Ramadhan, bulan suci yang selalu dirindukan dan ditunggu-tunggu ummat Islam. Di dalam shaum Ramadhan telah dijanjikan Allah sebagai bulan penuh rahmah, berkah dan magfirah; penuh ampunan bagi ummat yang beriman dan bertaqwa. Di bulan itu juga ummat Islam sangat dianjurkan untuk meningkatkan kedekatannya pada Allah. Begitu pula dengan amal ibadahnya. Berumallah, membangun persaudaraan sesama. Untuk itu segala hikmah shaum ramadhan disyiarkan tidak henti-hentinya di berbagai sudut media informasi dan tempat ibadah.
Namun pertanyaannya mengapa di bulan suci ini, masih ada sebagian khalayak yang berbuat tercela. Mencemarkan makna suci dari ramadhan. Menempatkan bentrokan atau kerusuhan sebagai luapan kemarahan. Emosional mengalahkan rasionalitas. Di sebagian kalangan PKL dan penghuni lahan-lahan pemerintah terjadi bentrokan dengan polisi pamong praja. Begitu juga terjadi gesekan konflik antara kelompok pemuda yang menjaga kompleks lokalisasi PSK dengan polisi pamong praja. Kelompok pemuda menuduh polisi pamong itu munafik karena selama ini banyak oknum yang suka mangkal di lokasi itu. Bentrok, bentrok, dan bentrok. Tentunya sebagai kaum muslim sangat prihatin melihat kejadian itu.
Gambaran bentrokan seperti itu mudah-mudahan tidak merepresentasikan gambaran perilaku umat muslim Indonesia. Kita berharap tiap muslim dan muslimah menggunakan sisa-sisa waktu bulan ramadhan ini untuk semakin bertafakur. Memohon ampun dan petunjuk dengan mendekatkan diri pada Allah. Tiada jalan lain. Diharapkan mereka yang berpuasa namun terlibat dalam bentrokan untuk semakin merenung diri. Bahwa jangan sampai hikmah puasa yang diperoleh hanyalah rasa lapar dan dahaga saja. Ya Allah berikanlah petunjukMU agar kami selalu berpikir dan bertindak di jalan yang lurus. Amiin.
Agustus 27, 2009 at 8:40 am
Ass wrwb, memang prihatin pak jika kita melihat kejadian-kejadian yang bapak maksud, namun tidak bisa dipungkiri bahwa tindakan negatif yang dilakukan oleh sekelompok orang merupakan refleksi dari berbagai masalah sosial yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, coba bapak bayangkan jika seseorang yang tidak memiliki pekerjaan, sementara hajat hidup selalu menuntut setiap waktu, entah itu yang berhubungan dengan pemenuhan pakan, sandang, atau papan, jika tidak dipenuhi karena yang bersangkutan nganggur, maka sangat mudah diajak untuk berbuat apapun demi mendapatkan uang, tambah lagi syaitan yang selalu mendukung perbuatan negatif menyemangati lewat hati dan fikiran, maka ybs akan lebih mudah untuk turut serta melakukan hal-hal seperti yang disebutkan bapak, dapat terjadi.
wass.
Agustus 27, 2009 at 7:24 pm
ya bung job…akar semua permasalahn itu adalah faktor kemiskinan…bisak kemiskinan absolut bisa juga kemiskinan struktural,natural, dan kultural….jadi kalau itu yg menyangkut kebijakan publik…pemerintah seharusnya arif dalam bertindak…perbanyaklah program-program pengentasan kemiskinan….disamping dalam membangun mental bangsa….