Apakah kita sebagai salah seorang yang sok-tahu? Atau sekurang-kurangnya pernah berbuat sok-tahu? Walaupun sangat jarang? Jawabannya kemungkinan besar ’ya’. Secara tidak sadar ketika sedang kepepet dalam suatu pertemuan dan ditanya seseorang lalu bilang tahu. Padahal sebenarnya tidak. Ada sedikit unsur gengsi. Dalam kehidupan kerja, manajer pasti bakal senang kalau karyawannya memiliki pengetahuan yang banyak. Istilah ekstremnya karyawan tersebut serba tahu walau di luar bidang atau kompetensinya. Namun sebaliknya, manajer akan kesal kalau ada karyawan yang sok-tahu. Biasanya karyawan bertipe ini kalau sedang mengerjakan sesuatu menunjukkan paling jago di segala bidang, merasa paling penting, tidak sabar, aneh, dan kurang meyakinkan. Orang bertipe ini dengan entengnya selalu bicara “saya tahu tentang apa yang harus dikerjakan”. Dekat dengan tipe yang sok-tahu, ada karyawan yang kerjanya selalu mikir. Kesehariannya senang memikirkan sesuatu, menggagas, dan menciptakan sesuatu namun tidak ada konteksnya dengan prinsip efisiensi pekerjaannya. Dengan kata lain tidak bekerja optimum. Jangan-jangan ketika bekerjapun lebih banyak mikir ketimbang fokus pada pekerjaannya. Orang ini pantas diberi julukan sok-mikir. Jadilah kedua tipe ini (sok-tahu dan sok-mikir) termasuk karyawan yang banyak berhayal namun tidak mampu bekerja dengan efisien.
Kembali ke yang sok-tahu, tipe karyawan seperti ini selalu ingin meyakinkan pihak lain (manajer dan rekan kerja lainnya) bahwa mereka memiliki kekuatan lebih, kendali lebih, atau kemampuan dalam menawarkan sesuatu yang lebih daripada yang mereka perbuat. Katakanlah semacam percaya diri berlebihan atau seperti pepatah “kura-kura dalam perahu”. Namun sifat seperti itu dapat membahayakan dirinya atau bisa juga menimbulkan suasana kerja yang kurang nyaman. Ketika siapapun, misalnya manajer, meminta karyawan yang sok-tahu untuk mengevaluasi sesuatu, sangat mungkin sang manajer menerima respon jawaban yang muluk-muluk bahkan mengawang-ngawang. Dengan entengnya dia menjawab “ya saya sudah mengatakannya dan sudah melakukannya bla bla bla”. Sambil membubuhi kalimat macam-macam yang tidak kontekstual.Tidak jelas maksudnya. Karena itu karyawan bertipe ini sering membuat penilaian yang bias pada subyektifitas dirinya. Konsep kejujuran dan keterbukaan apa adanya tidak diterapkan oleh mereka. Ujung-ujungnya karyawan bertipe sok-tahu itu bakal kurang mendapat tempat yang bagus di mata dan hati manajer dan rekan-rekan kerjanya.
Menghadapi karyawan bertipe sok-tahu, manajer harus menyelianya ekstra hati-hati. Setiap ucapan dan perbuatan mereka perlu terus diamati. Bahkan sebelum yang bersangkutan mengerjakan sesuatu perlu diyakini apakah mereka sudah siap. Jangan sampai terjadi “sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tak berguna”. Untuk itu manajer dapat menanyakan dan mengeceknya. Selain itu manajer dapat meminta salah seorang karyawan senior untuk bekerja berdekatan dengan sang sok-tahu untuk ikut memantau. Pendekatan-pendekatan pribadi oleh manajer kepada karyawan yang sok-tahu juga penting. Tujuannya adalah agar mereka secara bertahap menyadari tentang kemampuan riilnya. Untuk itu perlu dikembangkan suasana keterus-terangan tentang potensi kekuatan dan kelemahan masing-masing. Di sini manajer dapat mendorong agar para karyawan memiliki sifat rasa ingin tahu tentang sesuatu. Semacam membangun sifat penasaran. Kalau hal ini berkembang di antara karyawan maka ini mencerminkan perusahaan tersbut dapat dikategorikan sebagai organisasi pembelajaran.
Mei 17, 2008 at 10:42 am
Iya prof… betul itu…. semuanya yang sok tahu memang membuat orang menjadi kurang nyaman, apalagi kalau pernyataannya tidak bisa dipertanggungjawabkan, bikin pusing saja. Tapi memang di sekeliling kita banyak juga orang2 yang sok tahu, karyawan sok tahu memang membikin suasana jadi kurang nyaman tapi manajer sok tahu, wah…. lebih2 bikin pusing…
Contoh lain adalah di kampus ada mahasiswa yang sok tahu contohnya, pura2 tahu ini itu padahal kalau ujian nilainya jeblok, dosen sok tahu?? Hmmm… sering ketemu juga, bukan hanya dia sok tahu di luar bidang ilmunya, terkadang untuk menutupi ketidaktahuannya di bidang ilmunya, muncul juga jawaban2 sok tahu…. wah ini bisa membahayakan mahasiswanya……
Yah begitulah memang…. orang2 yang sok tahu memang acapkali bikin pusing. Kalau jawabannya bisa dipertanggungjawabkan dan bisa dikonversikan untuk peningkatan kinerja bersama itu malah bagus. Nah, ini isinya tidak bisa dipertanggungjawabkan dan hanya untuk menutupi kekurangannya, jadi lengkap sudah kesoktahuannya……. 😀
Mei 17, 2008 at 12:04 pm
Istilah saya dan teman-teman, karyawan yang sok tahu bisa di sebut pula, yang tak pernah mengerjakan sampai titik. Pada saat rapat, dia sering tunjuk tangan, bahwa dia bisa…tapi menghadapi karyawan seperti ini, kita harus menanyakan argumen disertai bukti pendukung, untuk mengerti betul bahwa dia tahu atau sekedar tahu atau sok tahu.
Dan karyawan seperti ini, jika diberi tanggung jawab, berikan RTL (Rencana Tindak Lanjut) yang lebih detail, lengkap dengan item yang dikerjakan, batas waktu kapan, siapa person in charge….dan atasan yang tahu, akan memberikan dead line sebelum jatuh tempo yang sebenarnya, sehingga punya waktu untuk perbaikan. Sebetulnya RTL ini diperlukan juga untuk memonitor pekerjaan karyawan lainnya…tapi bagi karyawan yang memang rajin, sebelum dead line dia sudah rajin melakukan progress repot nya. Atau melaporkan kendala yang dihadapi, jauh sebelum tanggal dead line. Menjadi pimpinan memang harus pula menjadi seorang psikolog, memahami karakter anak buah satu persatu.
Mei 17, 2008 at 12:58 pm
Klo karyawan yang sok tahu … masih bisa lah ditoleransi dan dicuekin aja hehe … dah biasa kok.
tapi kalo atasan yang sok tahu … ugh … luarrr biasaaaaaa
Dia sok tahu kalau pekerjaan itu mudah dikerjakan dan sok tahu kalau karyawan gak perlu istirahat dan makan. Dan ternyata sok tahunya itu salahhh besar karena mereka tidak pernah terjun kelapangan langsung dan mereka melupakan kalau karyawan bukanlah robot yg tidak perlu istirahat dan makan.
males nanggepinya dan bikin pusing kepala karena mereka tidak bisa diambil atasnya, dan kalo dah ambil bawahnya maka kepala suka manggut-manggut dan bibir sering ngucapin ‘ yes Man … ‘ untuk nyenangin Bos aja biar cepat berlalu
malesnya punya Bos yang sok tahuuuuuu
ugh … sebellllll !!!!!
Mei 19, 2008 at 3:41 am
Tapi “sok tahu” juga bisa dibisnisin lho, terutama terhadap orang yang “tidak tahu” atau “tidak mau tahu”. Di Glodok, meskipun pedagang hanya memiliki kios yang kecil dengan hanya beberapa gelintir barang, jika ada pengunjung akan selalu bilang “semua yang Anda butuhkan ada di sini, di gudang (maksudnya akan dicarikan di toko lain, kita hanya dimakelari)”. Nah, kuncinya untuk menghadapi siapa saja yang “sok tahu” adalah kita harus “tahu”.
Di kampung saya, sering rancu antara istilah Doktor (Dr.) dan dokter (dr.), baik penulisan maupun pengucapannya. (kalau di kota dokter sering ditulis Dr. katanya itu sesuai dengan EYD, huruf awal harus huruf kapital). Yang jadi permasalahan sesuai dg konteks pembicaraan ini, adalah adanya si doktor yang “sok tahu” pada bidang yang bukan spesialisasinya… doktor ilmu ekonomi kok “sok tahu” mengobati orang sakit, bukan karena dia bisa tetapi hanya demi menutupi rasa malunya di depan khalayak……… nah kalau si pasien berkomentar “dasar doktor bange (goblok), sakit mate kok pantat yang ditusuk” bagaimana coba menjawabnya? hal serupa hampir tiap hari kita saksikan di televisi…. hanya karena dia doktor maka dia berkomentar pada semua topik2 yang sedang hangat….. SOK TAHU.
Mei 20, 2008 at 1:05 pm
benar mas yariNK….tidak jarang ini terjadi pada siapapun termasuk pimpinan atau manajer……..jelas saja kewibawaan di mata subordinasinya menjadi rendah……..ya termasuk mahasiswa dan dosen………kalu gitu bisa dibayangkan bagaimana nasib bangsa ini di masa depan…….
Mei 20, 2008 at 1:07 pm
terimakasih mbak edratna atas ulasannya yang bermakna……..ya disini terbukti bahwa pimpinan tidak otomatis menjadi seorang pemimpin yang andal…..
Mei 20, 2008 at 1:12 pm
ya mbak aisalwa….tidak jarang pimpinan memanfaatkan kekuasaan atau otoritasnya……..anggapannya pimpinan tak pernah bersalah…..tiap ucapan dan tindakannya seolah instruksi….sementara subordinasi tak boleh bantah membantah……ikuti saja walaupun pimpinan salah…….nah inilah pimpinan yang keblinger……tak tahu diri dengan ketahuan dan ketidaktahuannya……
Mei 20, 2008 at 1:14 pm
benar mas triyanto…….menyedihkan sekali……..orang bijak seharusnya berperilaku dia tahu akan ketidaktahuannya……..bukan menutupnutupi ketidaktahuannya…..
Mei 21, 2008 at 5:06 pm
Orang-orang seperti itu (yang sok tau) memang ada dimana-mana. Di kantor, di lapangan, di sawah, di jalanan. Mereka itu saya fikir bukan hanya membahayakan dirinya sendiri, tapi bagi orang lain. Saking banyaknya jumlah orang dengan type ini, saya malah jadi curiga. Jangan-jangan saya ini termasuk dalam type orang yang sok tau juga. Hehe….
Mei 22, 2008 at 4:05 am
bung johan, kekhawatiran anda ……juga kekhawatiran saya…..apalagi kalau sok tahu itu terjadi pada para pemimpin…….