Pernahkah kita suatu ketika terkena strum, walau mungkin hanya kecil saja? Saya percaya pernah. Saya tidak dapat menjelaskannya mengapa sampai bisa seperti itu. Saya bukan ahli listrik. Berikut dikutip dari Wikipedia tentang listrik. Seperti diketahui listrik mengalir dari saluran positif ke saluran negatif. Dengan listrik arus searah jika kita memegang hanya kabel positif (tapi tidak memegang kabel negatif), listrik tidak akan mengalir ke tubuh kita (kita tidak terkena strum). Demikian pula jika kita hanya memegang saluran negatif. Dengan listrik arus bolak-balik, Listrik bisa juga mengalir ke bumi (atau lantai rumah). Hal ini disebabkan oleh sistem perlistrikan yang menggunakan bumi sebagai acuan tegangan netral (ground). Acuan ini, yang biasanya di pasang di dua tempat (satu di ground di tiang listrik dan satu lagi di ground di rumah). Karena itu jika kita memegang sumber listrik dan kaki kita menginjak bumi atau tangan kita menyentuh dinding, perbedaan tegangan antara kabel listrik di tangan dengan tegangan di kaki (ground), membuat listrik mengalir dari tangan ke kaki sehingga kita akan mengalami kejutan listrik (“terkena strum”).
Kalau demikian ketika ada pemadaman listrik logikanya tidak bakal ada kejadian orang yang terkena strum. Benarkah demikian? Dalam arti fisik ya, tapi dalam makna segi sosial ekonomi tidak juga. Selama hampir dua bulan ini sebagian besar masyarakat terkena “sengatan” atau kejutan penderitaan akibat pemadaman listrik. Pemadaman listrik yang sudah berlangsung sekitar dua bulan ini jelas berpengaruh terhadap aktifitas sosial ekonomi. Biang keroknya karena tidak seimbangnya antara suplai dan permintaan listrik. Permintaan semakin tinggi tetapi tidak diimbangi dengan penambahan pasokan listrik dari PLN. Akibatnya, para pengrajin, industri kecil-menengah, dan bahkan rumah sakit juga terganggu. Ada yang memasang genset untuk memasok listrik. Jelas saja akan mempengaruhi pada skala produksi dan biaya produksi. Harga pokok produksi pasti menjadi lebih mahal.
Disisi lain ada yang pasrah saja menerima kenyataan. Dalam keadaan seperti itu proses produksi hanya bisa berjalan ketika ada listrik. Lagi-lagi bakal berpengaruh terhadap harga pokok karena biaya tetap yang relatif menjadi lebih besar. Sementara jumlah produksi menurun. Akibatnya, penerimaan usaha kecil menurun. Selain itu, pemadaman listrik terutama kalau terjadi tiba-tiba bisa mengganggu proses operasi bedah di rumah sakit yang tidak memiliki genset dengan daya tinggi. Dengan demikian SDM pasien akan terganggu. Akibatnya kalau tidak siap dengan listrik akan menghilangkan nyawa orang.
Yang dikhawatirkan dalam jangka panjang adalah pemadaman listrik akan berpengaruh terhadap karyawan yaitu pemutusan hubungan kerja. Dengan demikian SDM akan semakin berkurang atau terjadi pengangguran. Di beberapa industri kecil, para karyawan hanya dibayar setengah dari gaji biasanya. Tidak diketahui pasti apa yang dikerjakan oleh para karyawan di luar tempat kerjanya; apakah mencari tambahan pendapatan atau berdiam di rumah. Namun di sisi tertentu ada yang merasa dirugikan tetapi di sisi lain ada yang meraih keuntungan. Mereka adalah penjual genset dan lampu cas listrik atau lampu untuk emergensi. Tentunya juga penjual lilin panen besar. Di Padang diwartakan lampu jenis cas listrik ini yang terjual meningkat sebanyak 900% selama pemadaman listrik. Kalangan pedagang lain yang mendapatkan keuntungan akibat pemadaman listrik bergilir di Kota Padang, yakni penjual genset atau mesin diesel. Pemilik toko genset di Padang bersuka cita dan mengaku, omzet penjualan meningkat tajam. Biasanya tiap hari belum tentu terjual satu unit genset, kini bisa terjual enam sampai tujuh unit genset dengan dengan daya yang bervariasi. Genset termurah ukuran 700 watt dijual dengan harga Rp850 ribu/unit dan tertinggi dengan daya 10 ribu watt dijual harga Rp19 juta/unit. Dalam kondisi seperti ini SDM (karyawan) di perusahaan lampu cas dan genset tidak terganggu oleh adanya pemadaman listrik.
Idealnya pihak pemerintah harus memiliki kebijakan yang memihak pada sektor ekonomi dan tempat-tempat kegiatan sosial. Pemadaman listrik harus dijalankan secara selektif dan proritas. Kalangan industri dan rumah-rumah sakit seharusnya menjadi porsi utama untuk dipasok listrik secara normal. Kalau tidak maka investasi produksi dan investasi SDM akan terganggu. Efek gandanya akan semakin meluas ke seluruh sektor kehidupan. Bahkan seharusnya pemerintah perlu memberi kompensasi kepada masyarakat dan pengusaha akibat adanya pemadaman lsitrik. Kalau ini dilakukan berarti pemerintah tahu diri bahwa biaya sosial seharusnya juga ditanggung oleh pemerintah.
Juli 9, 2008 at 1:01 pm
Tampak bahwa pemerintah dalam hal ini Dep ESDM dan PLN tidak memiliki rencana strategis atau cetak biru tentang kebijakan peristrikan nasional yang managable. Yang dilakukan hanyalah dalam bentuk tambal sulam.
Juli 9, 2008 at 1:42 pm
Suasana pemadaman listrik akhir-akhir ini layaknya kelap-kelipnya kemajuan bangsa ini di segala bidang.
Juli 9, 2008 at 2:26 pm
Sebenarnya prof, yang namanya “krisis energi” itu tidak ada, selama matahari kita masih bersinar maka energi di Bumi kita ini masih melimpah ruah, karena 99,9% energi di Bumi kita berasal dari matahari. Sayangnya sinar matahari tidak bisa langsung dipakai energinya oleh rumah tangga (dan industri) kita, maka energi matahari diubah bertingkat2 yang pada akhirnya menjadi energi listrik dan energi dari bahan bakar hidrokarbon (energi dari hidrokarbon ini juga berasal dari energi matahari yang diubah bertingkat2 dan dalam proses jangka waktu yang sangat lama).
Nah, yang terjadi di negara kita ini (dan juga mungkin di negara2 lain) adalah krisis “manajemen energi” di mana perusahaan2 penyedia energi seperti PLN dan Pertamina mengalami kesulitan dalam penyediaan sumber energi siap pakai baik untuk keperluan rumah tangga ataupun industri……
Jadinya, ya begini, byar pet, byar pet…. lama2 bisa pet-nya lebih lama dari byar-nya jikalau krisis manajemen energi ini terus berlarut2…..
Juli 9, 2008 at 2:27 pm
Rencana pemerintah yang akan menerbitkan SKB tentang penghematan energi diharapkan jangan sampai menurunkan produktivitas industri. Seharusnya pemerintah segera melakukan pemetaan terhadap konsumsi energi khususnya listrik di perusahaan dan daerah-daerah.
Bukan itu saja, pemberian sanksi khusus kepada industri yang dianggap boros, tentunya akan mempersulit kalangan industri dalam memanfaatkan listrik. Padahal, konsumsi listrik bisa dihemat tanpa harus mengurangi produktivitas dan tanpa harus melakukan kontrol ketat.
Juli 9, 2008 at 8:56 pm
ya mas YariNK…..sependapat….bahkan bukan saja sumber enerji dari matahari tetapi juga angin…..berikut saya kutip penggalan tulisan Kapten Laut Jemmy di Cakrawala Angkatan Laut RI,10 Juli 2008……Pembangkit listrik tenaga angin dan matahari merupakan teknologi hibrida yang terbilang baru dan ramah lingkungan, pertama diperkenalkan oleh Guiseppe seorang doktor dari perusahaan listrik Italia tahun 1995.
Dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga angin saja maupun tenaga matahari saja, teknologi hibrida ini jelas lebih tinggi karena tak sepenuhnya bergantung pada matahari. Maka, bila langit medung atau malam tiba dan matahari lenyap, pembangkit listrik akan digerakkan oleh kincir angin jadi listrikpun tetap mengalir.
Sebaliknya, ketika angin sedang loyo berhembus, panel-panel sel surya penangkap sinar matahari bisa terus memasok listrik. Pembangkit listrik ini cocok untuk daerah yang cuacanya sering berubah-ubah seperti di pesisir pantai.
Juli 9, 2008 at 8:59 pm
sepertinya seperti itu bung zulkand…..tidak fokus….nah ketika kenaikan harga bbm dunia dan domestik meningkat baru terasa betapa beban PLN semakin menggila…..sementara investasi di perlistrikan belum berhasil maksimum….
Juli 9, 2008 at 9:02 pm
biandra…..saya tak tahu lagi mau bilang apa…..yang jelas apakah manajemen perlistrikan diberikan saja kepada pihak swasta?…..tapi harus dipertimbangkan matang utamanya dari sisi politis dan sosial ekonomi….karena listrik merupakan hajat hidup-kebutuhan masyarakat luas (UUD 45)…
Juli 9, 2008 at 9:07 pm
ya jaringan lsm…sependapat….seharusnya pengehematan dimulai dari tingkat keluarga dan lembaga-lembaga pemerintah….harus diteladani hingga menjadi perilaku yang internalisasi…..kalau kita lihat di rumahtangga negara-negara maju saja,mereka begitu hematnya dalam penggunaan enerji listrik…..sementara di dunia industri perlakuannya harus proporsional….jangan sampai pergiliran pemadaman listrikmenyebabkan sektor industri mengalamai stagnan…..
Juli 10, 2008 at 3:17 pm
Pengematan listrik sah-sah saja. Tapi yang dituntut jangan hanya khalayak luas. Yang jauh lebih penting rumah para pejabat dan instansi-instansi pemerintah.
Juli 10, 2008 at 11:15 pm
sependapat mbak nur….seharusnya memang demikian…..cuma kenyataannya tidak selalu begitu….
September 19, 2008 at 4:17 pm
adanaya pemadaman bergilir yang terjadi tiap tahun di Indonesia, hal ini menujukkan bahwa si pengelola tidak bisa menghandle listrik. sudah tidak bisa menghandel juga tidak bisa di kritik. karena ia menopoli listrik tersebut, dan mengangap kritikan yang lain tidak ada gunanya. dan ia yang maha benar. dan ini terlihat di suasana sang pengelola tersebut. yang seharusnya melayani rakyat Indonesia,
September 20, 2008 at 7:14 am
mas yogi…..semoga bukan cerminan kelap kelipnya pembangunan di indonesia yang berkepanjangan…..
Maret 15, 2021 at 5:37 am
katina
LISTRIK DAN SUMBERDAYA MANUSIA | Rona Wajah