Insya Allah malam ini adalah malam takbiran. Takbiran berasal dari kata takbir. Bertakbir adalah menyeru keagungan Allah dengan khusyu. MengagungkanNya, karena Allah maha segalanya. Dalam sholat ucapan takbir hadir berulang-ulang dan merupakan bagian dari rukun sholat. Sementara takbiran dikenal sebagai kegiatan takbir keliling. Bisa menggunakan mobil terbuka, sepeda motor, beca, dan delman serta jalan kaki. Biasanya disertai bunyi-bunyian terompet, musik, beduk dsb. Tak ada tuntunan islam bahwa takbiran dilakukan seperti itu. Jadi bukan merupakan ritual agama. Takbir keliling hanyalah sebagai kegiatan tradisi di sebagian kalangan ummat islam Indonesia. Malah pernah diadakan takbiran nasional di lapangan Banteng dan stadion gelora Senayan Jakarta.
Tidak sedikit perdebatan di kalangan ulama dan pemerintah apakah takbir keliling dinilai lebih banyak manfaatnya ketimbang mudharatnya. Bergantung dari segi pandangnya. Ketika bicara takbiran itu sebagai salah satu syiar islam; mengapa tidak? Kan, sama saja syiar yang dilakukan selama ini seperti di mesjid, di gedung, dan di tempat lainnya? Demikian pendapat yang pro takbiran dimana pun diadakan. Sementara pihak lain menilai takbir keliling lebih banyak mudharat ketimbang maslahatnya. Menyewa kendaraan, alat musik, dan petabuh membutuhkan biaya tidak sedikit. Suara musik, bedug bertalu-talu, dan joged sana-sini mengurangi kehusyuan takbiran. Sementara itu para peserta takbir keliling yang biasanya berakhir menjelang subuhan pasti akan lelah. Dan itu membuat sholat id’nya tidak khusyu. Bahkan ada yang mengatakan takbir keliling sebagai sesuatu yang ryia. Demikian pendapat yang kurang menyetujui takbiran atau takbir keliling. Sedangkan, kalangan pemerintah lebih khusus melihatnya dari sisi keamanan dan ketertiban umum. Dengan tenaga terbatas, mereka sangat kewalahan mengatur jalannya takbiran. Takbiran tidak jarang mengganggu lingkungan dan kalau tidak disiplin bisa menimbulkan kecelakaan. Sependapat dengan sebagian ulama, pemerintah menganjurkan takbiran diadakan di mesjid, surau, dan atau di rumah saja.
Bagaimana sebaiknya? Tidak mudah memutuskan mana yang terbaik. Ketika suatu kegiatan seperti takbiran sudah menjadi tradisi maka tinggal selangkah lagi kegiatan itu menjadi budaya. Dalam budaya terdapat sistem nilai-nilai tertentu, kebiasaan, dan kesepakatan kolektif dari masyarakat bersangkutan. Dalam keadaan seperti itu mengubah kebiasaan atau tradisi tidaklah semudah dalam mengubah industri. Perubahan dalam sisi budaya membutuhkan waktu yang tidak singkat. Mengapa? Karena kesepakatan-kesepakatan kolektif telah terpatri oleh sistem nilai tertentu yang tidak mudah dihapus oleh siapapun hanya dalam tempo singkat. Kecuali dilakukan secara affirmative oleh pemerintah. Apakah dengan peraturan daerah ataukah surat keputusan nasional. Namun pertanyaannya apakah itu menandakan takbiran atau takbir keliling selama ini sudah segawat itu; sehingga harus diharamkan lewat aturan pemerintah secara nasional?
Idealnya biarkanlah ummat memilih jalur takbirannya sendiri. Biarkan mereka takbir di manapun asalkan dijalankan secara tertib. Toh, takbiran itu tidak dilakukan tiap hari atau tiap minggu. Di sinilah dibutuhkan kesadaran ummat untuk memandang takbiran sebagai sesuatu yang sakral yang didalamnya penuh seruan keagungan allah. Para tokoh agama harus terus menerus melakukan sosialisasi tentang makna takbiran ke ummatnya. Takbiran yang tanpa harus dijalankan dengan hura-hura dan dekat ke sifat ryia. Sementara pihak aparat kepolisian dibantu masyarakat memang harus bekerja ekstra keras menertibkan jalannya takbiran. Dalam hal ini pemerintah harus bijak. Misalnya setelah melalui proses himbauan perlunya takbiran dilakukan secara tertib tetapi tetap saja mengganggu ketertiban. Maka silakan mengeluarkan aturan sejauh menilai takbir keliling sudah sangat membahayakan lingkungan dan bahkan menujukkan tanda-tanda menodai kesucian agama. Dan tentunya ummat islam harus sudah siap melaksanakannya dengan ikhlas penuh kesadaran tinggi. Semoga suasana malam ini tidak berhenti hanya sebatas suasana hening-sahdu ”bertakbir” mengagungkan nama allah….namun bagaimana hal itu dapat diwujudkan sebagai la’allakum tattaqun……semoga meraih posisi takwa…..amiiin.
September 30, 2008 at 7:19 am
Saya termasuk orang yang senang takbir keliling kota.Saya menikmatinya setelah sebulan penuh bershaum ramadhan.Sebagai anak muda yang senang berkumpul dengan sesama,saya jadikan takbiran sebagai media untuk mengukuhkan persaudaraan islam.Yang jadi masalah bagaimana memperkecil ekses takbiran berupa hura-hura tak terkendali.
September 30, 2008 at 7:43 am
Takbiran selalu saya tunggu-tunggu.Sehabis takbiran di mesjid dengan teman-teman lalu lalu takbir keliling kota dengan motor pribadi.Indah dan sahdunya takbiran sehingga sama sekali tak terasa lelah.
September 30, 2008 at 8:27 am
selalu ada tarik-menarik dalam semua momen, begitu pula takbiran. saat mana semua memandang dari sisi positif (sesuai status keberpihakannya) maka akan terjadi resultan. semoga resultan yang ada, kemanapun arahnya, bisa dilihat dan disikapi dengan bijak oleh semua pihak.
Saya dan Keluarga mengucapkan mohon maaf lahir dan bathin
Selamat merayakan Hari Idul Fitri pada 1 Syawal 1429H
salam hangat selalu
hartanto
http://www.plurk/user/hartanto
September 30, 2008 at 9:34 am
ya bung zulkand…..terpenting bagaimana menghindari terjadinya ekses takbir keliling….kesadaran semua pihak diperlukan……
September 30, 2008 at 9:35 am
ya bung rusli….betapa indahnya takbiran….kita terasa sangat kecil di hadapan allah maha besar……
September 30, 2008 at 9:38 am
sependapat mas hartanto….pandangan dan tindakan bijak sangat dibutuhkan oleh semua pihak….btw….selamat idul fitri juga….maaf memaafkan….doa mendoakan…..amiiin….salam hangat buat keluarga…..
September 30, 2008 at 9:45 am
Taqobalallahu minna wa minkum
Minal Aidin wal Faizin
Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Selamat Hari Raya Idul Fitri
1 Syawal 1429 H
September 30, 2008 at 10:14 am
sama-sama bung johan……maaf memaafkan….doa mendoakan…..amiiin….
September 30, 2008 at 8:52 pm
Kalo saya pribadi termasuk yang tidak setuju dengan takbir keliling, pasalnya kalo dulu orang takbir keliling betul-betul mengumandangkan takbir, tetapi yang saya lihat sekarang lebih banyak yang hanya memukul-mukul alat musik (benda sekedarnya) dan dengan teriak-teriak yang tak jelas, orang-orangnyapun saya amati pada sambil minum-minuman keras, sehingga banyak juga yang jatuh dari truk dan tabrakan motor, lantas nilai khusuknya beribadah di mana?
September 30, 2008 at 10:26 pm
betul bung untung…..kekhawatiran anda sama dengan saya……akan bahaya bila lebih banyak kesenangan fisik yang ingin diraih ketimbang kesahduan takbiran……kalau miras,joged-joged erotis, dan teriak-teriak tak terkendali sudah masuk dalam malam takbiran….itu sama saja dengan menodai kehusyuan ibadah……
Oktober 1, 2008 at 8:49 am
Prof,mohon maaf lahir dan batin atas kekhilafan lisan dan tingkah laku saya selama ini.
selamat idul fitri 1429H
Oktober 1, 2008 at 8:55 am
Tentang Takbiran di indonesia, kita sudah kehilangan ‘semangat’ takbiran tadi. Tindakan yg seenaknya saja selama konvoi takbiran justru mengesampingkan makna TAKBIR yg artinya menyeru kebesaran ALLAH SWT yg MAHA MELIHAT DAN MENGETAHUI setiap tindak tanduk kita.
Harusnya takbiran dilakukan dengan perenungan atas segala dosa dan kekhilafan sampai malam itu, bukan dengan hura-hura bahkan melanggar hukum.
btw,saya ada kisah tersendiri tentang malam takbiran,silahkan mampir.
Oktober 1, 2008 at 10:04 am
betul mas sibermedik…..seharusnya malam takbiran merupakan manifestasi kemenangan ummat islam setelah sebulan penuh menjalankan ibadah shaum ramadhan…..bukan dinodai….itu sama saja kemunduran bahkan kekalahan……selamat idul fitri 1429 H….maaf memaafkan,doa mendoakan….amiiin…
Oktober 2, 2008 at 4:03 pm
Selamat hari raya Idul Fitri, 1 Syawal 1429 Hijriyah. Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum taqabbal ya karim. Minal ‘aidin walfaizdin. Mohon maaf lahir dan bathin.
Oktober 3, 2008 at 12:55 am
mr math….maaf memaafkan….doa mendoakan….amiin….
September 17, 2009 at 6:33 pm
sungguh arif dan bijkasana keputusan yang di ambil
September 18, 2009 at 10:53 pm
mas wiyono…selamat takbiran dengan khusyu…
Juli 12, 2010 at 3:58 am
Takbir yang lebih baik adalah dengan sendiri-sendiri karena seperti itu yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat beliau