Dengan mengucap Syukur ke hadirat Illahi, penulis mempersembahkan buku berjudul Manajemen Mutu Sumberdaya Manusia (MMSDM) kepada khalayak luas. Buku ini khususnya diperuntukkan bagi mereka yang berprofesi akademisi, mahasiswa, dan pelaku organisasi khususnya pengusaha dan manajer. Buku ini dibuat untuk melengkapi khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen dan sumberdaya manusia (SDM). Isi buku berdasarkan fenomena empiris dan teoretis yang menyangkut masalah manajemen, organisasi dan mutu SDM.

Latar belakang diterbitkannya buku MMSDM sebagai ilmu terapan iniadalah: Pertama, di dalam kumpulan literatur nasional dan internasional, penulis belum menemukan satu pun buku dengan topik MMSDM. Dengan kata lain buku ini merupakan yang pertama tentang MMSDM; Kedua, tidak dapat dipungkiri pembuatan buku MMSDM ini terinspirasi dari buku-buku yang ada hubungannya dengan berbagai aspek yang terkait dan fokus pada mutu barang dan jasa yakni Gugus Kendali Mutu (Total Quality Control), Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Pemeliharaan Produktif Terpadu (Total Productive Maintenance) dan Pelayanan Mutu Terpadu (Total Quality Services). Sementara buku ini berfokus pada mutu SDM; Ketiga, MMSDM dinilai sangat penting bagi setiap organisasi khususnya bagi perusahaan yang akan meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan mutu SDM dan kinerja karyawannya. Kinerja karyawan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh keberhasilan organisasi dalam menerapkan MMSDM; Keempat, data menunjukkan bahwa sumberdaya manusia Indonesiamasih tertinggal kualitasnya. Dalam skala global dapat dilihat dari daya saing ekonomi, pendidikan dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 

International Institute for Management Development (2001), suatu organisasi internasional yang bermarkas di Kota Lausanne, Swiss, menyajikan informasi tentang peringkat daya saing ekonomi sejumlah negara. Dari sebanyak 49 negara, ternyata Indonesia berada pada posisi paling rendah; yaitu peringkat ke-49. Negara-negara tetangga seperti Australia, Selandia Baru, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Korea Selatan memiliki peringkat di atas Indonesia. Artinya daya saing ekonomi kita memang paling lemah di antara negara-negara dunia pada umumnya, termasuk negara-negara tetangga

Hal ini diduga terkait dengan kemampuan sumberdaya manusianya. Dibanding dengan tahun 2001 derajad daya saing usaha Indonesia pada tahun 2005 tidak berubah positif. Menurut hasil survei International Institute for Management Development, Indonesia pada tahun 2005 terpuruk pada peringkat ke-60 dari 61 negara.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Ada tiga indikator besar yang menyebabkannya: Pertama, adalah faktor ekonomi makro, seperti ekspektasi resesi dan kondisi surplus atau defisitnya suatu negara yang masih memprihatinkan. Tingkat pertumbuhan ekonomi relatif masih lambat, tingkat penyerapan tenaga kerja masih rendah, investasi berjalan lambat, tingkat sumberdaya manusia (SDM) karyawan yang masih rendah, dan kemiskinan masih tinggi; Kedua, institusi publik dan kebijakan yang diambil dalam melayani kebutuhan masyarakat masih jauh dari optimum. Masyarakat masih dihadapkan pada kesulitan memperoleh pelayanan maksimum; Ketiga, adalah teknologi yang digunakan dalam proses produksi masih belum menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing di pasar global.

Sementara itu dalam hal pendidikan kondisinya juga sama. Studi Political and Economical Risk Consultancy (2001), menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Seperti diketahui tingkat pendidikan (SDM) angkatan kerja Indonesia didominasi oleh pendidikan dasar yaitu sekitar 63%. Dalam hal ini Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand, dan Filipina, lagi-lagi berada di atas kita. Kondisi demikian diperkuat dengan data dari laporan UNDP, United Nations Development Programme, dalam “Human Development Report 2005” tentang kualitas pembangunan manusia. Dari 177 negara, Indonesia berada pada peringkat ke-110. Sementara Singapura mencapai peringkat ke-25, Brunei Darussalam ke-33, Malaysia ke-61, Thailand ke-73, dan Filipina ke-84. 

Gambaran kondisi SDM Indonesia yang lemah tersebut diduga berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan. Pada tahun 2003, tingkat produktivitas kerja tenaga kerja Indonesia berada jauh di bawah negara-negara maju. Diperkirakan hanya sepertiganya saja. Dengan demikian kondisi ini menambah deretan panjang permasalahan mutu SDM yaitu betapa lemahnya daya saing dunia usaha kita di pasar global. Hal itu mendorong penulis untuk menganalisis masalah mutu SDM dan bagaimana mutu SDM seharusnya dikelola secara komprehensif. Intinya adalah kalau perusahaan berkeinginan kuat meningkatkan daya saingnya maka salah satu unsur penting yang perlu dimiliki adalah manajer dan karyawan yang profesional.

Dalam buku ini fokus sentral perhatian adalah menganalisis seberapa jauh pengaruh mutu SDM terhadap kinerja organisasi, khususnya di bidang bisnis dan bagaimana pendekatan peningkatan mutu SDM perlu dilakukan. Dengan kata lain, MMSDM menempatkan pentingnya mutu sumberdaya manusia (SDM) sebagai unsur potensial dalam mencapai keberhasilan suatu tujuan organisasi. Karena itu MMSDM dapat dipandang sebagai ilmu dan sekaligus juga seni mengelola mutu SDM seseorang. Memahami MMSDM berarti mengetahui secara mendalam apa, mengapa dan bagaimana masalah mutu SDM karyawan dikelola dalam suatu organisasi secara optimum.

Uraian diawali secara teoretis tentang peranan MMSDM sebagai ilmu terapan yang diturunkan dari ilmu Manajemen Sumberdaya Manusia (MSDM). Termasuk di dalamnya diuraikan perlunya dilakukan reposisi karyawan sebagai aset investasi perusahaan yang efektif. Kemudian diutarakan batasan dan ciri-ciri mutu SDM baik dilihat dari sisi input, proses, output maupun outcome. Pengaruh perubahan dunia terhadap MMSDM dimana setiap perusahaan harus memiliki manajer dan karyawan profesional juga diuraikan dalam buku ini. Telaahan juga dilakukan dalam berbagai unsur peningkatan mutu SDM karyawan dan manajer seperti dalam hal kemampuan berkomunikasi, motivasi, etika dan disiplin kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, produktivitas dan mutu kehidupan kerja.

Untuk mencapai mutu SDM optimum maka ditawarkan pendekatan fungsi-fungsi strategis yakni pengembangan budaya kerja; perencanaan mutu SDM; membangun motivasi; etika dan kedisiplinan karyawan; pengembangan komunikasi efektif; pelatihan berbasis kompetensi; pengembangan produktifitas dan mutu kerja; pengembangan motivasi, etika dan kedisiplinan; pengembangan keselamatan dan kesehatan kerja; kepemimpinan mutu dan pendelegasian tugas; penilaian mutu SDM dan kinerja karyawan; penerapan manajemen perubahan dan inovasi mutu SDM; dan manajemen organisasi pembelajaran. Secara lebih khusus penulis menciptakan dan membahas model pengembangan Kelompok Belajar pada setiap tingkatan manajemen. petunjuk manajemen, pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan dan berbagai kasus. Sumber rujukan untuk penulisan buku ini berupa buku-buku (dipublikasi dan tidak dipublikasi) dan jurnal ilmiah berskala nasional dan internasional. Contoh-contoh hasil penelitian ilmiah (studi kasus) juga disajikan untuk melengkapi isi buku ini.

Buku ini memiliki jumlah halaman setebal 212 halaman, dan diterbitkan oleh Ghallia Indonesia. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang buku ini silakan menghubungi Ratih Maria Dhewi (HP. 0856-8012328 dan email ratih_md@ipb.ac.id).

Semoga buku ini bermanfaat dalam ikut mencerdaskan bangsa.
Bogor, Maret  2007.
Tb. Sjafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala Sjafri Hubeis.

Iklan