Selama tiga hari menjelang pemilu, menurut UU Pemilu Anggota Legislatif, tak boleh ada kampanye dalam bentuk apapun. Istilahnya masa tenang. Hiruk pikuk kampanye baik dalam pengerahan masa, penggunaan media, pemasangan atribut tanda gambar partai dan caleg, dan kampanye dari pintu ke pintu bakal tak ada lagi. Semua harus bersih dari indikasi adanya kampanye. Masyarakat sudah boleh lega yang sebelumnya merasa repot disuguhi oleh beragam jenis kampanye dengan isi pesan yang berwarna warni. Bahkan dicengangkan dengan suguhan adu jotos sesama simpatisan di lapangan hanya karena rebutan souvenir, makanan kecil, dan minuman selain karena senggolan ketika ada goyang dangdut.
Kampanye damai dianggap telah usai. Isi kampanye beragam dari fokus mengkritik kebijakan pemerintah sampai yang mengajak untuk berbuat nyata. Diperkirakan ada jurkam atau pimpinan/pembina parpol yang kebakaran jenggot atau ada yang mengkritik tapi salah alamat atau ada yang geram emosional karena tersinggung oleh ucapan lawan-lawannya. Tinggal lagi sekarang setiap parpol dan kandidat siap-siap berkonsentrasi menyusun strategi baru untuk memenangkan pemilu anggota legislatif dan DPD dengan elegan. Untuk itu bisa diisi setidaknya dengan dua T yakni dengan Tafakur dan Taubat.
(1). Tafakur
Bersimpuh di hadapan-Nya. Merenungkan hati. Bermohon petunjuk dan diberikan semua yang terbaik. Jalan yang lurus dan taatasas di sekumpulan fitnah kampanye. Sabar di tengah hujatan, cemoohan, dan siap tulus ikhlas dengan apapun keputusan-Nya. Evaluasi diri dan berendah diri di hadapan-Nya. Yakni untuk membangun kesadaran diri dalam membantu rakyat jelata. Membangun kebhinekaan dalam kesatuan dan persatuan. Bukan untuk menumpuk kekuatan tahta dan harta yang nista serta kebanggaan golongan politik yang sempit. Tetapi untuk Indonesia tercinta. Ya Allah hindarilah tafakur ini hanya sebatas rangkaian kata dan penghias lisan. Jadikanlah niat muhasabah ini menjadi tangguh di tengah pertarungan yang haq dan batil dalam hidup dan kehidupan.
(2). Taubat
Diperlukan kesadaran akan betapa lemahnya perilaku diri khususnya selama kampanye ini. Karena itu diperlukan permohonan ampun pada-Nya atas segala kekhilafan. Sebagai insan yang seharusnya senantiasa bergantung pada-Nya. Meminta anugerah ketaatan tinggi kepada-Nya dan kepada bangsa ini sepanjang hayat. Dan permohonan ridha dan perlindungan untuk menghindari Allah murka. Tunjukilah sesuatu yang membuat kelapangan dada dan limpahan keimanan dan keindahan taqwa.
Kita berharap masa tenang kampanye betul-betul tenang. Tak ada kasak kusuk berupa kampanye bentuk lain. Yang memungkinkan terganggunya tujuan masa tenang ini. Kita percaya dalam rangka membangun kedewasaan berpolitik atau berdemokrasi, tiap politisi dan para pengikutnya berupaya agar periode ini bisa berjalan mulus. Betapa indahnya saling maaf memaafkan dan saling berucap selamat atas kemenangan yang diraih dengan jalan lurus. Semoga, Amiiin.
April 3, 2009 at 11:41 pm
Satu lagi Pak Sjafri smoga janji-janji yang dilontarkan para Caleg bukan hanya sekedar janji tapi bisa diwujudkan apabila sudah duduk di Parlemen.Smoga anggota Parlemen yang terpilih nanti benar-benar memenuhi janji mereka dan menjadi anggota Parlemen yang bersih serta bisa memperjuangkan nasib Rakyat 🙂
April 4, 2009 at 12:55 am
Dan dapat menentukan pilihan dengan tepat.
April 4, 2009 at 7:36 am
Pak,semoga himbauan bapak dilaksanakan oleh pimpinan parpol demi persatuan dan kesatuan.Apa dan siap yang bakal bertanggung jawab akalu bangsa ini porak poranda gara-gara ambisi yang sangat egositik untuk golongannya.Apalagi kalau tingkah para pimpinannya tidak mencerminkan seorang negarwan.Saya tidak tahu apakah nanti ada yang kalah berkomen “wah kami tidak kalah cuma jumlah suaranya saja lebih sedikit”.Sekaligus tidak mau mengakui kemenangan orang lain.
April 4, 2009 at 11:19 am
Ya Pak Sjafri.. tafakur dan taubat merupakan “peredam kejut” untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.. sehingga lebih siap untuk menerima kemenangan dan ”legowo” untuk menerima kekalahan..
April 4, 2009 at 5:59 pm
Resep jitu 2 T baru akan tercapai jika para pimpinan dan pembina parpol berjiwa besar untuk menahan diri kalau pihak lain yang menang.Malah seharusnya memberi ucapan selamat.Namun saya perkirakan tak ada pemenang mutlak karena jumlah partai yang membludak.Apapun saya ucapkan selamat menikmati masa tenang dengan penuh ketenangan bathin.
April 4, 2009 at 6:53 pm
Teringat akan pesan nenek dulu waktu di kampung. Klo menghadapi sesuatu persoalan kamu harus merenung, mungkin sama ya dengan tafakkur..Bermohon kepada Tuhan agar diberikan jalan keluar atas segala macam permasalahan yang kita hadapi. Kemudian nenek berkata jika kamu melakukan kesalahan maka cepat-cepat bertaubat.Taubat disini mungkin tidak hanya taubat di bibir, Taubat nasuha,agar segala dosa dan kesalahan tidak diulangi lagi. Jangan banyak membohongi rakyat. Rakyat sudah lelah Prof? Tapi kenapa ya Prof, rakyat kita terus mau dibodohi berulang-ulang???????????
April 4, 2009 at 11:31 pm
betul bung budi….semoga dengan 2 T itu …. tiap anggota parlemen terpilih mampu menerapkan prinsip taatasas atau konsisten menegakkan amanah….sementara yg kalah harus legowo…..
April 4, 2009 at 11:33 pm
ya mas singal…untuk itu diperlukan manajemen memilih sesuatu yg terbaik…..tanpa harus ada korban pada diri sendiri ataupun orang lain….
April 4, 2009 at 11:35 pm
ya mbak avita….seharusnya momen pemilu adalah sebagai proses pembelajaran politik…..untuk melahirkan bukan saja anggota parlemen dan dpd yang terbaik tetapi juga negarawan yang teladan…..
April 4, 2009 at 11:37 pm
ya mas partomo….asalkan dua T betul-betul dilakukan dengan niat tulus dan atas ridha-Nya….tidak sekedar polesan gicu di bibir saja…..insya allah setiap keputusan yg diambil/diterima bakal ikhlas…..
April 4, 2009 at 11:40 pm
ya mbak nur…..walau tidaklah mudah mengakui kelemahan diri dan keunggulan orang lain ….semoga dengan dua T ini para caleg mampu menyiapkan diri seoptimum mungkin…dalam menghadapi apapun hasilnya…..dengan jiwa besar….
April 4, 2009 at 11:47 pm
ya mbak lara….nasehat nenek yang bijak….cuma dalam kenyataannya masih banyak yang dilakukan dengan kurang khusyu….bahkan kurang ikhlas….nah jadinya lalu allah terus tetap memberi cobaan dan ujian…..btw tidak sepenuhnya masyarakat mau terus dibohongi berulang-ulang…..yg terjadi cenderung sebagian mayarakat masih percaya dan sebagian lainnya sudah berkurang,misalnya fenomena golput…..secara gradual dengan semakin tingginya pendidikan dan kesadaran politiknya……rakyat akan semakain kurang kepercayaannya terhadap partai tertentu…dan bahkan pada pemerintah kalau banyak janji-janjinya bohong belaka….