Perusahaan Cemex adalah produsen semen ketiga terbesar di dunia dan telah menjadi unggul di pasar global dengan secara terus-menerus bekerja untuk meningkatkan layanan yang diberikan kepada para pelanggannya, dimana pun mereka berada. Cemex (www.cemex.com), berpusat di Monterrey, Meksiko, mengikuti prinsip-prnsip tertentu yang diyakini membuat “Cemex” menjadi berbeda”. Prinsip itu mencakup meningkatan layanan pelanggan, teknologi yang berfokus pada pelanggan, efisiensi operasi, pengembangan manajemen, efisiensi ekologi, memberdayakan orang-orang, kepemimpinan pasar, berpikiran strategis, bersemangat untuk belajar, dan berpandangan global.
Cemex yakin bahwa untuk berhasil dalam lingkungan global yang ketat persaingannya, manajer memerlukan sudut pandang yang multibudaya. Perusahaan itu telah melaksanakan beberapa inisiatif yang mencangkup program pendidikan yang mendorong komunikasi yang efektif dan penyatuan kantor-kantor Cemex di seluruh dunia, program ekspatriat yang melalui program itu para eksekutif dari negara-negara yang berbeda diberi posisi kunci di sejumlah fasilitas di negara asing, dan kegiatan lain yang memberi peluang para manajer untuk memperbanyak pengalaman globalnya. Manajer perusahaan seperti Raymundo Gonzales, seorang manajer divisi perdagangan internasional, menemukan betapa pentingnya memahami pengelolaan dalam lingkungan global.
Walaupun ditempatkan di Monterrey, Meksiko, Gonzales akan sering bekerja di wilayah operasi Camex di Asia, terutama di Indonesia, Semen Gresik. Perusahaan yang beroperasi di bidang pabrikasi itu merupakan yang terbesar bagi Cemex di luar Meksiko. Sebelumnya secara resmi bergabung dengan Gresik, Cemex telah banyak melakukan perdagangan semen di Asia. Tidak diragukan lagi bahwa bisnis di Asia tersebut penting bagi rencana masa depan Cemex.
Ada beberapa kesamaan antara Meksiko dan Indonesia. Keduanya adalah negara berkembang di mana perusahaan harus menciptakan iklim kerja yang menyenangkan dan mereka kadangkala harus bekerja dengan teknologi yang terbatas. Tetapi perdedaannya tampaknya jauh lebih besar. Sebagai contoh, karakteristik budaya kedua negara itu sangat berbeda. Mayoritas agama (katolik dan Islam), selera musik, dan makanan adalah beberapa perbedaan yang harus dihadapi oleh para manajer cemex. Kalau Anda menempatkan diri pada posisi Gonzales maka bagaimana caranya membuat penyesuaian supaya menjadi lebih mudah bagi para manajer Cemex yang lain berinteraksi. Bagaimana orang Meksiko dan Indonesia yang akan bekerja dengannya harus bisa harmonis? Disinilah ketangguhan seorang manajer dibutuhkan dalam menerapkan model aliansi MSDM international yang sifatnya begitu kompleks. (Sumber: Robbins & Coulter, 2002)
September 27, 2007 at 12:42 am
Prof, sebenarnya masalah kebanyakan pengusaha kita adalah orientasi ke UANG..bukan pada harga diri..buktinya banyak pemilik modal dari INDO cuek aja BUMN dijual ke asing? walapun privatisasi, seharusnya diutamakan dalam negeri pemilik modal..jangan-jangan tanah& air kita juga dikuasai asing? apa artiya negara tanpa tanah air?
September 27, 2007 at 12:45 am
belajar dari kelalaian kita tentang INDOSAT yg sahamnya dikuasai asing, jangan sampai sektor2 strategis kita lainnya dikuasai asing…
BELAJAR DARI SEMANGAT BUSHIDO JEPANG…
Tentang MSDM asing memang bagus, tapi itu tdk sebanding denan harga diri bangsa.
September 27, 2007 at 1:01 am
adaptasi dari crosscultural sebenarnya bisa dipelajari dinegeri kita sendiri yang beragam suku bangsa dan bahasa, dalam dunia pekerjaan kita juga acapkali kita berinteraksi dengan keberagaman tsb. Tetapi yang perlu digali dan dilatih pada diri pemimpin/manager tsb adalah kesadaran akan keberadaan dirinya dan ketulusan hatinya, dimana kita berpijak hendaknya dapat memberikan warna pd tempat tsb dengan kebermaknaan dan manfaat bagi orang banyak tentunya dengan tujuan kebaikan. maka kita dapat lebih diterima oleh segala lapisan.
maka apapun tujuan dan harapan kita atau perusahaan dapat diterima dan dilaksanakan oleh semua pihak, saya berkaca pada Pasukan Garuda kita yang dikirim ke Libanon diantara sekian negara, Indonesia lebih diterima dengan Proyek pendekatan Hati dari anak2 sampai nenek di Libanon menyayangi Pasukan kita disana.
mudah2an dapat bermanfaat. salam SDM
September 27, 2007 at 11:18 am
sependapat dengan sibermedik kenapa setiap ada privatisasi selalu yang diutamakan investor luar negeri. saya melihat tidak ada keberpihakan para pembuat keputusan untuk menomorsatukan anak negeri. kalo beda harga dikit kenapa gak diprioritaskan putra bangsa. melihat kecendrungan saya jadi ngeri jadi “jongos” di negeri sendiri untuk kepentingan pemilik luar.
September 27, 2007 at 3:10 pm
ya bung alris dan sibermedik…sependapat…intinya penerapan suatu kebijakan tanpa mempertimbangkan kemartabatan bangsa……
September 27, 2007 at 3:11 pm
terimakasih bung ridwan atas ulasannya yang tajam……salam
September 27, 2007 at 10:49 pm
mampir di blog saya juga ya he..he..
http://www.sibermedik.wordpress.com
September 28, 2007 at 12:06 am
bung siber;saya sudah buka isi blog anda….bagus dan perlu…selamat
Januari 3, 2015 at 9:16 am
PT Holcim Indonesia Abaikan Pemilik Saham Pendiri
http://sahamgunungngadegdjaja.blogspot.com/