Ramadhan, bulan suci yang selalu dirindukan dan ditunggu-tunggu ummat Islam. Di dalam shaum Ramadhan telah dijanjikan Allah sebagai bulan penuh rahmah, berkah dan magfirah; penuh ampunan bagi ummat yang beriman dan bertaqwa. Di bulan itu juga ummat Islam sangat dianjurkan untuk meningkatkan kedekatannya pada Allah. Begitu pula dengan amal ibadahnya. Berumallah, membangun persaudaraan sesama. Untuk itu segala hikmah shaum ramadhan disyiarkan tidak henti-hentinya di berbagai sudut media informasi dan tempat ibadah.

        Namun pertanyaannya mengapa di bulan suci ini, masih ada sebagian khalayak yang berbuat tercela. Mencemarkan makna suci dari ramadhan. Menempatkan bentrokan atau kerusuhan sebagai luapan kemarahan. Emosional mengalahkan rasionalitas. Di sebagian kalangan PKL dan penghuni lahan-lahan pemerintah terjadi bentrokan dengan polisi pamong praja. Begitu juga terjadi gesekan konflik antara kelompok pemuda yang menjaga kompleks lokalisasi PSK dengan polisi pamong praja. Kelompok pemuda menuduh polisi pamong itu munafik karena selama ini banyak oknum yang suka mangkal di lokasi itu. Bentrok, bentrok, dan bentrok. Tentunya sebagai kaum muslim sangat prihatin melihat kejadian itu.

        Gambaran bentrokan seperti itu mudah-mudahan tidak merepresentasikan gambaran perilaku umat muslim Indonesia. Kita berharap tiap muslim dan muslimah menggunakan sisa-sisa waktu bulan ramadhan ini untuk semakin bertafakur. Memohon ampun dan petunjuk dengan mendekatkan diri pada Allah. Tiada jalan lain. Diharapkan mereka yang berpuasa namun terlibat dalam bentrokan untuk semakin merenung diri. Bahwa jangan sampai hikmah puasa yang diperoleh hanyalah rasa lapar dan dahaga saja. Ya Allah berikanlah petunjukMU agar kami selalu berpikir dan bertindak di jalan yang lurus. Amiin.