Walaupun manajer sering memiliki peran penyelia namun saya beranggapan dia juga harus memiliki kepemimpinan. Karena berurusan dengan koordinasi maka manajer dengan kepemimpinannya yang kuat berarti dia memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.Kedudukan kepemimpinan merupakan komitmen total. Sementara kemampuan komunikasi merupakan kunci awal keberhasilan seorang manajer sebagai seorang pemimpin.
Sehubungan dengan hal itu saya mengutip salah satu tulisan yang ada dalam buku The Everything Leadership Book,karangan Bob Adams, tentang pertukaran informasi:seni berkomunikasi. Dalam bab itu diuraikan bagaimana sebaiknya manajer berkomunikasi di semua tahap yaitu dengan karyawan, pemain kunci,dan dengan pelanggan. Dalam kesempatan ini yang diketengahkan adalah berkomunikasi dengan karyawan. Bentuk komunikasi ini dianggap sebagai aspek yang paling sulit.Biasanya sikap yang diambil adalah “Kami yang menerima mereka, dan mereka melakukan apa yang kami inginkan”. Di saat lain orang yang sedang berkuasa tidak mempunyai ide apa yang mereka inginkan atau mungkin apa yang mereka inginkan bukan yang paling menarik dari perusahaan. Kalau demikian apa yang seharusnya dilakukan manajer?
Sebagai pemimpin, dalam keadaan apapun,manajer harus mulai mendorong, mendukung, dan merangkul komunikasi dengan, kepada, dan dari karyawan. Faktanya mereka adalah orang yang mempunyai ide paling baik mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Kalau manajer mendengarkan karyawan,dia akan belajar lebih banyak dari yang pernah manajer bayangkan. Atau mungkin lebih banyak daripada yang manajer peduli untuk manajer ketahui.
Ketika manajer mendengarkan, dan ketika dia menunjukkan pemahaman kepada karyawan,mereka akan mengerti bahwa mereka dihargai sebagai semacam mitra dalam bisnis. Tindakan manajer yang sederhana, mendengarkan dan berkomunikasi balik kepada karyawannya akan membangkitkan motivasi dan mulai menggerakkan tim kerja untuk berpikir secara lebih kreatif dan strategis.
Agar komunikasi dengan karyawan dapat berhasil dengan efektif maka beberapa hal berikut bisa dipertimbangkan untuk dilakukan manajer yaitu (1) sepanjang hari kerja pilihlah cara terbaik untuk memuji tindakan dan tingkah laku karyawan yang positif dan produktif untuk perusahaan, (2) berbicaralah dengan singkat namun jelas untuk menangkap perhatiannya, dan mendorong karyawan untuk berpendapat, (3) usahakan selalu mengajukan pertanyaan terbuka sehingga karyawan terdorong untuk menanggapinya dengan terbuka pula, sambil mendengarkan setiap jawaban dari karyawan dengan penuh perhatian, (4) memberi kesempatan kepada karyawan untuk menyampaikan pernyataannya dengan utuh, tanpa harus diinterupsi atau mengambil kesimpulan dari pernyataannya yang sepotong-potong, dan (5) menunjukkan perhatian kepada karyawan bahwa informasi yang diterima adalah penting sebagai kontribusi bagi kemajuan perusahaan.
Februari 4, 2008 at 1:57 am
Pak Sjafri,
Salah satu sessi management training di tempat kami adalah bagaimana kita memberikan appraise dan reprimand kepada staff. Pada saat mengkomunikasikan appraise ada sedikit kesulitan karena kosa kata Bahasa Indonesia yang bisa mengekspresikan suatu pujian/perasaan sangat minim disamping itu budaya bangsa kita yang jarang memberikan pujian membuat komunikator/manager-nya seolah-olah “kebarat-baratan”. Di budaya kita paling sering orang hanya menyampaikan ucapn terima kasih, tapi selebihnya sangat jarang. Nah budaya ini yang akan kami kikis sedikit demi sedikit di kantor kami. Saya sendiri ingat ketika atasan saya orang Inggris, beliau senantiasa meng-encourage saya dengan memberikan appraise terhadap setiap pekerjaan saya. Hal ini menumbuhkan percaya diri dan keyakinan bahwa saya bisa dan masih bisa mengerjakan dengan lebih baik lagi, malah terkadang setelah sebuah task selesai saya jadi heran sendiri karena saya bisa mengerjakannya. Ya itu sharing pengalaman saya Prof.
Mengenai point-point lain yang disampaikan, saya setuju sekali. Budaya ini yang terus digalakkan di kantor kami, sekarang teman-teman dalam menyampaikan pendapat lebih terbuka, lebih bisa “mendengarkan” dan berusaha meningkatkan komunikasi dengan cara yang baik.
Terima kasih atas sharing knowledge-nya Pak.
Februari 4, 2008 at 2:30 am
setuju Pa’ prof bahwa komunikasi adalah jembatan dari suatu informasi
dan pola pikir, yg penting adalah will/kemauan dari para manager atau atasan untuk melakukannya
komunikasi tanpa sekat dengan bawahan tetapi tetap menjaga sikap dan tetap tegas dalam mengambil keputusan.
makasih Pa’ prof atas kesediaan berbagi ilmu dengan kami.
mampir ke blogsite saya, banyak yg baru pak Prof.
Februari 4, 2008 at 9:59 am
Setuju Pak Sjafri, setiap atasan mmg “wajib” memiliki kemampuan komunikasi yg baik. Dlm pengamatan saya, salah satu yg menjadi “kebiasaan” para atasan adalah “sok tahu” dlm segala hal & terlalu dominan dlm berbicara dgn bawahan he..he.. Mereka seolah tdk sabar menjadi pendengar yg baik jika berbicara dgn bawahannya. Pdhl dlm komunikasi terutama dg tim kerja, setiap atasan sbnrnya perlu mendengar apa saja yg ingin mereka utarakan. Mendengarkan dgn baik & seksama saja sbnrnya sdh menghargai mereka. Hal ini yg kadang dilupakan. Saya ada cerita menarik mengenai komunikasi ini. Tp krn terlalu panjang silahkan lihat posting saya di http://hri.or.id/blog
Salam,
Firdaus Noor
http://fnoor.wordpress.com
Februari 4, 2008 at 11:15 am
benar mas rid….perlu timbal balik yang positif……btw selama ini saya suka membuka blog anda…isinya bagus…..tetapi beri komennya kok rada sulit ya….
Februari 4, 2008 at 11:27 am
mbak yoga…bentuk penghargaan cukup banyak…selain penghargaan berbentuk terimakasih juga adalah memberi kepercayaan tugas tambahan yang lebih menantang…..kalau kita pinjam teori Herzberg maka unsur motivator factors antara lain pengembangan potensi dirinya dalam bentuk penghargaan pemeberian otonomi…..bukan semata-mata unsur kepuasan karyawan berupa gaji atau kebiajakan perusahaan tentang karir….sementara teguran sangat perlu kalau dianggap ada penyimpangan…namun diupayakan tidak di depan umum…dan juga perlu ditunjukkan letak kesalahannya…..bagi karyawan yang posisinya lebih senior tidak perlu diberikan jalan keluarnya secara langsusng…kecuali bagi yang yunior…..btw memang seharusnya komunikasi harus menjadi budaya organisasi…..khususnya komunikasi informal dalam membangun suasana kekerabatan sosial…..kalau tidak, akan terjadi friksi atau gelap informasi…..yang pada gilirannya akan mengalami deviasi proses dan output…..salam
Februari 5, 2008 at 2:52 am
maaf pak Prof saya sdh utak-atik kok blogsite saya tetap tdk bisa kasih comment yah
mudah2an rekan2 bisa kasih saran kalau bikin comment di blogspot.com bagaimana yah
Februari 5, 2008 at 5:55 am
Rekan Ridwan, mmg banyak yg mengeluhkan fasilitas blogspot utk pengomentaran ini. Info dari temen coba masuk melalui http://draft.blogger.com utk mengubah option komentar agar bisa buat semua.
Februari 5, 2008 at 12:13 pm
terimakasih bung fnoor….mudah-mudahan bung ridwan bisa menerapkannya…..
Februari 5, 2008 at 12:14 pm
ya bung ridwan,saya sendiri ga-tek tentang itu….coba terapkan yang disarankan bung fnoor….semoga sukses….dan saya akan mudah mengirim komen atas tulisan anda…..