dihadapi perusahaan, para karyawan dikondisikan sedemikian rupa untuk mampu memutuskan mana dari ragam pilihan yang memiliki prospek terbaik.
Untuk itu mereka perlu dilatih mulai dari pengembangan pengetahuan tentang bagaimana menganalisis dan membuat pendekatan masalah sampai bagaimana mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari suatu pilihan yang diambilnya. Dengan demikian resiko atau konsekuensi dari setiap pilihan dapat ditekan seminimum mungkin secara dini. Pada gilirannya tidak saja para karyawan akan berkinerja efektif tetapi juga perusahaan secara komulatif akan mampu meningkatkan kinerjanya.