Ketertinggalan terjadi ketika seorang karyawan tidak lagi memiliki pengetahuan atau kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan yang penuh tantangan dengan sukses. Dalam perubahan yang cepat di bidang teknis tinggi, seperti keteknikan dan komputerisasi administrasi, ketertinggalan dapat terjadi dengan cepat. Di antara para manajer, setiap perubahan dapat saja diikuti/dihadapi dengan lebih lambat dan mungkin tidak memperhatikan ketertinggalannya, seperti dalam hal sikap yang tidak tepat dan kinerja yang buruk. Ketertinggalan bisa jadi sebagai hasil dari kegagalan seseorang untuk mengadaptasikan dirinya pada teknologi baru, prosedur baru, dan perubahan-perubahan lainnya. Semakin cepat perubahan lingkungan, semakin memungkinkan hal ini menjadikan karyawan tertinggal.
Beberapa pengusaha merasa segan untuk mengambil tindakan yang keras dan memecat karyawan yang tertinggal, utamanya terhadap karyawan yang telah lama bekerja di perusahaan. Sebagai gantinya, beberapa karyawan mungkin diberikan pekerjaan-pekerjaan tertentu dimana ketertinggalan mereka tidak menjadi permasalahan. Selain itu, keterampilan mereka bukanlah sebagai ketertinggalan. Sebagai contoh, ketika seorang eksekutif menengah/puncak tidak melakukan pekerjaan dengan memuaskan. Kemudian mereka terkadang dipromosikan sebagai wakil ketua sebuah dewan, di mana mereka memainkan sebagai penasihat atau menghadiri acara-acara seremonial, seperti pesta perjamuan untuk pensiunan karyawan. untuk para karyawan dengan tingkat yang lebih rendah. Solusinya berupa program pengembangan tambahan.
Menghindari terjadinya ketertinggalan merupakan sebuah tantangan utama untuk departemen SDM. Dengan menilai kebutuhan dari karyawan dan memberikan mereka program untuk mengembangkan keterampilan baru, departemen SDM seharusnya menerapkan programnya dengan proaktif (sebelum ketertinggalan terjadi). Jika program dirancang secara reaktif, sesudah ketertinggalan terjadi, hal itu sangat mungkin kurang efektif dan lebih mahal.
Ketika seorang karyawan mencapai taraf tanpa adanya kemajuan karir, ketertinggalan sangat mungkin terjadi. Taraf tanpa kemajuan karir terjadi ketika seorang karyawan melakukan pekerjaan sedemikian rupa tidak untuk diturunkan pangkatnya atau dipecat, tetapi yang bersangkutan tidak begitu cocok untuk dipromosikan. Ketika karyawan menyadari bahwa dia berada pada taraf tanpa kemajuan, motivasi untuk hanya ingin tetap pada posisinya mungkin dapat dikurangi. Banyak perusahaan menggunakan pendidikan berkelanjutan untuk kalangan manajemen menengah dan tingkat lebih atas untuk melawan ketertinggalan, misalnya melalui kegiatan pelatihan khusus setingkat perguruan tinggi, seminar, dan simposium.
Juni 26, 2009 at 6:07 am
Aslm. Pak.
Memang benar Pak bahwa karyawan yg baik harus memiliki kesadaran untuk terus menerus belajar dan mengembangkan dirinya agar tdk mengalami ketertinggalan, apalagi di zaman yg penuh dgn dinamika dan perkembangan yg sangat cepat seperti saat ini. Begitu pula dgn perusahaan, harus terus menerus melakukan adaptasi dinamis agar mampu bertahan dan bersaing dgn perusahaan lain. Salah satu bentuk adaptasi dinamis yg dpt dilakukan oleh perusahaan adalah mengembangkan SDM yg dimilikinya yg disesuaikan dgn tuntutan perubahan dan persaingan global. Terima kasih Pak.
Juni 26, 2009 at 8:49 pm
betul fresh….pengkondisian suasana pembelajaran di perusahaan sangat penting….para manajemen dan karyawan didorong tidak saja untuk bersikap repsonsif tetapi juga peka terhadap setiap perkembangan….terlebih mencari inovasi manajemen yg mutakhir….
Juli 8, 2009 at 2:53 pm
wow…sebelumnya mohon maaf ni pak sjafri, sepertinya aq terlalu banyak posting,ga apa2 pak???
aq cuma mau komentari tentang ketertinggalan, mungkin salah satu penyebabnya ketertinggalan karyawan utamanya di Indonesia, mungkin dari dasarnya orang2 indonesia uda ditempa dengan ketertinggalan…seperti contoh saja pak, kurikulum yang diajarkan di sekolah ataupun perguruan tinggi sangat ketertinggalan 30 tahun dengan dunia nyata…maaf pak, kalau misalnya pendapatnya bony keliru, tapi yang bony perhatikan begitu pak…mohon penjelasannya^^
Juli 9, 2009 at 12:48 am
bung bony…ngga perlu minta maaf…justru komen anda banyak yg segar dan perlu….betul kurikulum kita banyak tertinggal…salah satunya tidak berbasis link (keterkaitan) and match (kesepadanan) dengan dunia kerja….jarang dilakukan kajian mendalam…..disamping itu kurikulum berbasis kompetensi belum sepenuhnya diterapkan oleh sekolah dan perguruan tinggi….pola pembelajaran pun belum banyak yg menerapkan student centered learning dan problem base-learning….jadi masih banyak berpusat pada pengajaran searah oleh guru/dosen dan orientasi lebih banyak pada teori ketimbang pemecahan masalah….
Januari 20, 2010 at 2:55 pm
TERIMAKASIH TAS INFORMASI DAN TULISANNYA, CUKUP BERMANFAAT BUAT BACAAN. KUNJUNGI JUGA SEMUA TENTANG PAKPAK DAN UPDATE BERITA-BERITA DARI KABUPATEN PAKPAK BHARAT DI GETA_PAKPAK.COM http://boeangsaoet.wordpress.com
Januari 21, 2010 at 9:51 pm
trims bung saut…saya pernah kunjungi blog anda yg informatif itu…