Diam itu emas. Benarkah? Bergantung dari mana melihatnya. Jenisnya pun beragam. Ada diam yang memang malas ngomong, diam sebagai ciri kebodohan seseorang, diam karena rasa malu, diam sedang marah, diam khianat, diam menahan diri, diam menyimpan rahasia, dan diam aktif (merenung untuk berbuat positif). Diam akan bernilai tinggi ketika itu digunakan sebagai upaya introspeksi diri dan penuh bijak ketika menghadapi suatu konflik. Memilih diam ketimbang berujar dalam upaya meredam bara api pertikaian adalah keputusan bijak. Sekalipun demikian diam bukan berarti tanpa inisiatif atau tanpa punya kreatifitas atau tanpa komunikasi sama sekali dengan lingkungan. Bahkan dari sikap diam banyak dilahirkan produk-produk inovatif.
Di sisi lain apalagi yang bersifat permanen ternyata diam bisa menjadi masalah. Ciri-ciri pendiam adalah lemahnya kemampuan berkomunikasi, kurang berinisiatif, dan eksklusiv. Akibatnya interaksi sosial pun tidak efektif. Kalau itu terjadi pada karyawan maka dapat diduga kinerja yang bersangkutan rendah. Mengapa? Karena kurangnya kemampuan dalam bekerjasama dengan sejawat kerja. Sejawat lainnya sangat sulit menterjemahkan kemauan sang pendiam itu. Tegur sapa sampai-sampai cenderung kosong. Kalau toh terjadi cuma ala kadarnya dan sekedar berujar halo. Pada gilirannya kalau kondisi seperti itu didiamkan akan mengganggu kinerja bisnis keseluruhan. Bisa-bisa sang manajer akan mengalami stres menghadapi kelompok karyawan yang pendiam ini.
Kata kunci yang perlu dijadikan unsur dalam pendekatan masalah karyawan pendiam adalah komunikasi. Jalurnya banyak. Misalnya dalam bentuk bimbingan dan konseling untuk mengetahui masalah dan mendiskusikan pendekatan masalah yang dihadapi sang pendiam. Bentuk jumpa informal manajer dengan karyawan pendiam juga penting dalam rangka memererat hubungan individual. Harapannya adalah sang pendiam akan semakin bersikap terbuka dan aktif berkomunikasi. Selain itu manajer perlu melibatkan mereka secara aktif dalam pelatihan membangun kepribadian yang aktif. Begitu pula sang pendiam, apalagi sebenarnya mereka tergolong karyawan cerdas, perlu diberikan tugas-tugas yang mendorong dia untuk berkomunikasi intensif dengan sejawat lainnya.
April 29, 2008 at 2:47 pm
Pada umumnya pendiam itu sifat orang-orang yang tidak terbiasa bersikap terbuka. Dan mungkin, diam itu berarti tidak membicarakan hal-hal yang tidak perlu. Jumpa lagi pak Sjafri. Selamat malam.
April 29, 2008 at 3:14 pm
Wah masukan yang sangat menarik buat saya sendiri neh. Makasih Pak. Boleh ditaut Pak
April 29, 2008 at 5:37 pm
kalo dasarnya pendiam apa masih bisa diubah pak?
April 30, 2008 at 2:34 am
Pak Sjafri, menarik sekali tulisan bapak ini, karena secara faktual memang seperti itulah kehidupan di kantor-kantor. Di kantor itu jenis pekerjaannya macam-macam. Kalau di bank dikenal istilah ‘front office’ dan ‘back office. Kalau di manufaktur ada bagian penjualan, produksi, administrasi, hrd, dan lainnya. Nah kadang-kadang ada juga pekerjaan yang memang kita butuhkan karyawan yang pendiam dan tidak banyak berkomunikasi, seperti antara lain bagian kasir dan bagian penggajian. Kalau mereka terlalu banyak berkomunikasi malah nanti dipindahkan posisinya.
Nah, karena tidak baik untuk selalu diam, maka saya juga mau inisiatif nih:
SELAMAT ULANG TAHUN PAK SJAFRI, SEMOGA TUHAN SELALU MELINDUNGI, MEMBERIKAN BERKAT DAN ANUGERAH BAGI BAPAK DAN KELUARGA BESAR. TERUS BERKARYA DALAM PENGABDIAN BAGI BANGSA DAN NEGARA. AMIIIN…
Salam dari kami sekeluarga.
Sadikin
April 30, 2008 at 5:13 am
komunikasi memang sangat penting ya pak..
April 30, 2008 at 6:58 am
Pak Sjafri,
Salam kenal…
Kita mengetahui adanya beberapa tipe kepribadian, tentu akan sulit bagi type Sanguin untuk berdiam diri, namun akan sulit pula bagi si Melankolis untuk terlalu banyak bicara. Bagaimana mensikapinya bagi si Melankolis ? Bukankah pendiam merupakan salah satu jati dirinya, apakah pelatihan yang Bapak sarankan bisa merubah karakter orang tersebut ?
Mei 1, 2008 at 1:09 am
mas johan….bisa jadi seperti itu…..tapi harus kita bedakan juga dengan orang bersifat introvert yang terkadang suka menyimpan hal-hal rahasia personal dimana orang lain tak perlu tahu……salam
Mei 1, 2008 at 1:10 am
bang je….trims silakan ditaut……
Mei 1, 2008 at 1:32 am
ya mas mindra….sifat lain dari melankolis adalah senang bekerja rapi dan disiplin waktu……bagaimana menghadapi karyawan melankolis yang gemar ngomong?……..pertama kita bersikap positif yakni kemampuan ngomong adalah potensi, jadi perlu dihargai……kedua harus diingatkan bahwa orang lain pun punya hak ngomong, jadi bagaimana menghormati orang tsb dengan cara mengingatkan sang melankolis untuk mau menjadi pendengar yang baik……btw pelatihan bisa mengubah sang pendiam antara lain lewat simulasi dan permainan peran…..
Mei 1, 2008 at 1:33 am
benar bung hangga……
Mei 1, 2008 at 1:33 am
sependapat bung sadikin….terimakasih doanya…….
Mei 1, 2008 at 1:36 am
bung arul….pada dasarnya setiap orang terkena hukum perubahan sejalan dengan perkembangan usia dan unsur-unsur lingkungan yang mempengaruhinya……mulai dari unsur keluarga sampai luar keluarga……jadi sifat pendiam bisa diubah lewat pendekatan pelatihan formal,non-fprmal dan informal (sosialisasi keluarga)…….
September 26, 2009 at 2:49 pm
saya kurang setuju bila di katakan org yg pendiam dapat diduga kinerja yang bersangkutan rendah karna banyak org pendiam yg memiliki kinerja jauh lebih produktif dari yg bnyk bicara, sedikit bicara banyak kerja.
atau seperti ilmu padi makin banyak ilmunya makin merunduk, tidak banyak bicara, low profile, justru banyak bicara makin cetek ilmunya , air beriak tanda tak dalam.
September 26, 2009 at 5:51 pm
ya bung indra…coba anda telaah di alinea pertama artikel ini…sang pendiam juga bisa berpotensi jiwa inovatif….tetapi juga bisa saja punya masalah bagi suatu organisasi khususnya dalam berkomunikasi, kurang berinisiatif, dan eksklusiv…..jadi siapapun mereka….sama saja semua kita punya kekuatan dan kelemahan….
Maret 12, 2010 at 2:19 pm
saya punya sifat pendiam,kadang saya bingung apa yg harus saya lakukan karena saya juga ingin seperti orang lain yg slalu ceria & terbuka dgn orang lain
Maret 16, 2010 at 10:52 pm
mbak erita…salah satunya intensifkan berkomunikasi di dalam keluarga dahulu….lalu kuatkan niat utk mau bicara di semua kesempatan…karena pada dasarnya seseorang berada dalam lingkungan sosial adalah untuk berinteraksi….bagaimana kita punya ide sebaik mungkin namun cuma disimpan gara-gara kita diam saja….maka bisa mubajir….be informed….
April 17, 2010 at 12:49 pm
itulah kehidupan berwarna-warna karakter ada yg pendiam ada yang slalu ceria tinggal bagaimana kita menyikapinya syukuri saja apa yg ada hidup itu anugrah ingat tuhan,ingat sang pencipta
April 23, 2010 at 10:07 am
betul bung ito…
April 21, 2010 at 9:13 am
trimakasih masukan buat saya pak…bagaimana kita bisa berminat untuk bicara terbuka?
April 23, 2010 at 9:51 am
mulailah dari yg kecil-kecil untuk berpendapat dalam rapat kepanitiiaan lokal…atau diskusi informal sesama teman…dan terus berlatih…
April 22, 2010 at 7:47 am
Pak…saya juga pendiam tapi kalau lagi marah. Kalau lagi senang susah berhentinya. Malah kadang saya pengin belajar jadi orang pendiam dalam arti Bicara Seperlunya…susah banget
April 23, 2010 at 9:17 am
ya mbak lilis…marah adalah wajar asalkan terkendali…justru kalau didiamkan akan mengganggu rohani…diam juga wajar ketika orang lain bergosip ria..tak wajar kalau ada niatan utk menanggapi pendapat orang lain…tetapi diam saja…
Mei 4, 2010 at 11:21 am
sy punya masalah staff pendiam tetapi family bos sy, sy sudah coba persuasif tetapi tidak ada perubahan, mohon arahan Pak..
Mei 7, 2010 at 8:04 pm
mas hadi…kalau dalam suatu organisasi yg bonafid…penanganan pekerjaan dilakukan dengan profesional…termasuk dalam hal perilaku karyawan walau ybs adalah keluarga bisnis…memang perlakuannya perlu khusus…dimana lebih informal misalnya menggali ide-ide ybs lewat obrolan pribadi,lewat pengembangan hoby ybs, dilibatkan dlm tim kecil,diberi wewenang menangani pekerjaan kelompok kecil…yg semuanya masih dalam pengawasan sang manajer…sampai ybs sudah mulai ada tanda-tanda terbuka…
Mei 9, 2010 at 5:05 am
Pak, saya belajar dari tulisan Bapak 🙂
Mei 16, 2010 at 2:41 am
ok achoey…sama-sama belajar
Juni 27, 2010 at 11:52 am
pak sjafri, saya seorang pendiam, dan saya stuju dengan tulisan bapak. sifat pendiam membuat saya menjadi kurang berinisiatif dan saya menjadi org yg tidak bisa diandalkan. selain itu saya juga org yg berfikirnya lamban, selalu ragu-ragu, dsb. semua kekurangan itu menjadi masalah besar bagi saya. tetapi saya sendiri bingung bagaimana caranya untuk mengubah semua kekurangan saya itu. saya sudah mencoba saran bapak untuk mencoba berkomunikasi, tetapi dalam hal itupun saya payah. dimohon saran bapak, agar setidaknya saya mampu berpikir lebih kritis dan lebih berinisiatif. terima kasih sebelumnya
Juni 27, 2010 at 1:57 pm
vira…seharusnya seorang pendiam itu tak otomatis bersifat kurang inisiatif dan kreatif,berpikir lamban dan ragu-ragu…untuk beberapa hal yg khusus sifat itu bisa direfeksikan dlm bentuk tertulis…namun memang kalau diberengi dgn ungkapn lisan akan lebih efektif lagi…nah vira jangan cepat putus asa…teruslah berlatih lewat melebarkan saya berkomunikasi dgn siapapun khususnya dgn orang paling dekat…
Oktober 16, 2010 at 4:30 pm
Bpk Sjafri, saya juga seorang pendiam yang tidak banyak bicara, saya pun bingung dengan keadaan seperti ini. Semua aktifitas pun bisa terganggu karena kurangnya komunikasi,dengan adanya sifat ini menjadi beban pada diri saya dalam segi apapun, apalagi dalam pergaulan dan mengikuti proses kuliah bilamana saya tidak dapat aktif dalam diskusi. Walaupun telah ada dipikiran tapi tidak dapat diungkapkan. Saya mohon saran dari bpk apa yang seharusnya saya lakukan untuk memperbaikinya, terima kasih bpk.
Oktober 17, 2010 at 11:20 am
vivihariani…anda tidak sendirian yang punya sifat pendiam…namun perlu optimis setiap kelemahan ada jalan keluarnya…ada beberapa yg bisa dilakukan…(1) pelajari artikel yg berkait dengan tema pendiam;pelajari aspek-aspek apa yg menyebabkan seseorang tak berani berbicara, (2) banyak membacar artikel atau buku praktis menghilangkan atau mengurangi sifat diam,(3) bergaulah mulai dari kelompok kecil sampai cukup besar;siapkan rasa percaya diri yi jangan takut salah kalau berbicara di depan umum; mulai dari mendengar dan memelajari mengapa orang lain bisa menyampaikan pendapat; orang lain bisa anda pun pasti bisa, (4) ikut aktif berorganisasi; disitu ada sosialisasi dimena secara alami tiap orang didorong untuk berbicara,…mulailah dari sekarang…jangan ditunda…salam
Agustus 24, 2011 at 6:45 am
Pak sjafri,
saya baru saja ditegus atasan dari atasan saya karena saya dinilai terlalu pendiam dan tidak komunikatif, karena saya tidak menyampaikan surat resign anak buah saya kepadanya, padahal saya telah menginformasikan kepada atasan saya, tetapi kebetulan atasan saya sedang cuti sehingga big boss saya tidak mendapat informasi tsb.
menurut big boss saya terhadap anak buah saya juga dinilai tidak komunikatif, padahal semua informasi apapun mengenai pekerjaan saya selalu sharing. apakah ini masih tidak komunikatif ?
big boss saya bilang hubungan inter personal saya dg dia tidak bagus… , jujur saya tidak suka dengan pembicaraan basa-basi yg ujung2 nya hanya ngomongin kejelekan orang lain. sehingga saya selalu menarik diri dari pembiaraan yg seperti itu… , apakah saya salah dalam hal ini ?
Bagaimana saya harus memperbaiki diri agar saya bisa lebih komunikatif tapi terhindar dari pembicaraan yg tidak perlu ?
September 21, 2011 at 10:39 am
sri…sebaiknya tidak resisten terhadap pendapat atasan tentang kebiasaan dan ketrampilan komunikasi anda…terimasaja sebagai bentuk perhatian dari atasan…lakukan evaluasi diri…telaah mana kekuatan dan kelemahan anda berkomunikasi…kalau perlu anda bisa minta pendapat teman dan rekan kerja anda…
September 1, 2015 at 3:08 am
Terimakasih sangat membantu sekali, tetapi memang menghadapi karyawan yang pendiam itu sangat sulit, bahkan sikap diamnya seolah menggambarkan jika karyawan tersebut berada di alam yang berbeda
http://www.careerln.com