Kepuasan kerja adalah bentuk perasaan dan ekspresi seseorang ketika dia mampu/tidak mampu memenuhi harapan dari proses kerja dan kinerjanya. Timbul dari proses transformasi emosi dan pikiran dirinya yang melahirkan sikap atau nilai terhadap sesuatu yang dikerjakan dan diperolehnya. Coba saja kita lihat di dalam lingkungan kerja. Bisa jadi ditemukan beragam ekspresi karyawan. Ada yang murah senyum dan tertawa, ada yang suka mengeluh, ada yang akrab dengan sesama mitra kerja, ada yang senang mengisolasi diri, dan bahkan ada yang terbiasa berekspresi emosional marah-marah atau kurang bersahabat dengan lingkungan kerja. Salah satu faktor penyebab semua itu adalah perbedaan derajat kepuasan kerja. Semakin tinggi derajat kepuasan kerja semakin bersahabat sang karyawan dengan lingkungan kerja. Dengan kata lain dia memeroleh nilai pengakuan dari lingkungan kerja. Namun dalam prakteknya derajat tentang kepuasan kerja di antara karyawan sangat berkait dengan beberapa faktor yakni (1) sudut pandang tentang bekerja, (2) pandangan tentang makna kepuasan, (3) karakteristik seseorang, (4) jenis pekerjaan, dan (5) lingkungan kerja .
Sudut pandang tentang bekerja umumnya sama yakni sebagai sumber mencari nafkah untuk kehidupan. Selain itu ada juga yang menganggap bekerja itu adalah ibadah, aktualisasi diri, dan hoby. Itu adalah pandangan positif yang berkait dengan kepuasan kerja. Dari sisi negatif ada yang menganggap bekerja itu adalah beban dan ancaman kebebasan pribadi. Tentu saja menurut pandangan ini bekerja sering tidak menyebabkan kepuasan kerja. Bahkan dalam teori motivasi dari Douglas McGregor, golongan ini termasuk teori X yakni sifat orang yang pada dasarnya malas kerja. Kepuasan kerja yang diperoleh kelompok karyawan ini adalah kalau mereka tidak bekerja keras dan tidak bertanggung jawab namun maunya mendapat kompensasi tinggi.
Faktor lain yang berhubungan dengan kepuasan kerja adalah pandangan tentang makna kepuasan. Kepuasan dianggap sebagai sesuatu yang ukurannya relatif. Dua orang akan memiliki kepuasan kerja yang berbeda walaupun mengerjakan sesuatu yang sama dengan kinerja yang sama pula. Secara bathin kedua orang itu bisa saja memiliki kepuasan yang berbeda karena memiliki sudut pandang yang berbeda. Perbedaan sudut pandang biasanya searah dengan perbedaan tingkat strata sosial ekonomi seseorang. Sementara itu karakteristik tiap indvidu karyawan misalnya status dalam pekerjaan, pengalaman kerja, dan gender bisa jadi memiliki derajad kepuasan kerja yang berbeda. Seseorang dengan posisi manajer cenderung akan memiliki kepuasan kerja yang lebih besar ketimbang subordinasinya. Begitu pula semakin berpengalaman kerja seseorang semakin tinggi kepuasan kerjanya.
Kepuasan kerja seseorang juga berhubungan dengan jenis pekerjaan yang dipunyainya. Jenis-jenis pekerjaan yang menantang sangat disukai oleh mereka yang memiliki posisi top manajemen. Sementara mereka yang bekerja di tingkat operator atau staf sudah cukup puas kalau bekerja sesuai dengan prosedur operasi standar. Hal ini berkait dengan otoritas pengambilan keputusan yang dimiliki seseorang karyawan (manajemen dan non-manajemen). Sementara itu aspek lingkungan kerja seperti kepemimpinan,kompensasi dan pengembangan karir pun berhubungan erat dengan kepuasan kerja karyawan. Semakin nyaman kondisi lingkungan kerja cenderung semakin tinggi derajat kepuasan kerja karyawan. Dan ini merupakan salah satu langkah dalam meningkatkan motivasi kerjanya.
Februari 1, 2010 at 5:20 pm
Trimakasih Pak sjafri atas artikelnya diatas, Saya lg binggung untuk menciptakan kepuasan kerja di Perusahaan Saya , Saya baru bergabung di salah satu Perusahaan Keluarga dibidang Retail sebagai HRD Saya ditugaskan untuk merubah sistem HRD yang lebih baik lagi tapi kepada Saya ditekankan sistem HRD memakai kekeluargaan, apakah Perusahaan Keluarga bisa berubah lebih baik lagi dengan menunda sistem/ketentuan ketenagakerjaan di terapkan ?, Karena menurut Saya dalam Ketentuan ketenagakerjaan sifatnya lebih transparan dibandingkan kekeluargaan ( Like dan Dislike)melekat dalam kekeluargaan.
Februari 1, 2010 at 5:27 pm
Trimakasih Pak sjafri atas artikelnya diatas, Saya Kesty lg binggung untuk menciptakan kepuasan kerja di Perusahaan Saya , Saya baru bergabung di salah satu Perusahaan Keluarga dibidang Retail sebagai HRD Saya ditugaskan untuk merubah sistem HRD yang lebih baik lagi tapi kepada Saya ditekankan sistem HRD memakai kekeluargaan, apakah Perusahaan Keluarga bisa berubah lebih baik lagi dengan menunda sistem/ketentuan ketenagakerjaan di terapkan ?, Karena menurut Saya dalam Ketentuan ketenagakerjaan sifatnya lebih transparan dan Adil dibandingkan kekeluargaan (Like dan Dislike) melekat dalam kekeluargaan, mohon tanggapannya, dan terimakasih, Salam sukses.
Februari 2, 2010 at 10:18 pm
ya mbak kesty….sering menghadapi dilematis….apakah model manajemen keluarga atau modern…dan yg menjadi pertanyaan model keluarga banyak yg sukses sementara yg modern sebaliknya….mahasiswa saya baru menyelesaikan skripsinya dan membuktikan hal itu….yg jauh lebih penting adalah apapun modelnya bisa diterapkan dua gaya pengembangan hrd…silakan anda pelajari yg saya tulis terakhir di blog ini ttg mengatasi ketidakpuasan kerja….
Mei 28, 2010 at 6:59 am
Trims Pak Sjafri…Pak? bgmana Qt mengukur kpusan dengan derajatnya, seperti menentukan dengan nilai. seperti, 1. Tidak puas, 2. Puas. dsb. Ini adalh mengenai judul KTI saya, “Hubungan tingkat kepuasan ibu dengan lamanya rawat inap pada ibu post partum”. Na penilaian it yg blum saya dapat…?
Jd saya minta bantuan bapak? Trims….
Mei 29, 2010 at 9:06 pm
apri…gunakan skala likert…data ordinal…bisa skala 1-5; 1-7; 1-9…semakin besar angkanya semakin positif nilai kepuasannya…
November 3, 2010 at 5:22 am
makasih byk y pak, artikelnya saya pakai utk penulisan proposal penelitian saya.
November 3, 2010 at 5:28 am
pak, judul pnelitian nya pengaruh karakteristik pekerjaan thd kepuasan kerja, bagaimana cara analisa data nya? trims sblum nya pak.
November 4, 2010 at 11:12 am
aqeela…anda mahasiswa S1 atau pascasarjana?
Februari 14, 2011 at 7:33 am
terima kasih pak sjafri atas artikelnya.. sy mnta izin untuk menjadikan rferensi dlm proposal skripsi sy..
judul yg sy angkat desain kerja terhadap kepuasan kerja, kira” kalau bpk brkenan mnjawab, seberapa berpengaruhnya desain kerja terhadap kepuasan kerja?
trims
Februari 16, 2011 at 9:32 pm
silakan bung ikhsan
Mei 12, 2011 at 3:53 am
terima kasih pak atas artikelnya,,saya sedak buat proposal penelitian dengan judul “perbandingan tingkat kepuasan tenaga kesehatan yang bertugas di pulau dan di daratan” saya bingung mau buat kosionernya,,,,boleh kasi masukannya,,,,terima kasih sebelumnya,,,
Mei 16, 2011 at 10:18 pm
bung ipul…bingung dalam hal apa…kuesioner baru bisa dibuat kalau tujuan penelitiannya dan hipotesisnya sudah jelas…disitu sudah jelas apa saja variabel yg akan diujui…lalu dalam metodologi pengumpulan data sehariusnya disitu sudah jelas apa saja data yg akan dikumpulkan…nah dari situlah anda memulainya…di perpustakaan biasanya banyak contoh skripsi atau tesis dimana ada lampiran kuesionernya…
November 20, 2011 at 8:55 am
terima kasih buat encik kerana artikel ini banyak membantu saya dalam memahami konsep ‘job satisfaction’ dan memberi idea kepada saya untuk menyiapkan tugasan universiti saya..terima kasih ya Pak sjafri..
-from Malaysia-
Januari 17, 2012 at 12:11 pm
saya minta izin untuk ambil artikel untuk tugasan saya.
Februari 11, 2012 at 4:00 am
mkch pak pnjelasannya,sya dpt gambaran bwt penelitian sya.rncana jdul penelitian sya hubungan komunikasi organisasi terhadap motivasi dan kepuasan kerja karyawan. sebaiknya analisis datanya mnurut bpk gmn?
Maret 10, 2012 at 1:34 pm
mohon ijin tentang artikel diatas saya pakai sebagai bahan untuk tesis saya
Maret 14, 2012 at 12:59 pm
silakan nuri