Tiap pegawai negeri  sipil (PNS), setahun sebelum pensiun, harus sudah mengajukan permohonan pensiun kepada pimpinan organisasi induknya. Setahun kemudian yang bersangkutan resmi menjadi pensiunan setelah surat keputusan itu diterimanya. Nah ketika itu terjadi maka ada kemungkinan pemikiran dan perasaan yang muncul di kalangan pensiunan. Bagaimana nasib saya setelah mulai memasuki masa pensiun? Apakah kemungkinan timbul gejala-gejala “post power syndrome”? Apa yang sebaiknya saya lalukan? Dsb.

Sebenarnya pensiun adalah fenomena alami ketika seseorang yang  usianya dianggap sudah lanjut harus sudah tidak berstatus pegawai tetap lagi. Begitu pula yang bersangkutan tidak bisa mengelak ketika peraturan menyebutkan pada usia tertentu harus sudah siap pensiun. Dengan kata lain yang bersangkutan harus ikhlas. Namun kata pensiun tidak jarang diasosiasikan dengan gambaran “menakutkan”. Hal itu biasanya muncul setelah masa tiga bulan-enam bulan pertama masa pensiun dilewati. Ketika itu terjadi maka diperkirakan ada beragam fenomena psikologis yang muncul. Pertama, merasa bingung apa yang harus diperbuat akibat sudah tidak punya kegiatan lagi. Kedua  merasa kesepian dibanding ketika masih aktif sebagai pegawai. Ketiga, merasa biasa-biasa saja. Hal pertama dan kedua bisa jadi karena sang pensiunan belum mempersiapkan rencana kegiatan sesudah pensiun secara matang. Hal demikian, bisa juga karena yang bersangkutan merasa tidak memiliki sumberdaya khususnya dana dan pengalaman serta jejaring bisnis.misalnya untuk berwirausaha. Sementara yang ketiga biasanya sang pensiunan sudah memiliki rencana kegiatan pasti yang telah dirintis sebelum pensiun.

Sudah banyak rujukan bagi para pensiunan bagaimana mengisi kekosongan waktu. Umumnya isi rujukan  berkisar pada bagaimana mencari peluang berwirausaha. Disitu diberi contoh berbagai peluang bisnis melalui investasi mulai dari modal relatif “kecil-kecilan” sampai modal “besar”. Diberi informasi pula bagaimana langkah-langkah yang perlu dilakukan. Sementara di bidang non-wirausaha seperti dalam kegiatan mengajar, memberi ceramah atau materi seminar dan menulis buku hampir-hampir tidak ada rujukannya. Padahal itu juga merupakan kegiatan mengisi masa pensiun yang produktif. Di sisi lain ada juga pensiunan yang tidak melakukan kegiatan yang bersifat “mencari nafkah”. Yang dilakukan para pensiun seperti ini adalah dalam bentuk kegiatan sosial. Mulai dari  kegiatan di organisasi kemasyarakatan berskala tingkat rukun warga dan kelurahan sampai tingkat nasional bahkan tingkat internasional. Contoh untuk pensiunan seperti ini adalah yang dilakukan seorang jenius sekaligus pebisnis raksasa; Bill Gates. Dia memutuskan untuk pensiun pada 27 Juni 2008 dari Microsoft setelah lebih dari 33 tahun mengembangkan bisnisnya dengan penuh kontroversi dan keberhasilan puncak di dunia. Sekarang Bill Gates akan menghabiskan waktunya pada sebuah yayasan yang didirikan bersama istri dan keluarganya yakni  Bill & Melinda Gates. Tidak sedikit pula para mantan CEO Indonesia yang kemudian terjun di bidang sosial setelah memasuki masa pensiun. Bagaimana masa pensiun diisi oleh seorang guru besar?

Konon jenis kegiatan di masa pensiun seseorang sangat berkait dengan uang pensiun yang diterima plus penerimaan usaha bisnis yang selama ini ditekuninya.  Berapa gaji seorang guru besar yang sudah pensiun? Karena ada embel-embel “besar” maka sepertinya uang pensiun pun juga bakal besar. Dua minggu lalu pertama kali saya menerima uang pensiun berikut dana pensiun, sebagai pensiunan guru besar. Besarnya uang pensiun sebagai PNS dengan masa pengabdian selama 39 tahun dua bulan, yang saya terima adalah sebesar Rp2.182.500 ditambah dengan tunjangan isteri sebesar Rp218.250 plus lain-lain; totalnya adalah Rp2.400.800. Alhamdulillah saya juga menerima dana peserta pensiun sebesar Rp25.797.100 plus Rp7.307.700 sebagai pembayaran klaim pensiunan pertama. Lumayan besarnya. Akankah dipakai sebagai modal berbisnis? Seharusnya demikian. Tetapi tidak dilakukan karena saya tidak punya bakat dan pengalaman berbisnis.  Saya serahkan saja semuanya ke isteri yang juga dosen senior untuk mengelolanya. Untuk selanjutnya dengan uang pensiunan yang cuma sekitar dua jutaan rupiah perbulan, saya sendiri punya rencana kegiatan tetap mencari nafkah bersifat non-wirausaha sendiri. Selama masa pensiun saya akan tetap berada di habitat saya sebagai seorang guru.

Sebagai seorang guru senior, saya masih mendapat kepercayaan dari IPB untuk terus mengajar dan membimbing mahasiswa. Di tahun 2008  saja kegiatan mengajar dengan delapan mata kuliah bagi mahasiswa semua strata dan di semua semester. Saya pun masih bertugas membimbing mahasiswa semua strata sebanyak 56 orang. Tentu saja proses pembimbingan mahasiswa sebanyak itu tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat.  Diperkirakan kalau jumlah mahasiswa bimbingan tidak bertambah maka berarti saya baru akan menyelesaikan bimbingan  dua sampai tiga tahun ke depan; terutama untuk membimbing 27 kandidat doktor. Kegiatan membina para dosen muda pun terus dilakukan.

Di samping mengajar dan membimbing saya akan terus menulis buku ilmiah seperti yang selama ini saya lakukan. Insya allah tahun ini diharapkan sudah diterbitkan sebuah buku berjudul Manajemen Etika Binis yang ditulis bersama isteri saya. Penelitian dan menjadi konsultan pun masih akan terus dilakoni. Nah pilihan yang lain adalah ingin menjadi seorang blogger sejati. Berblog ria adalah kegiatan yang begitu mengasyikan sejak lebih dari setahun yang lalu. Karena blog-lah saya semakin terdorong untuk selalu membaca  beragam rujukan ilmiah dan non-ilmiah. Saya harus taatasas sesesuai dengan motto blog saya: “Syiarkanlah kebajikan walau cuma satu kata semata-mata untuk memperoleh ridha Allah”.

Bagi saya, pensiun bukanlah sesuatu yang bersifat akhir yang harus membuat sang pensiunan khawatir. Yang membedakan sebelum pensiun hanyalah dalam hal besaran gaji dan jabatan. Banyak yang bisa dikerjakan atau diabdikan sang pensiunan sesuai minat dan kompetensinya. Pilihan begitu banyak. Tidak kecuali mengasuh cucu di rumah; asalkan itu adalah pilihannya yang terbaik. Begitu pula dengan pilihan-pilihan lainnya. Pasti seorang pensiunan sekali memilih kegiatan tertentu dia sudah mempertimbangkan manfaat dan konsekuensinya. Jadi yang terpenting bagaimana mengisi waktu ke depan dengan kegiatan apapun yang berguna. Insya Allah stres dan bahkan depresi tak bakal muncul.  Sekaligus, khususnya bagi sang mantan pejabat teras, “post power syndrome” mudah-mudahan tidak terjadi. Demikian  pula dengan seorang guru besar. Pilihan habitat akademik yang diambilnya mungkin menjadi dunianya yang paling membahagiakan.